• Login
  • Register
Senin, 19 Mei 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Personal

Kontroversi Gus Dur di Masa Lalu

Gus Dur kerap tampil sebagai pembela, pelindung, bahkan tak jarang jadi pencari jalan keadilan bagi mereka yang masih terus terpinggirkan

Hafidzoh Almawaliy Ruslan Hafidzoh Almawaliy Ruslan
30/03/2023
in Personal, Rekomendasi
0
Kontroversi Gus Dur

Kontroversi Gus Dur

1.2k
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Tulisan berikut adalah tugas “Kelas Pemikiran Gus Dur” (KPG) pada minggu ke tiga lampau. KPG merupakan ruang diseminasi pemikiran Gus Dur, yang diselengarakan oleh Jaringan Gusdurian sejak awal Maret 2023 ini, dengan pendaftar kurang lebih 1146 peserta. Angka yang cukup beri rasa optimis dari anak muda milenial bagi situasi bangsa Indonesia hari ini.

***

Merujuk Mbak Alissa Wahid, putri pertama Gus Dur pada pertemuan “Refleksi Kebangsaan”, yang diselenggarakan Jaringan Gusdurian bersama Nurcholis Madjid Society, dan Ma’arif Institut, pada Sabtu, 18 Maret 2023 di Ballroom Djakarta Theatre, Jakarta Pusat; Gus Dur sesungguhnya adalah pribadi dengan keberanian yang tinggi.

Gus Dur tidak takut bila harus berbeda pandangan maupun sikap dengan siapapun. Termasuk dengan para Guru bangsa lainnya, seperti Cak Nur, Buya Syafi’i, ataupun yang lainnya.

Meski beda pendapat, Gus Dur bersama para Guru bangsa miliki prinsip-prinsip hidup yang selaras, setujuan. Semua kerja-kerja yang dilakukan adalah semata demi tegaknya nilai-nilai kemanusiaan dan keadilan.

Baca Juga:

Humor Kritis di Layar Televisi: Menjaga Ruang Demokrasi

Hifdh An-Nafs, Al-‘Aql dan An-Nasl dalam Interpretasi Gus Dur

Konsep Al-Ushul Al-Khamsah dalam Tafsir Gus Dur

Andaikan Gus Dur Masih Ada, Revisi UU TNI Tak Perlu Ada

Di masa lalu, itu terlihat dari berbagai langkah kontroversi Gus Dur merespon sejumlah fenomena sosial yang berkembang di masyarakat. Gus Dur kerap tampil sebagai pembela, pelindung, bahkan tak jarang jadi pencari jalan keadilan bagi mereka yang masih terus terpinggirkan, terstigma, atau alami ketidakadilan lainnya.

Hadapi Kontroversi Inul Daratista

Goyang Inul Daratista yang viral di masa lalu telah tuai pro kontra di kalangan publik luas. Ada yang memuji keberanian aksinya. Tapi juga tak sedikit yang menghujatnya.

Dalam data Gusdurian, saat itu penyanyi legendaris musik dangdut Indonesia, Rhoma Irama, adalah satu di antara mereka yang menghujat. Namun Gus Dur, di tengah pro kontra masyarakat hadir sebagai pembela bagi sang biduanita.

Mengapa Gus Dur bersikap demikian? Bagaimana dirinya berani hadir menjadi pembela, sementara ia adalah juga seorang Kiai ternama?

Bukankah apa yang dilakukan Mbak Inul telah langgar etika moral ketimuran? Sehingga tak layak diperlakukan penuh penghormatan dalam kemananusiaan? Setidaknya itulah pendapat-pendapat dari mereka yang menghujat.

Kisah Nabi yang Mendasari

Untuk menjawab pertanyaan tersebut, rasanya belum cukup mengatakan “itu karena Gus Dur adalah sang pemberani”. Saya ingin memaparkan sedikit cerita masa lalu, di masa Rasulullah saw. Masa di mana ketika Sang Baginda Nabi masih berada di tengah-tengah kehidupan umat, sebagai rahmat sekaligus keberuntungan itu sendiri.

Ini adalah kisah tentang Nabi Muhammad dan perempuan baghiya’, yang kerap menjajakan diri untuk alasan penuhi kebutuhan hidupnya yang mendasar; Sekedar kebutuhan minum dan makan sehari-hari.

Saat itu pagi seperti sedia kala. Baginda Nabi makan di pelataran, halaman tempat tinggalnya. Sambil disaksikan banyak sahabat, Nabi terus menikmati makanan yang disantap. Kadang Nabi memang demikian, merasa hal itu biasa saja. Karena beliau ingin menunjukkan sifat basyariah, kemanusiannya kepada orang-orang yang lewat, lalu lalang di hadapannya.

Tiba-tiba saja lewat seorang perempuan, baghiya’. Perempuan itu mencibir Rasulullah saw. Dengan berkata:

“Nabi kok makannya begitu, seperti budak saja. Menjijikkan. Sudah demikian, tidak tawar-tawar pula”.

Nabi Perlakukan Orang Lain dengan Penuh Penghormatan

Lalu Nabi pun tersenyum. Menimpali si baghiya’:

“Wahai mar’ah, apakah kau sungguh-sungguh ingin makan makananku bersama denganku? Jika iya, kemarilah”.

Perempuan itu pun lalu menjawab dengan tak sopan:

“Iyaa, tentu aku mau. Asalkan kau suapi dengan makanan yang telah kau kunyah dari mulutmu”.

Mendengar jawaban perempuan itu, tanpa pikir panjang, Rasulullah pun membalas:

“Kemarilah, aku suapi engkau dengan makanan yang telah kukunyah dari mulutku sendiri”.

Tiba-tiba saja perempuan itupun terkejut. Antara takut, tak percaya, juga tak menyangka. Namun dengan perlahan ia beranikan diri mendekati dan menerima suapan dari Nabi.

Seketika itu, air mata perempuan itu pun jatuh berderai. Menyesali diri. Sekaligus berterima kasih kepada Sang Baginda.

Perempuan itu merasakan diri dia yang hina dina. Namun Rasulullah dengan kelembutannya, telah perlakukan ia penuh penghormatan dan perhatian yang tinggi. Usai peristiwa itu, akhirnya sang baghiya’ pun masuk Islam.

Tak lagi-lagi perempuan itu jual harga diri. Ia rajin menimba ilmu agama dan terus bekerja bagi diri dan sesama umat, berjuang bersama Kanjeng Nabi dan kaum muslimin lainnya. Semua itu tidak lain, adalah akibat belas kasih yang tulus dari Sang Pemimpin zaman, Baginda Nabi Muhammad saw.

Gus Dur selalu Ambil Pelajaran

Inilah barangkali salah satu kisah, yang mungkin akan juga jadi rujukan Gus Dur dalam merangkul masyarakat, termasuk Mbak Inul yang tengah tuai kontroversi saat itu. Apalagi Mbak Inul bukanlah sama sekali sebagaiamana perempuan baghiya’ itu. Dirinya miliki talenta, kemampuan yang di atas rata-rata perempuan maupun laki-laki umumnya.

Gus Dur menyaksikan itu semua sebagai hal yang layak kita bela, diberi kesempatan untuk merebut peluang atas hidup yang tidak selalu pasang, namun surut juga; Atau bahkan kadang perlakukan dengan tidak adil dan pandang sebelah mata terhadap mereka yang masih di bawah, belum peroleh tempat aktualisasikan dirinya.

Sebagaimana pada Baginda Nabi Muhammad, siapapun yang mendekat, laki-laki perempuan, mereka akan bisa menjadi permata, mukminin-mukminat sejati. Gus Dur demikian pula, yang peroleh pembelaannya tak jarang jumpai keberuntungan yang hakiki. Mbak Inul telah mampu buktikan dirinya sebagai pribadi yang layak kita apresiasi, diberi penghormatan atas nama kemanusiaan yang sesungguhnya.

Demikianlah pada akhirnya, filsuf sekaligus penyair Omar al-Khayyam pun telah ungkap:

وكُلُّ مَا فِى عَيْشِنَا زَائِلُ

لَا شَيْئَ  يَبْقَى غَيْرَ طَيِّبِ الْعَمَلِ

“Semua yang ada dalam hidup kita akan hilang lenyap. Tak ada lagi yang tersisa kecuali kerja baik yang tulus, bagi sesama”.

Gus Dur, hidupnya telah sangat selaras dengan kalimat bijak di atas. Maka tak heran bila dirinya selalu dikagumi, dicintai dan diikuti banyak orang hingga kini sekalipun kerap hadapi kontroversi. Gus Dur selalu bersuka-cita dan konsisten dalam setiap pemikiran dan sikap yang dipilihnya. Semoga kita semua terus bisa meneladaninya. Wallahu a’lam bisshawab. []

 

 

Tags: Alissa Wahidgus durJaringan GusduriankontroversiPemikiran Gus Dur
Hafidzoh Almawaliy Ruslan

Hafidzoh Almawaliy Ruslan

Ibu dua putri, menyukai isu perempuan dan anak, sosial, politik, tasawuf juga teologi agama-agama

Terkait Posts

Nyai Nur Channah

Nyai Nur Channah: Ulama Wali Ma’rifatullah

19 Mei 2025
Inspirational Porn

Stop Inspirational Porn kepada Disabilitas!

19 Mei 2025
Nyai A’izzah Amin Sholeh

Nyai A’izzah Amin Sholeh dan Tafsir Perempuan dalam Gerakan Sosial Islami

18 Mei 2025
Kehamilan Tak Diinginkan

Perempuan, Kehamilan Tak Diinginkan, dan Kekejaman Sosial

18 Mei 2025
Dialog Antar Agama

Merangkul yang Terasingkan: Memaknai GEDSI dalam terang Dialog Antar Agama

17 Mei 2025
Noble Silence

Menilik Relasi Al-Qur’an dengan Noble Silence pada Ayat-Ayat Shirah Nabawiyah (Part 1)

17 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Kekerasan Seksual Sedarah

    Menolak Sunyi: Kekerasan Seksual Sedarah dan Tanggung Jawab Kita Bersama

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Rieke Diah Pitaloka: Bulan Mei Tonggak Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • KUPI Resmi Deklarasikan Mei sebagai Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Memanusiakan Manusia Dengan Bersyukur dalam Pandangan Imam Fakhrur Razi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • KUPI Dorong Masyarakat Dokumentasikan dan Narasikan Peran Ulama Perempuan di Akar Rumput

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Nyai Nur Channah: Ulama Wali Ma’rifatullah
  • Rieke Diah Pitaloka: Bulan Mei Tonggak Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia
  • Menolak Sunyi: Kekerasan Seksual Sedarah dan Tanggung Jawab Kita Bersama
  • KUPI Dorong Masyarakat Dokumentasikan dan Narasikan Peran Ulama Perempuan di Akar Rumput
  • Memanusiakan Manusia Dengan Bersyukur dalam Pandangan Imam Fakhrur Razi

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Go to mobile version