• Login
  • Register
Sabtu, 19 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Personal

Kopi untuk Laki-laki dan Teh untuk Perempuan, Benarkah?

Teh dan kopi tidak memiliki gender, lalu mengapa orang-orang mempersepsikan terkait gender kopi dan teh?

Khumairouusolikha Khumairouusolikha
11/05/2024
in Personal
0
Kopi untuk Laki-laki

Kopi untuk Laki-laki

888
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Masih dalam momentum Syawal, Masyarakat Indonesia menggunakan bulan ini untuk bertamu dan berkunjung kepada sanak saudara.

Jika anak-anak sangat bahagia menunggu lebaran karena akan mendapatkan uang THR dari keluarganya. Hal ini berbeda dengan anak muda menuju yang berumur 20 tahun ke atas, karena mereka berhadapan dengan banyak pertanyaan sebagai obrolan basa-basi ketika lebaran.

lebaran adalah moment satu tahun sekali untuk bisa berkumpul dan bertemu dengan keluarga, sehingga tak heran banyak sekali pergulatan batin yang terjadi.

Setelah mengikuti ritual silaturrahmi atau berkunjung ke rumah saudara, nampaknya hal tersebut membuatku berpikir bahwa pemaknaan gender laki-laki dan perempuan begitu kuat di Indonesia. Bahkan termasuk dalam pembahasan minuman.

Teh dan Kopi: Kesetaraan gender

Jika kalian perhatikan ketika sedang silaturrahmi. Minuman yang disuguhkan untuk para tamu laki-laki dan perempuan berbeda. Ketika tamu laki-laki, tuan rumah akan menyuguhi dengan kopi, sedangkan ketika tamu perempuan mereka mereka akan menyuguhi teh. Tanpa mereka bertanya sebelumnya apakah laki-laki tersebut menyukai kopi atau perempuan tersebut menyukai teh.

Baca Juga:

COC: Panggung yang Mengafirmasi Kecerdasan Perempuan

Aisyah: Perempuan dengan Julukan Rajulah Al-‘Arab

Mengapa Perempuan Ditenggelamkan dalam Sejarah?

Kehamilan Perempuan Bukan Kompetisi: Memeluk Setiap Perjalanan Tanpa Penghakiman

Antara kopi dan teh adalah contoh kecil yang berkaitan dengan gender. Kopi untuk laki-laki dan teh identik dengan perempuan, namun ini menjadi masalah karena teh dan kopi tidak memiliki gender, lalu mengapa orang-orang mempersepsikan terkait gender kopi dan teh?

Padahal jika kita lihat kenyataannya, tidak semua laki-laki menyukai kopi, begitupun sebaliknya tidak semua perempuan menyukai teh. Bahkan tidak sedikit perempuan yang menyukai kopi.

Lalu bagaimana menaggapi demikian?

Makanan yang baik dalam Al-Qur’an

Agama Islam telah mengatur tentang semua yang berhubungan dengan makhluknya. Termasuk  makanan yang perlu kita konsumsi dan harus kita hindari. Dalam hal ini al-Qur’an menjelaskan dalam empat bagian. Yakni Q.S al-Baqarah ayat 168, Q.S al-Anfal ayat 69, Q.S An-Nahl ayat 114, dan Q.S Al-Maidah ayat 88. Keempat ayat tersebut menjelaskan perintah Allah untuk mengonsumsi makanan yang hal dan juga baik

Perlu kita ingat, bahwa Allah memerintahkan umat islam untuk mengkonsumsi makanan yang halal dan baik baik (Thayyib). Makanan yang halal adalah makanan yang halal secara dzat dan cara memperolehnya.

Sedangkan makanan yang baik adalah makanan yang layak untuk kita makan, bersih dan terdapat manfaat untuk manusia (tidak membahayakan manusia). Sehingga Thayyib memiliki makna baik, bagus (hasan), sehat (al-mu’afa), dan lezat (al-ladzidz).

Hal ini bisa kita simpulkan bahwa makanan yang baik sudah pasti halal, sedangkan tidak semua makanan yang halal itu baik, demikian menurut pendapat Imam Qardhawi.

Dari sisi biologis, makanan adalah sumber energi gerak dan gizi yang positif sehingga berguna untuk mengembangkan dan memperbaiki sel-sel yang ada dalam tubuh.

Jika seseorang mengkonsumsi makanan yang baik, maka menghasilkan kesehatan mental yang baik. Yakni mampu menjaga diri, memiliki akhlak yang baik terhadap sesama, bahagia menjalani hidup, dan mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan.

Maka dengan melihat hal tersebut, semua orang berhak menikmati makanan dan minuman dengan syarat makanan yang halal dan baik. Maksudnya layak dikonsumsi, bersih, dan juga ada manfaatnya untuk manusia. Tidak ada gender dalam makanan, sehingga laki-laki atau perempuan boleh memakan makanan yang sama.

Seperti contoh, ketika seorang laki-laki yang memiliki riwayat penyakit asam lambung, diharamkan (bagi dirinya) untuk minum kopi. Karena membahayakan dirinya sendiri dan termasuk makanan yang tidak hayyib karena membahayakan kesehatan.

Jadi, tidak ada kaitannya antara kopi dengan laki-laki, ataupun teh dengan perempuan. []

Tags: bias genderBulan SyawalKesetaraan GenderMakanan HalalperempuanRelasi
Khumairouusolikha

Khumairouusolikha

Sedikit belajar tentang apa yang terjadi di dunia ini. Masih menjadi guru untuk diri sendiri

Terkait Posts

Penindasan Palestina

Refleksi tentang Solidaritas yang Tidak Netral dalam Menyikapi Penindasan Palestina

18 Juli 2025
Kehamilan Perempuan

Kehamilan Perempuan Bukan Kompetisi: Memeluk Setiap Perjalanan Tanpa Penghakiman

18 Juli 2025
eldest daughter syndrome

Fenomena Eldest Daughter Syndrome dalam Drakor When Life Gives You Tangerines, Mungkinkah Kamu Salah Satunya?

17 Juli 2025
Love Bombing

Love Bombing: Bentuk Nyata Ketimpangan dalam Sebuah Hubungan

16 Juli 2025
Disiplin

Ketika Disiplin Menyelamatkan Impian

15 Juli 2025
Inklusivitas

Inklusivitas yang Terbatas: Ketika Pikiran Ingin Membantu Tetapi Tubuh Membeku

15 Juli 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Fazlur Rahman

    Fazlur Rahman: Memahami Spirit Kesetaraan dan Keadilan Gender dalam Al-Qur’an

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Pesan Terakhir Nabi Saw: Perlakukanlah Istri dengan Baik, Mereka adalah Amanat Tuhan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Aisyah: Perempuan dengan Julukan Rajulah Al-‘Arab

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Refleksi tentang Solidaritas yang Tidak Netral dalam Menyikapi Penindasan Palestina

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kehamilan Perempuan Bukan Kompetisi: Memeluk Setiap Perjalanan Tanpa Penghakiman

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • COC: Panggung yang Mengafirmasi Kecerdasan Perempuan
  • Pesan Terakhir Nabi Saw: Perlakukanlah Istri dengan Baik, Mereka adalah Amanat Tuhan
  • Fazlur Rahman: Memahami Spirit Kesetaraan dan Keadilan Gender dalam Al-Qur’an
  • Aisyah: Perempuan dengan Julukan Rajulah Al-‘Arab
  • Refleksi tentang Solidaritas yang Tidak Netral dalam Menyikapi Penindasan Palestina

Komentar Terbaru

  • M. Khoirul Imamil M pada Amalan Muharram: Melampaui “Revenue” Individual
  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID