• Login
  • Register
Selasa, 28 Maret 2023
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Personal

Manba’ussa’adah: Mengistirahatkan Tubuh itu Penting

Dalam Kitab Manba’ussa’adah menyarankan pada kita semua untuk belajar mengatur waktu istirahat, salah satunya dengan tidur

Fitri Nurajizah Fitri Nurajizah
22/04/2021
in Personal
0
Istirahat

Istirahat

546
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Hari ini, tepatnya pada Minggu 18 April 2021 saya kembali mengikuti kelas intensif ramadhan, 20 hari ngaji kitab Manba’ussa’adah bersama 20 ulama perempuan Nusantara. Tema pada hari ke dua ini adalah tentang “Hak Tubuh: Hak atas istirahat yang cukup”. Tema ciamik ini disampaikan oleh Ibu Nyai Mufliha Wijayati dan dimoderatori oleh host kece Kak Sari Narulita.

Ibu Nyai Mufliha membuka kajian tersebut dengan mengutip dan memaknai sebuah kisah tentang nasihat Salman kepada sahabatnya Abu Darda. Kira-kira begini kisahnya:

“Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah mempersaudarakan antara Salman dan Abu Darda’. Tatkala Salman bertandang (ziarah) ke rumah Abu Darda’, ia melihat Ummu Darda’ (istri Abu Darda’) dalam keadaan bad mood. Salman pun bertanya padanya, “Mengapa keadaan kamu seperti itu?” Ummu Darda menjawab, “Saudaramu Abu Darda’ sudah tidak mempunyai hajat lagi pada keduniaan.”

Kemudian Abu Darda datang dan ia membuatkan makanan untuk Salman. Setelah selesai Abu Darda berkata kepada Salman, “Makanlah, karena saya sedang berpuasa.” Salman menjawab, “Saya tidak akan makan sebelum engkau pun makan.” Maka Abu Darda pun makan. Pada malam harinya, Abu Darda bangun untuk mengerjakan shalat malam. Salman pun berkata padanya, “Tidurlah.” Abu Darda pun tidur kembali.

Ketika Abu Darda bangun hendak mengerjakan shalat malam, Salman berkata padanya, “Tidurlah!” Hingga pada akhir malam, Salman berkata, “Bangunlah.” Lalu mereka shalat bersama-sama. Setelah itu, Salman berkata kepadanya, “Sesungguhnya bagi Rabbmu ada hak, bagi dirimu ada hak, dan bagi keluargamu juga ada hak. Maka penuhilah masing-masing hak tersebut.“

Daftar Isi

  • Baca Juga:
  • Asy-Syifa Binti Abdullah: Ilmuwan Perempuan Pertama dan Kepala Pasar Madinah
  • Nalar Kritis Muslimah: Menghadirkan Islam yang Ramah Perempuan
  • Siti Walidah: Ulama Perempuan Progresif Menolak Peminggiran Peran Perempuan
  • Ini Alasan, Mengapa Perempuan Harus Berpolitik

Baca Juga:

Asy-Syifa Binti Abdullah: Ilmuwan Perempuan Pertama dan Kepala Pasar Madinah

Nalar Kritis Muslimah: Menghadirkan Islam yang Ramah Perempuan

Siti Walidah: Ulama Perempuan Progresif Menolak Peminggiran Peran Perempuan

Ini Alasan, Mengapa Perempuan Harus Berpolitik

Lalu setelah itu, Abu Darda mendatangi Nabi Saw dan menceritakan apa yang baru saja terjadi. Beliau lantas bersabda, “Salman itu benar.” (HR. Bukhari no. 1968).

Ibu Nyai Mufliha memberikan tiga catatan dalam merespon kisah di atas. Pertama, tentang pentingnya mengatur ritme kehidupan, Ibadah itu memang penting, tetapi jangan sampai mengabaikan hak tubuh dan hak orang di lingkungan kita. Kedua, memberikan pesan bahwa laki-laki di zaman Nabi juga melakukan pekerjaan domestik, yaitu memasak. Lalu ketiga, yang terakhir adalah mengajarkan tentang pentingnya menghormati tamu, dengan ikut makan bersama walaupun Abu Darda tengah berpuasa sunnah.

Kemudian selanjutnya, Ibu Nyai Mufliha juga menyampaikan bahwa setiap manusia itu berhak untuk menjeda atau memberi waktu pada tubuhnya untuk beristirahat. Tentu bentuk relaksasi istirahat ini setiap orang akan berbeda-beda. Sesuai dengan hobi atau keinginannya masing-masing.

Menurut saya menjeda itu memang sangat penting. Sebab, selama ini banyak dari kita, terutama anak muda yang sering abai terhadap hak tubuhnya. Misalnya kita terbiasa untuk melakukan segala hal dengan cepat, seperti kerja lembur bagay kuda tanpa punya waktu untuk rehat, atau bergadang dan tidak mengatur pola tidur dengan baik.

Pola hidup yang seperti itu merupakan kebiasaan yang tidak baik, karena bisa membuat tubuh menjadi lelah, tidak bugar dan mungkin akan gampang terserang penyakit. Oleh sebab itu, pak Faqih dalam kitab Manba’ussa’adah menyarankan pada kita semua untuk belajar mengatur waktu istirahat, salah satunya dengan tidur. Karena tidur juga merupakan nikmat yang Allah berikan kepada setiap makhluk hidup.

Di sisi lain, fungsi tidur juga sangat baik, yaitu menumbuhkan semangat baru, memenuhi kebutuhan badan untuk rehat dan menenangkan jiwa dari hiruk pikuk kehidupan. Selain itu, tidur juga mendatangkan banyak manfaat, salah satunya adalah membuat akal tetap sehat dan bisa berpikir jernih. Jadi, masihkah kita akan terus bergadang di malam hari, dan kerja lembur bagai kuda di siang hari tanpa rehat? Mari kita renungkan bersama.

Selain itu, beberapa waktu yang lalu saya juga pernah menonton sebuah video karya Adjie Santosoputro berjudul “Melambat”. Dalam video tersebut saya diingatkan untuk belajar mengatur ritme hidup saya supaya lebih seimbang dan menyenangkan. Sesekali mungkin kita boleh berjalan cepat atau bahkan berlari sekencang mungkin.

Tetapi dalam waktu yang lain, kita juga perlu untuk pelan dan tidak tergesa-tergesa dalam menyelesaikan sesuatu lalu memberi ruang tubuh untuk beristirahat sejenak, sebelum lanjut melakukan hal lain.
Karena hidup itu bukan tentang siapa cepat, maka dia hebat. Tetapi tentang bagaimana kita bisa bahagia dengan apapun yang kita lakukan.

Oleh karenanya, jika dalam beberapa waktu yang lalu saya berasa ditampar oleh setiap kata-kata Adjie Santosoputro. Maka hari ini, ketika ikut ngaji manba’ussa’adah, saya seperti di tampar berkali-kali. Karena, selama ini saya sering sekali mengabaikan hak atas tubuh saya sendiri.

Dan yang terakhir, selain mengistirahatkan tubuh yang berbentuk fisik. Ternyata kita juga penting untuk memperhatikan sekaligus memberi waktu untuk rehat pada hati, mental serta pikiran kita. Seperti halnya yang disampaikan oleh Ali bin Abi Thalib “Hiburlah hati dan jiwamu dengan menelusuri hikmah. Karena sejatinya hati juga bisa lelah seperti juga ragamu.”

Terimakasih Ibu Nyai Mufliha dan Pak Faqih sudah memberikan pencerahan. Semoga saya bisa mengamalkannya, minimal pada diri saya sendiri. Tetapi, tentu saja saya juga berharap pengetahuan seperti ini dapat dipahami oleh lebih banyak orang. Supaya kita tidak lagi mengabaikan hak-hak diri kita sendiri, dan juga hak diri orang lain dalam mendapatkan waktu yang cukup untuk beristirahat. []

Tags: Hak TubuhIstirahatKelas Intensif RamadanKongres Ulama Perempuan IndonesiaNgaji Kitab Manba'ussa'adahRamadan 1442 Hulama perempuan
Fitri Nurajizah

Fitri Nurajizah

Perempuan asal Garut, kelahiran Tahun 1997. Telah lulus dari Institut Studi Islam Fahmina Cirebon, Jurusan Ekonomi Syariah. Biasa disapa Fitri, hobi kelayapan, pecandu mie instan dan penikmat ketinggian. Biasa mengabadikan kesehariannya di Instagram @fitri_nurajizah

Terkait Posts

Pengasuhan Anak

Jalan Tengah Pengasuhan Anak

28 Maret 2023
Sittin al-‘Adliyah

Kitab Sittin Al-‘Adliyah: Pentingnya Menjaga Kesehatan Mental

27 Maret 2023
Profil Gender

Profil Gender: Angka tak Bisa Dibiarkan Begitu Saja

27 Maret 2023
Target Ibadah Ramadan

3 Tips Jika Target Ibadah Ramadan Berhenti di Tengah Jalan

25 Maret 2023
Memilih Childfree

Salahkah Memilih Childfree?

24 Maret 2023
Rukhsah bagi Ibu Hamil dan Menyusui

Rukhsah bagi Ibu Hamil dan Menyusui Saat Ramadan

23 Maret 2023
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Tradisi di Bulan Ramadan

    Menggali Nilai-nilai Tradisi di Bulan Ramadan yang Mulia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Flexing Ibadah selama Ramadan, Bolehkah?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Puasa Dalam Perspektif Psikologi dan Pentingnya Pengendalian Diri

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kitab Sittin Al-‘Adliyah: Prinsip Kasih Sayang Itu Timbal Balik

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mengapa Menjadi Bapak Rumah Tangga Dianggap Rendah?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Islam Pada Awalnya Asing
  • Jalan Tengah Pengasuhan Anak
  • Imam Malik: Sosok yang Mengapresiasi Tradisi Lokal
  • Mengapa Menjadi Bapak Rumah Tangga Dianggap Rendah?
  • Kitab Sittin Al-‘Adliyah: Prinsip Kasih Sayang Itu Timbal Balik

Komentar Terbaru

  • Profil Gender: Angka tak Bisa Dibiarkan Begitu Saja pada Pesan untuk Ibu dari Chimamanda
  • Perempuan Boleh Berolahraga, Bukan Cuma Laki-laki Kok! pada Laki-laki dan Perempuan Sama-sama Miliki Potensi Sumber Fitnah
  • Mangkuk Minum Nabi, Tumbler dan Alam pada Perspektif Mubadalah Menjadi Bagian Dari Kerja-kerja Kemaslahatan
  • Petasan, Kebahagiaan Semu yang Sering Membawa Petaka pada Maqashid Syari’ah Jadi Prinsip Ciptakan Kemaslahatan Manusia
  • Berbagi Pengalaman Ustazah Pondok: Pentingnya Komunikasi pada Belajar dari Peran Kiai dan Pondok Pesantren Yang Adil Gender
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist