• Login
  • Register
Selasa, 13 Mei 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Publik

Manusia Modern, Keterasingan dan Kerinduan Spiritual

Sepertinya jiwa manusia modern terjebak dalam budaya yang mereka miliki sendiri. Kemajuan-kemajuan menyebabkan keterbatasan interaksi. Semuanya saling terhubung tapi sikap individualistis semakin tinggi

Daniel Osckardo Daniel Osckardo
05/11/2022
in Publik
0
Manusia Modern

Manusia Modern

469
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Di era saat ini manusia modern hampir memiliki segalanya. Bisa terbang keluar bumi untuk melakukan penelitian di Mars, membuat mesin bekerja untuk meningkatkan jumlah produksi, membangun gedung-gedung yang menjulang ke langit, mengeruk habis-habisan sumber daya alam, memiliki kendaraan yang mampu memotong jarak secara mengagumkan, alat komunikasi yang canggih.

Dengan melalui gawai di tangan, dari tempat tidur Anda bisa memesan makanan, membeli pakaian-pakaian kesukaan Anda. Anda bisa menonton sepak bola melalui siaran televisi. Anda bisa menikmati apa saja hanya melalui gawai di tangan. Sebuah kemajuan yang mungkin saja tidak pernah ter bayangkan sebelumnya.

Namun jika Anda menyadari, sebetulnya peradaban ini membuat manusia seperti makhluk kehilangan arah. Anda bekerja di gedung-gedung tinggi tapi merasa depresi di kamar tidur pada malam hari. Anda memiliki gawai untuk melihat peristiwa-peristiwa di seluruh dunia, tapi Anda tidak terlihat langsung di dalamnya. Begitu mudah mendapatkan informasi tapi kasus penipuan juga ikut meningkat.

Budaya Manusia Modern

Transportasi tinggal pilih tapi Anda tidak sering dapat bepergian. Di saat Anda bepergian, harus rela berjam-jam terjebak kemacetan di jalanan. Di saat Anda baru beberapa saat menyukai sesuatu, kemudian dengan cepat trend berubah. Melahirkan budaya  fear of missing out. Semuanya berjalan serba cepat. Budaya modern adalah budaya sekali pakai: konsumtif dan hedonis—bukan dalam artian epicurian.

Ke arah mana sebetulnya peradaban ini, maju ke tahap berikutnya atau sebetulnya tertarik ke arah kehancuran. Maksud saya, kenapa kemajuan alat tidak membawa kebahagiaan kepada manusia? Saya tahu, begitu banyak orang yang tertawa, tapi saya juga tahu banyak yang tertawa hanya untuk menyembunyikan stres.

Baca Juga:

Islam Hadir untuk Gagasan Kemanusiaan

Islam Memuliakan Perempuan Belajar dari Pemikiran Neng Dara Affiah

Keheningan Melalui Noble Silence dan Khusyuk sebagai Jembatan Menuju Ketenangan Hati

Manusia Bukan Tuan Atas Bumi: Refleksi Penggunaan Energi Terbarukan dalam Perspektif Iman Katolik

Kemajuan peradaban bukannya menjadikan manusia lebih mudah untuk mengaktualkan dirinya. Justru sebaliknya, melahirkan ketergantungan yang kronis. Ketergantungan yang aneh. Manusia modern seakan-akan tidak bisa hidup tanpa menunduk menatap layar handphone. Tidak mau bepergian jika tidak ada kendaraan. Seakan-akan manusia modern lupa caranya untuk “hidup”.

Keadaan ini bertambah lagi dengan budaya konsumerisme yang begitu kentara.  Berikutnya melahirkan budaya kompetisi soal siapa yang bisa memiliki materi sebanyak-banyaknya. Namun apa tujuan dari semua ini? Saya kira materi tidak selalu memberi kepuasan yang berarti. Bahkan materi menciptakan bentuk alienasi yang baru.

Setiap orang berlomba-lomba untuk membeli hp terbaru. Menggunakan pakaian yang bermerek, membeli kendaraan terbaru, memakai sepatu paling mutakhir. Sebagai makhluk yang memiliki ego, semua ini tentu saja untuk memenuhi kepuasan. Tapi materi hanya bisa memuaskan ego, tapi tidak jiwa manusia yang juga memiliki rasa.

Hilangnya Ketenangan Jiwa

Terdapat sisi hampa dalam jiwa manusia modern. Ruang yang mengakibatkan absennya ketenangan jiwa dalam diri manusia. Budaya yang ada tidak dapat menutup kekosongan tersebut. Manusia modern kompleks sekaligus sangat sederhana. Makna hidup hanya didefinisikan melalui seberapa banyak materi yang dimiliki.

Sepertinya jiwa manusia modern terjebak dalam budaya yang mereka miliki sendiri. Kemajuan-kemajuan menyebabkan keterbatasan interaksi. Semuanya saling terhubung tapi sikap individualistis semakin tinggi. Ini sangat jauh berbeda dengan masyarakat-masyarakat tradisional. Masyarakat tradisional memiliki kebudayaan yang memberikan porsi yang cukup besar terhadap rasa, bahkan sampai kepada pembunuhan ego (asketisme).

Modernisme dengan segala kemajuan melahirkan hiruk-pikuk yang melelahkan. Standarisasi yang cenderung tidak menghargai perbedaan alami. Standardisasi yang melahirkan sikap rasis. Memang benar, ide-ide pluralisme mencuat, tapi itu adalah semacam bentuk kerinduan sebab budaya modern tidak menyediakan tempat untuk itu. Ide-ide itu layaknya seperti nyanyian-nyanyian akan kerinduan terhadap kebebasan yang sangat sulit untuk kita temui.

Kerinduan pada Spiritualitas

Seluruh tindakan orang-orang dahulu selalu mendahulukan pelajaran-pelajaran rasa dan nilai-nilai spiritual. Bahkan apa yang orang-orang modern anggap sebagai sesuatu yang norak, takhayul, mitos, dan semacamnya, di dalamnya masih terdapat nilai-nilai yang memperkaya manusia. Tapi manusia modern, tindakan mereka adalah produk-produk sekali pakai.

Bernyanyi riang di tempat konser, menjerit tatkala menonton film horor di bioskop, bergaya ketika berfoto di cafe, lalu selanjutnya apa? Tidak ada! Sifat semua yang materi adalah sementara. Ia mungkin bisa memberikan kepuasan tapi kepuasan semu. Kenyataannya terpenuhinya kebutuhan material tidak memberikan manusia kepuasan. Ini dapat kita lihat dengan adanya semacam kehausan spiritual.

Dalam beberapa tahun belakangan kegersangan era modern itu sangat jelas. Itu bisa kita lihat dari menjamurnya kegiatan-kegiatan spiritual. Tren new age begitu gencar, apalagi selama tahun-tahun pandemi. Orang-orang melarikan diri ke hutan dan gunung hanya untuk menikmati kehijauan, suara gemercik air, suara semilir angin. Suara-suara yang tidak mereka dapatkan di perkotaan yang mereka ciptakan sendiri.

Sangat marak pergerakan (movement ) semacam itu. Diminatinya kembali meditasi ala Buddhis, gaya hidup ala stoik, yoga, urban sufism, filsafat Jawa, adalah bukti-bukti kerinduan manusia modern terhadap nilai-nilai non materi. Sesuatu yang anggapannya tidak penting itu. Tatkala agama tidak lagi mereka anggap sakral, nilai-nilai kebudayaan tradisional dianggap udik, ternyata manusia modern tidak bisa hidup dengan dunia yang mereka ciptakan sendiri.

Keadaan ini secara tidak langsung membantah tesis bahwa agama tidak kita perlukan lagi di dunia modern. Orang yang menjadi ateis boleh saja meningkat, tapi hal tersebut sama sekali tidak berarti apa-apa. Meskipun masih terbuka ruang perdebatan perihal apakah moral—dan saya kira juga spiritual—memerlukan agama atau tidak.

Dalam hal ini kita sangat boleh untuk tidak bersepakat dengan Feuerbach, Marx, atau Nietzsche. Jika Feuerbach menganggap “keterasingan” dalam agama adalah suatu yang negatif—hal serupa diambil oleh Marx, meski sedikit dengan sinis—tesis ini sepertinya tidak bisa kita benarkan.

Ketika sains dan kemajuan industri tidak mampu menghadirkan kepuasan batin, agama menyediakan paket lengkap untuk itu. Spiritualitas yang kita anggap tempat keterasingan oleh Feuerbach mampu memberikan kepuasan yang tidak disediakan oleh kemajuan materi. []

 

 

 

 

 

       

 

 

 

      

 

Tags: agamaBudayakehidupankemanusiaanManusia Modernspiritualitas
Daniel Osckardo

Daniel Osckardo

Penulis merupakan alumni S1 Hukum Tatanegara (Siyasah Syar'iyyah), Fakultas Syari'ah, UIN Imam Bonjol Padang. Memiliki minat kajian pada topik-topik filsafat, politik, hukum, dan keislaman. Saat ini menetap di Yogyakarta, dan aktif menulis esai populer di beberapa media

Terkait Posts

Kebebasan Berekspresi

Kebebasan Berekspresi dan Kontroversi Meme Prabowo-Jokowi

13 Mei 2025
Merapi

Dampak Tambang Ilegal di Merapi: Sumber Air Mengering, Lingkungan Rusak

12 Mei 2025

Hari Raya Waisak: Mengenal 7 Tradisi dan Nilai-Nilai Kebaikan Umat Buddha

12 Mei 2025
Paus Leo XIV

Mengenal Paus Leo XIV: Harapan Baru Penerus Paus Fransiskus

12 Mei 2025
Barak Militer

Apakah Barak Militer Bisa Menjadi Ruang Aman bagi Siswi Perempuan?

11 Mei 2025
Hari Raya Waisak

Kontekstualisasi Ajaran Islam terhadap Hari Raya Waisak

10 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Merapi

    Dampak Tambang Ilegal di Merapi: Sumber Air Mengering, Lingkungan Rusak

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Hari Raya Waisak: Mengenal 7 Tradisi dan Nilai-Nilai Kebaikan Umat Buddha

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mengenal Paus Leo XIV: Harapan Baru Penerus Paus Fransiskus

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Waisak: Merayakan Noble Silence untuk Perenungan Dharma bagi Umat Buddha

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kebebasan Berekspresi dan Kontroversi Meme Prabowo-Jokowi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Anggota Parlemen dan Hakim Perempuan
  • Kebebasan Berekspresi dan Kontroversi Meme Prabowo-Jokowi
  • Dampak Tambang Ilegal di Merapi: Sumber Air Mengering, Lingkungan Rusak
  • Hari Raya Waisak: Mengenal 7 Tradisi dan Nilai-Nilai Kebaikan Umat Buddha
  • Mengenal Paus Leo XIV: Harapan Baru Penerus Paus Fransiskus

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Go to mobile version