• Login
  • Register
Minggu, 6 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Publik

Mari Kita Bersatu, Wujudkan Kualitas Udara Bersih

Dari hari ke hari, kualitas udara bersih yang kita hirup tak lagi sebaik dulu. Bahkan hingga kini, tingkat karbon dioksida di bumi akan terus mengalami kenaikan hingga 50%.

Efrial Ruliandi Silalahi Efrial Ruliandi Silalahi
06/08/2022
in Publik
0
Udara Bersih

Udara Bersih

700
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Di awal tulisan ini, saya ingin membawa para pembaca sekalian untuk berimajinasi bagaimana dunia bersatu untuk menyelamatkan bumi. Setelah hype Film Dr. Strange yang merupakan salah satu superhero dari Avengers, tentunya teman-teman semua pernah kepikiran bagaimana jika berbagai negara bersatu untuk menyelamatkan bumi, mewujudkan kualitas udara bersih, seperti halnya para pahlawan yang bersatu untuk mengalahkan musuhnya?

Ternyata peristiwa tersebut pernah ada di dunia nyata, di mana saat 200 negara di dunia berkumpul untuk memperjuangkan penghentian penggunaan CFC (chlorofluorocarbon) yang mampu memperburuk kondisi lapisan ozon di muka bumi. Perjuangan tersebut akhirnya berhasil mengecilkan lubang ozon kala itu.

Pada 22 September 1985, 20 negara berkumpul di Vienna, Austria. Perkumpulan ini bertujuan untuk merumuskan strategi untuk menghentikan lubang ozon yang muncul sejak Tahun 1980. Rencana tersebut akhirnya disepakati dan diikuti oleh hampir 200 negara di dunia. Perjuangan untuk menghentikan penggunaan CFC (chlorofluorocarbon) yang mampu memperburuk kondisi lapisan ozon pun mereka mulai.

Emisi Karbon dan Polusi Dunia

Di masa saat ini, tingginya polusi dunia secara keseluruhan sekarang ini merupakan peringatan bagi seluruh umat manusia yang ada di dunia untuk lebih menjaga bumi. Global warming, eutrofikasi, hujan asam, penipisan lapisan ozon, dan masih banyak lagi adalah berbagai akibat yang disebabkan oleh maraknya polusi. Emisi karbon merupakan penyumbang terbesar dalam polusi dunia, seperti CO2, gas pembuangan dari pembakaran bensin, solar, gas LPG, dan bahan bakar lainnya yang mengandung hidrokarbon.

Emisi karbon kembali naik setelah sempat turun semasa awal pandemi karena kebijakan pemangku kepentingan yang menurut hemat saya baik namun akhirnya terjadi polemik karena adanya pro dan kontra di kalangan masyarakat. Seperti bekerja dari rumah (work from home) dan pemberlakukan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM).

Baca Juga:

Pak Bahlil, Kritik Tambang Bukan Tanda Anti-Pembangunan

Komitmen Disabilitas untuk Isu Iklim

Wahabi Lingkungan, Kontroversi yang Mengubah Wajah Perlindungan Alam di Indonesia?

Apa Kepentingan Kita Menjaga Ekosistem?

Emisi karbon merupakan gas yang keluar dari hasil pembakaran senyawa yang mengandung unsur karbon. CO2 yang merupakan gas pembuangan dari pembakaran bensin, solar, gas LPG. Dan bahan bakar lainnya adalah beberapa contoh dari emisi karbon. Emisi karbon ini dapat berdampak buruk bagi kualitas udara bersih, kesehatan manusia dan lingkungan, seperti perubahan iklim yang tidak menentu yang dapat mengakibatkan banjir, kelaparan, hingga ketidakstabilan ekonomi.

Bahkan, emisi karbon juga dapat mengakibatkan suhu udara meningkat dan menyebabkan pemanasan global. Kebijakan lockdown massal di berbagai negara di dunia berhasil menurunkan emisi karbon global hingga 2,4 miliar metrik ton.

Dalam studi Proyek Karbon Global, emisi karbon dioksida turun sebesar 7% pada tahun 2020. Penurunan ini merupakan yang terbesar sepanjang sejarah perhitungan emisi karbon. Sayangnya, kini polusi karbon telah kembali meroket hingga ke level darurat.

Bagaimana Kualitas Udara Bersih di Sekitar Kita?

Kualitas udara yang buruk merupakan masalah lingkungan yang kian hari kian meningkat. Masalah itu tidak lain karena emisi gas buang. Kandungan emisi gas buang pada kendaraan yaitu Hidrokarbon (HC), Nitrogen Oksida (NO atau NOx), Karbon Dioksida (CO2) serta Karbon Monoksida (CO). Emisi gas buang yang berlebih dapat mengancam nyawa, untuk itu diperlukan inovasi berkelanjutan yang ramah lingkungan.

Mengingat kualitas udara bersih Indonesia yang kian memburuk terutama pada Ibu Kota Jakarta, membuat kita harus gencar mencari solusi atas permasalahan tersebut. Salah satu langkah kecil yang bisa kita lakukan adalah dengan mematikan lampu saat tidak kita gunakan. Baik di rumah atau di kantor serta menggunakan moda transportasi publik yang ramah bagi penumpang dan juga bagi lingkungan. Langkah ini akan mengurangi tingkat polusi terutama kemacetan yang selalu menjadi pemandangan setiap hari.

Belakangan ini saya sering mengikuti berita mengenai polusi udara yang mengancam harapan hidup warga Jakarta. Hal ini membuat ketakutan serta kekhawatiran bagi saya dan juga masyarakat lainnya yang tinggal di Kota Jakarta. Jakarta menjadi salah satu kota dengan kualitas udara terburuk.

Dampak Kualitas Udara Buruk

Menurut Institut Kebijakan Energi dari University of Chicago, warga Jakarta diperkirakan kehilangan harapan hidup 3-4 tahun karena polusi udara. Serta menurut WHO, udara yang buruk dapat menyebabkan stroke, penyakit jantung, kanker paru-paru, serta penyakit pernapasan lainnya.

Dari hari ke hari, kualitas udara bersih yang kita hirup tak lagi sebaik dulu. Bahkan hingga kini, tingkat karbon dioksida di bumi akan terus mengalami kenaikan hingga 50%. Aktivitas manusia sehari-hari, pembakaran bahan bakar fosil, dan pembalakan hutan telah meningkatkan konsentrasi karbondioksida di atmosfer.

Adapun dampak yang ditimbulkan akibatnya meningkatnya konsentrasi CO2 ini seperti efek rumah kaca dan perubahan pola iklim. Oleh karena itu, berbagai upaya tengah kita lakukan oleh semua pihak guna mengurangi tingkat karbon dioksida.

Menurut laporan yang NOAA rilis, kadar karbon dioksida pada bulai Mei 2020 mencapai 50% lebih tinggi dibandingkan era pra-industri. Lalu, apa saja yang bisa kita lakukan untuk mengurangi tingkat karbon dioksida di bumi?

Mendukung Peran Pemerintah

Saya sangat mendukung kebijakan pemerintah dengan menerbitkan peraturan denda Rp. 500 ribu untuk warga DKI yang membakar sampah sembarangan. Menurut Perda No.3 Tahun 2013 tentang pengelolaan sampah pada pasal 126 ayat e dan pasal 130 ayat b, orang yang membuang dan membakar sampah sembarangan akan di denda sebesar Rp. 500 ribu.

Selain itu dengan melakukan aksi gerakan menanam pohon penyerap karbon. Misalnya saja, beringin mampu menyerap karbondioksida sebesar 535,90 kg per pohon. Menanam pohon menjadi usaha yang paling mudah untuk kita lakukan, salah satunya dengan menanam pohon beringin yang mampu menyerap karbon lebih besar.

Maka sebagai bentuk kontribusi dalam mengurangi polusi, mari kita menggunakan segala sesuatu yang menghasilkan emisi karbon dengan secukupnya, karena sekecil apapun partisipasi kita akan sangat berguna untuk menjaga bumi kita. []

 

 

Tags: Air BersihEmisi KarbonIsu LingkunganLingkungan BerkelanjutanPerubahan IklimUdara Bersih
Efrial Ruliandi Silalahi

Efrial Ruliandi Silalahi

Suka Menonton Film dan Pemburu Buku Gratisan

Terkait Posts

Ahmad Dhani

Ahmad Dhani dan Microaggression Verbal pada Mantan Pasangan

5 Juli 2025
Tahun Hijriyah

Tahun Baru Hijriyah: Saatnya Introspeksi dan Menata Niat

4 Juli 2025
Rumah Tak

Rumah Tak Lagi Aman? Ini 3 Cara Orang Tua Mencegah Kekerasan Seksual pada Anak

4 Juli 2025
Kritik Tambang

Pak Bahlil, Kritik Tambang Bukan Tanda Anti-Pembangunan

4 Juli 2025
Isu Iklim

Komitmen Disabilitas untuk Isu Iklim

3 Juli 2025
KB sebagai

Merencanakan Anak, Merawat Kemanusiaan: KB sebagai Tanggung Jawab Bersama

3 Juli 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Gerakan KUPI

    Berjalan Bersama, Menafsir Bersama: Epistemic Partnership dalam Tubuh Gerakan KUPI

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kisah Jun-hee dalam Serial Squid Game dan Realitas Perempuan dalam Relasi yang Tidak Setara

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • ISIF akan Gelar Halaqoh Nasional, Bongkar Ulang Sejarah Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Islam Memuliakan Orang yang Bekerja

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kholidin, Disabilitas, dan Emas : Satu Tangan Seribu Panah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Surat yang Kukirim pada Malam
  • Film Rahasia Rasa Kelindan Sejarah, Politik dan Kuliner Nusantara
  • Bekerja itu Ibadah
  • Menemukan Wajah Sejati Islam di Tengah Ancaman Intoleransi dan Diskriminasi
  • Jangan Malu Bekerja

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID