Dengan pintu masuk ini, membangun kesadaran anak dalam memahami pentingnya mengedepankan sekolah
Mubadalah.id – Dalam kondisi di mana masyarakat khususnya anak perempuan belum memahami posisinya dalam sistem budaya yang memberikan hak dalam pengambilan keputusan merariq, maka upaya advokasi perlu memperhatikan hal ini. Beberapa materi kunci perlu disosialisasikan pada anak, di antaranya adalah:
Pertama, cita-cita dan impian anak. Materi ini mendorong anak memikirkan dan memaknai impian sehingga anak mengenali apa sebenarnya cita-cita yang diinginkannya.
Anak didorong berani bermimpi dan bercita-cita yang tinggi dan diyakinkan dapat mencapai cita-cita dan impiannya.
Dengan pintu masuk ini, membangun kesadaran anak dalam memahami pentingnya mengedepankan sekolah, tidak merariq di usia yang masih sekolah, dan tidak meninggalkan masa kecil yang menyenangkan merupakan keniscayaan.
Kedua, mengenal hak dasar anak. Setelah anak memiliki cita-cita dan mimpi yang kuat, anak kita ajak mengenali dan mengerti apa saja hak dasar hidupnya. Memahami proses merariq yang sesuai dengan hukum adat yang berlaku. Dan kita kenalkan pola-pola penyimpangan hukum adat merariq yang harus diwaspadai.
Ketiga, perbedaan anak dan dewasa. Konsep anak dan dewasa dapat kita diskusikan agar anak mengenali hidupnya masih masuk kategori anak dan tidak memungkinkan melangkah pada jenjang perkawinan.
Selain itu, konsep perbedaan anak dan dewasa ini didiskusikan bersama anak agar pemahaman anak mengenai konsep dewasa yang berlaku di masyarakat yang hanya merujuk pada kemampuan fisik anak dalam mengerjakan kerja-kerja domestik dapat dipikirkan kembali.
Hukum Adat Merariq
Keempat adalah hukum adat merariq. Anak kita ajak mengidentifikasi secara langsung apa saja dampak melanggar hukum adat merariq dan melakukan merariq di saat masih sekolah.
Di bagian ini, isu-isu pendidikan, kesehatan reproduksi, perlindungan hukum, dan ekonomi dapat kita bicarakan bersama dalam batas yang menyesuiakan pengetahuan anak.
Di tahapan ini, anak akan mengerti hal-hal apa saja yang harus menjadi pertimbangan utama anak saat ada ajakan merariq dari seorang laki-laki.
Berbagai penyimpangan yang tidak sesuai dengan aturan adat yang berpihak pada perlindungan anak, khususnya anak perempuan mendapat informasi dengan maksud agar anak dapat mengantisipasi pola-pola penipuan atau manipulasi yang pihak lain lakukan kepada diri mereka.
Kelima pengambilan keputusan. Materi terkonsentrasikan pada kemampuan anak mengadvokasi diri dan teman sebayanya. Beberapa cara berpikir kita coba lakukan bersama anak untuk sampai pada pengambilan keputusan dengan tetap mengedepankan kepentingan dan hak anak.
Dengan pengalaman ini, anak akan belajar mengambil keputusan besar di usianya yang masih belia. Tanggung jawab pengambilan keputusan ini memang berat bagi anak. Namun harus mulai kita kenalkan karena dalam praktik merariq, posisi anak adalah sebagai pengambil keputusan utama.
Alur pendidikan hukum adat merariq ini telah tersusun secara bersama-sama dengan perkawilan unsur sekolah, pemerintah desa. Juga pemuda, tokoh adat, dan tokoh agama. Buku ini dapat menjadi rujukan guru dalam mengimplementasikan pendidikan merariq yang benar dan tepat.