• Login
  • Register
Minggu, 5 Februari 2023
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Publik

Mari Saling Rangkul, Memaknai Kembali Kerukunan Antar Umat Beragama

Nabi memiliki keyakinan bahwasanya setiap penganut agama harus memiliki kepercayaan terhadap ajaran agama dan keyakinannya masing-masing

Ahmad Murtaza MZ Ahmad Murtaza MZ
15/01/2023
in Publik
0
Kerukunan Antar Umat Beragama

Kerukunan Antar Umat Beragama

462
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Sebelum mengulas tentang mengapa kita penting untuk menjaga kerukunan antar umat beragama, saya akan mengisahkan tentang bagaimana teladan Nabi bersikap toleran terhadap umat berbeda agama. Suatu hari, ketika awal munculnya Islam di tengah-tengah masyarakat Mekkah, beberapa tokoh non-muslim menjumpai Nabi Muhammad untuk melakukan dialog.

Dari pihak non-muslim membujuk Nabi Muhammad dengan cara nabi mau menyembah Tuhan dari pihak non-muslim dan nantinya mereka pula akan menyembah Tuhan yang disembah oleh Nabi Muhammad.

Nabi Muhammad sempat berhenti sebentar untuk berpikir, yang kemudian turunlah wahyu QS. Al-Kafirun (109): 1-6 yang memberikan jawaban atas ajakan non-muslim tersebut. Yang mana ayat-ayat ini dengan tegas untuk menolak ajakan untuk menyembah Tuhan selain dengan apa yang yakini masing-masing ajaran agama yakini. Adapun bunyi dari QS. Al-Kafirun (109): 1-6,

قُلْ يٰٓاَيُّهَا الْكٰفِرُوْنَۙ لَآ اَعْبُدُ مَا تَعْبُدُوْنَۙ وَلَآ اَنْتُمْ عٰبِدُوْنَ مَآ اَعْبُدُۚ وَلَآ اَنَا۠ عَابِدٌ مَّا عَبَدْتُّمْۙ وَلَآ اَنْتُمْ عٰبِدُوْنَ مَآ اَعْبُدُۗ لَكُمْ دِيْنُكُمْ وَلِيَ دِيْنِ ࣖ

Terjemah Kemenag 2019

Daftar Isi

  • Baca Juga:
  • Relasi Keluarga Berencana dalam Perspektif Mubadalah
  • 5 Konsep Pemakaman Muslim Indonesia dan Kontribusinya dalam Pelestarian Lingkungan Hidup
  • Terminologi Mubadalah Berguna Untuk Gagasan Relasi Kerjasama
  • Feminis atau Muslim(Ah)?
    • Menelusuri Asbabun Nuzul
    • Penafsiran Quraish Shihab

Baca Juga:

Relasi Keluarga Berencana dalam Perspektif Mubadalah

5 Konsep Pemakaman Muslim Indonesia dan Kontribusinya dalam Pelestarian Lingkungan Hidup

Terminologi Mubadalah Berguna Untuk Gagasan Relasi Kerjasama

Feminis atau Muslim(Ah)?

“Katakanlah (Nabi Muhammad), “Wahai orang-orang kafir, 2. aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah. 3. Kamu juga bukan penyembah apa yang aku sembah. 4.  Aku juga tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah. 5.  Kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah apa yang aku sembah. 6. Untukmu agamamu dan untukku agamaku.”

Berdasarkan keterangan dari ayat ini, Nabi memiliki keyakinan bahwasanya setiap penganut agama harus memiliki kepercayaan terhadap ajaran agama dan keyakinannya masing-masing. Dan selama benar-benar meyakini ihwal tersebut, tentu tidak mungkin untuk membenarkan ajaran yang tidak selaras dengan ajaran agama yang telah umat yakini dan pelajari.

Menelusuri Asbabun Nuzul

Apabila kita telusuri dalam konteks turunnya ayat, surah Al-Kafirun tergolong pada surat makiyah atau surah yang turun sebelum hijrahnya nabi ke Madinah. Ini dapat menjadi dasar bahwa sejak awal kedatangan Islam telah membawa ajaran moral untuk saling merangkul antar umat beragama. Tentu ini hanya menjadi langkah awal untuk menciptakan relasi antar sesama manusia, dan kerukunan antar umat beragama.

Tentu saja kisah ini sudah sangat familier di kalangan umat Islam. Bahkan dalam banyak karya akademik menjadikan ini landasan untuk membangun kerukunan antara umat beragama yang ada di Indonesia. Sehingga tepatlah apa yang telah dipraktikkan oleh Nabi merupakan salah satu bentuk untuk menciptakan kerukunan antar umat beragama. Di mana pada konteks surah tersebut turun menjalin kerukunan dalam hal interaksi sosial tanpa sibuk mengurusi keyakinan umat agama lain.

Di sisi lain berkenaan dengan ayat di atas, ada penjelasan yang begitu menampar kita sebagai umat Muslim yang masih saja berupaya untuk melakukan tindakan kekerasan ataupun bertindak intoleransi. Quraish Shihab menjelaskan,

Setelah menegaskan tidak mungkinnya bertemu dalam keyakinan ajaran Islam dan kepercayaan Nabi Muhammad dengan kepercayaan kaum yang berbeda agama, ayat di atas menetapkan cara pertemuan dalam kehidupan bermasyarakat yakni: Bagi kamu secara khusus agama kamu.

Agama itu tidak menyentuhku sedikit pun, kamu bebas untuk mengamalkannya sesuai kepercayaan kamu dan bagiku juga secara khusus agamaku, aku pun mestinya memperoleh kebebasan untuk melaksanakannya, dan kamu tidak akan disentuh sedikit pun olehnya. (Tafsir Al-Mishbah Vol. 15)

Penafsiran Quraish Shihab

Penjelasan dari Quraish Shihab seharusnya membuat seorang muslim yang masih bertindak intoleransi bertanya kepada diri sendiri dan mawas diri atas tindakan dan perilakunya. Kenapa masih saja bertindak intoleran? Yang bahkan bersikap radikal kepada pemeluk agama lainnya?

Bukankah sejak awal Nabi Muhammad hadir untuk membawa perubahan baru dalam tatanan sosial. Abdullah Saeed menjelaskan,

Muhammad mengajarkan suatu tatanan sosial baru yang melampaui tatanan suku yang ada pada saat itu, bersikap rendah hati daripada sombong, dan mendorong orang kaya dan memiliki kekuasaan untuk memperhatikan orang yang lemah dan miskin (The Qur’an: an Introduction)

Nabi Muhammad SAW sejak awal telah bersusah payah untuk membawa perubahan. Perubahan yang membawa kepada arah kebaikan bersama baik muslim atau pun non-muslim. Ini merupakan bentuk dari implementasi ajaran Islam yang ramah bukan yang marah.

Bukan malah sebaliknya. Faksi-faksi yang katanya meyakini dan mengimani ajaran Islam tapi malah membuat kerusuhan dan melakukan tindakan radikalisme. Apakah Islam yang mereka yakini hanya dijadikan tameng untuk melakukan tawar menawar kepada Tuhan?

Maka dari itu perlu kiranya menanamkan kepada diri sendiri dan kalangan terdekat untuk sadar akan keberagaman yang ada. Karena perbedaan yang ada kita pun turut belajar mengenai perbedaan tersebut. untuk membentuk kepercayaan, saling menghormati, berpikir terbuka, memecahkan masalah bersama, dan saling membantu satu sama lain.

Jika nilai-nilai tersebut telah hadir dalam diri dan orang terdekat kita, walaupun belum mampu menghapuskan tindakan radikalisme, setidaknya kita mampu menanggulanginya sejak awal. Maka sampai di sini dapat dipahami bahwa mencegah radikalisme harus dimulai dari diri sendiri. Wallahua’lam. []

 

Tags: berbeda agamaintoleransiKerukunanmuslimnon muslimRelasi
Ahmad Murtaza MZ

Ahmad Murtaza MZ

Pecinta V60, masih belajar untuk merangkai kata.Mahasiswa program magister Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Terkait Posts

Industri Halal

Pengembangan Industri Halal yang Ramah Lingkungan

4 Februari 2023
Hari Kanker Sedunia

Hari Kanker Sedunia: Pentingnya Deteksi Dini untuk Cegah Kanker

4 Februari 2023
Satu Abad NU

Satu Abad NU:  NU dan Kebangkitan Kaum Perempuan 

3 Februari 2023
Pengelolaan Sampah

Bagaimana Cara Melakukan Pengelolaan Sampah di Pengungsian?

31 Januari 2023
Aborsi Korban Perkosaan

Ulama Bolehkan Aborsi Korban Perkosaan

31 Januari 2023
Pemakaman Muslim Indonesia

5 Konsep Pemakaman Muslim Indonesia dan Kontribusinya dalam Pelestarian Lingkungan Hidup

30 Januari 2023
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Perempuan Miskin

    Teladan Umar bin Khattab Ra Saat Bertemu Perempuan Miskin

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Pengembangan Industri Halal yang Ramah Lingkungan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Merawat Optimisme Gerakan untuk Menghadapi Mitos Sisyphus

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • 5 Prinsip Mendidik Anak Ala Islam

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Lima Pilar Penyangga Dalam Kehidupan Rumah Tangga

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Teladan Umar bin Khattab Ra Saat Bertemu Perempuan Miskin
  • Merawat Optimisme Gerakan untuk Menghadapi Mitos Sisyphus
  • 5 Prinsip Mendidik Anak Ala Islam
  • Pengembangan Industri Halal yang Ramah Lingkungan
  • Pada Masa Nabi Saw, Para Perempuan Ikut Aktif Terlibat Dalam Politik

Komentar Terbaru

  • Indonesia Meloloskan Resolusi PBB tentang Perlindungan Pekerja Migran Perempuan - Mubadalah pada Dinamika RUU Perlindungan Pekerja Rumah Tangga, yang Tak Kunjung Disahkan
  • Lemahnya Gender Mainstreaming dalam Ekstremisme Kekerasan - Mubadalah pada Lebih Dekat Mengenal Ruby Kholifah
  • Jihad Santri di Era Revolusi Industri 4.0 - Mubadalah pada Kepedulian KH. Hasyim Asy’ari terhadap Pendidikan Perempuan
  • Refleksi Menulis: Upaya Pembebasan Diri Menciptakan Keadilan pada Cara Paling Sederhana Meneladani Gus Dur: Menulis dan Menyukai Sepakbola
  • 5 Konsep Pemakaman Muslim Indonesia pada Cerita Singkat Kartini Kendeng dan Pelestarian Lingkungan
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist