Mubadalah.id – Pernahkah kita berpikir atau sekedar bertanya dari mana datangnya Gagasan Mubadalah? Apakah gagasan tersebut muncul tanpa sumber atau secara tiba-tiba saja ada ke permukaan? Jawaban dari semua pertanyaan yang ada saya menemukannya setelah saya membaca buku Qiraah Mubadalah karya Faqihuddin Abdul Kodir.
Menurut Faqihuddin Abdul Kodir gagasan mubadalah bisa kita temui dalam sumber utama rujukan umat Islam, Al-Qur’an. Entah kita sadari atau tidak, gagasan mubadalah banyak kita temui dalam ayat-ayat Al-Qur’an. Sang penulis Qiraah mubadalah pun memaparkan hasil telaahnya tentang gagasan mubadalah dalam Al-Qur’an. Mari kita simak bersama.
Beliau menjelaskan dalam kosmologi al-Qur’an, manusia adalah khalifah Allah Swt di muka bumi untuk menjaga, merawat, dan melestarikan segala isinya. Amanah kekhalifahan ini ada di pundak manusia. Laki-laki dan perempuan. Bukan salah satunya. Sehingga keduanya harus bekerja sama, saling menopang, dan saling tolong menolong untuk melakukan dan menghadirkan segala kebaikan.
Demi kemakmuran bumi dan seisinya, kesalingan ini menegaskan bahwa salah satu jenis kelamin tidak diperkenankan melakukan kezhaliman dengan mendominasi dan menghegemoni yang lain. Atau salah satu hanya melayani dan mengabdi pada yang lain. Hal ini bertentangan dengan amanah kekhalifahan yang diemban bersama. Sehingga akan menyulitkan tugas memakmurkan bumi jika tanpa kerja sama dan tolong-menolong.
Ayat-ayat Inspirasi Kesalingan dan Kerjasama Relasi AntarManusia
Faqihuddin menyatakan dalam Al-Qur’an terdapat empat ayat yang menginspirasi kesalingan dan kerjasama dalam relasi antara manusia. Antara lain sebagai berikut:
يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَٰكُم مِّن ذَكَرٍ وَأُنثَىٰ وَجَعَلْنَٰكُمْ شُعُوبًا وَقَبَآئِلَ لِتَعَارَفُوٓا۟ ۚ إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِندَ ٱللَّهِ أَتْقَىٰكُمْ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ[1]
“Wahai manusia, Kami telah ciptakan kalian semua dari laki- laki dan perempuan, lalu Kami jadikan kalian bersuku-suku dan berbangsa-bangsa, agar kalian saling mengenal satu sama lain. Sesungguhnya yang paling mulia di sisi Allah adalah yang paling bertakwa. Sesungguhnya Allah itu Maha Tahu dan Maha Mengerti.” (QS. al-Hujuraat [49]: 13).
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ لَا تُحِلُّوا۟ شَعَٰٓئِرَ ٱللَّهِ وَلَا ٱلشَّهْرَ ٱلْحَرَامَ وَلَا ٱلْهَدْىَ وَلَا ٱلْقَلَٰٓئِدَ وَلَآ ءَآمِّينَ ٱلْبَيْتَ ٱلْحَرَامَ يَبْتَغُونَ فَضْلًا مِّن رَّبِّهِمْ وَرِضْوَٰنًا ۚ وَإِذَا حَلَلْتُمْ فَٱصْطَادُوا۟ ۚ وَلَا يَجْرِمَنَّكُمْ شَنَـَٔانُ قَوْمٍ أَن صَدُّوكُمْ عَنِ ٱلْمَسْجِدِ ٱلْحَرَامِ أَن تَعْتَدُوا۟ ۘ وَتَعَاوَنُوا۟ عَلَى ٱلْبِرِّ وَٱلتَّقْوَىٰ ۖ وَلَا تَعَاوَنُوا۟ عَلَى ٱلْإِثْمِ وَٱلْعُدْوَٰنِ ۚ وَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ ۖ إِنَّ ٱللَّهَ شَدِيدُ ٱلْعِقَابِ
“…Saling tolong-menolonglah kamu dalam kebaikan dan ketakwaan dan janganlah saling tolong-menolong dalam hal dosa dan permusuhan….” (QS. al-Maa’idah [5]: 2).
يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ ٱتَّقُوا۟ رَبَّكُمُ ٱلَّذِى خَلَقَكُم مِّن نَّفْسٍ وَٰحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَآءً ۚ وَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ ٱلَّذِى تَسَآءَلُونَ بِهِۦ وَٱلْأَرْحَامَ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا
“Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padany Allah menciptakan istrinya, dan dari pada keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan atas nama-Nye kumu saling berbagi dan saling menjaga hubungan silaturahim Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasimu.” (QS. an-Nisaa’ (4): 1).
إِنَّ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَهَاجَرُوا۟ وَجَٰهَدُوا۟ بِأَمْوَٰلِهِمْ وَأَنفُسِهِمْ فِى سَبِيلِ ٱللَّهِ وَٱلَّذِينَ ءَاوَوا۟ وَّنَصَرُوٓا۟ أُو۟لَٰٓئِكَ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَآءُ بَعْضٍ ۚ وَٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَلَمْ يُهَاجِرُوا۟ مَا لَكُم مِّن وَلَٰيَتِهِم مِّن شَىْءٍ حَتَّىٰ يُهَاجِرُوا۟ ۚ وَإِنِ ٱسْتَنصَرُوكُمْ فِى ٱلدِّينِ فَعَلَيْكُمُ ٱلنَّصْرُ إِلَّا عَلَىٰ قَوْمٍۭ بَيْنَكُمْ وَبَيْنَهُم مِّيثَٰقٌ ۗ وَٱللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ
Sesungguhnya orang-orang yang beriman, berhijrah, berjihad dengan harta dan jiwa mereka di jalan Allah (kaum Muhajirin). dan orang-orang yang melindungi dan menolong (kaum Anshar), mereka semua adalah penolong satu sama lain…. (QS.al-Anfaal [8]: 72).
Telaah Ayat Al-Quran Relasi Kesalingan antarmanusia
Faqihuddin menelaah keempat ayat tersebut sebagai contoh bagaimana relasi kesalingan, kemitraan, dan kerja sama yang dianjurkan oleh al-Qur’an. Mungkin masih bisa kita cari lebih lanjut ayat-ayat lain yang membicarakan hal ini.
Dalam ayat pertama (QS. al-Hujuraat [49]: 13), terdapat kata “ta’arafu”. Yakni sebuah bentuk kata kesalingan (mufa’alah) dan kerja sama (musyarakah) dari kata ‘arafa, yang berarti saling mengenal satu sama lain. Artinya, satu pihak mengenal pihak lain, dan begitu pun sebaliknya.
Ayat kedua (QS. al-Maa’idah [5]: 2) juga menggunakan bentuk yang sama, yaitu kesalingan. “ta’awanu”, berarti, “saling tolong-menolonglah kalian semua”.
Ayat ketiga juga (QS. an-Nisaa’ [4]: 1) menyebutkan kata “tasa’alun”, yang menurut disiplin ilmu sharaf disebut “musyarakah baina itsnain” atau kerja sama antara dua pihak. Yang bermakna: saling meminta satu sama lain.
Sementara, ayat keempat (QS. al-Anfaal [8]: 72) memiliki frasa “ba’dhuhum awliya’ ba’dh” (satu sama lain adalah penolong) yang juga memiliki makna kesalingan. Keempat ayat tersebut memberi inspirasi yang jelas mengenai pentingnya relasi kerja sama dan kesalingan antarmanusia.[]