• Login
  • Register
Minggu, 6 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Aktual

Melawan Kesenjangan Ekonomi di Negeri Pancasila

Zahra Amin Zahra Amin
02/11/2022
in Aktual
0
Melawan Kesenjangan Ekonomi di Negeri Pancasila

Melawan Kesenjangan Ekonomi di Negeri Pancasila

17
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.Id–   Melawan kesenjangan ekonomi di Negeri Pancasila. Ini merupakan momentum yang tepat di Hari Kesaktian Pancasila yang diperingati setiap 1 Oktober. Pada hari ini saya ingin berbagi kisah tentang orang-orang yang belum beruntung di Negeri Pancasila. Juga kisah tentang para oknum elit negara yang tak tahu diuntung. Mereka yang sudah dilahirkan dan dibesarkan di Indonesia, tapi masih saja merampas hak rakyat, merugikan negara dengan korupsi, kolusi dan nepotisme.

Baiklah saya mulai dengan orang yang kurang beruntung. Waktu itu, ada seseorang yang sakit dan dirawat di rumah sakit. Semua anggota keluarganya sudah kebagian jadwal piket menunggu, tapi tak ada satu pun yang bisa. Alasannya, mereka sibuk bekerja. Lalu ada seorang perempuan yang menawarkan diri, selain karena merasa kasihan terhadap pasien juga dia membutuhkan upah yang diberikan keluarga pasien untuk mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari.

Perempuan itu lalu bertutur padaku, jika dia merasa tidak paku dengan pasien yang ternyata masih ada hubungan keluarga itu. Saya tanya apa paku itu? Dia jawab, kalau tidak papak (sederajat) dalam hal kekayaan dan harta benda, maka tidak diaku (diakui) sebagai saudara. Karena miskin, perempuan itu akhirnya ngawula (mengabdi) kepada siapa saja yang membutuhkan tenaganya. Dia bersedia membantu apapun yang diperintahkan yang dia bisa kerjakan.

Cerita paku ini baru satu kisah dari sekian banyak kisah miris lain yang tersembunyi di belantara bumi Nusantara. Kesenjangan ekonomi antara si kaya dan miskin masih menjadi persoalan. Balum ada pola relasi kesalingan yang setara, tanpa kesombongan si kaya dan rasa minder dari si miskin. Padahal, kalau disadari, roda kehidupan selalu berputar. Seseorang di satu waktu berada di atas dan satu waktu lain bisa berada di bawah.

Pola relasi antar individu harusnya berjalan dengan tanpa melihat seberapa banyak seseorang memeiliki harta, tetapi bagaimana masing-masing orang saling terhubung dan membutuhkan, terutama dalam konteks kehidupan berkeluarga, bermasyarakat dan bernegara. Menyeimbangkan antara hak dan kewajiban, baik sebagai individu yang mandiri maupun warga negara yang terikat pada regulasi pemerintah yang mengatur hajat hidup orang banyak.

Baca Juga:

Gaji Pejabat vs Kesejahteraan Kaum Alit, Mana yang Lebih Penting?

Penyegelan Masjid Ahmadiyah di Banjar: Negara Masih Gagal Menjamin Kebebasan Beragama

Two State Solution: Solusi Perdamaian bagi Palestina-Israel atau Tantangan Integritas Nasional Terhadap Pancasila?

Merawat Toleransi, Menghidupkan Pancasila

Ketimpangan secara sosial, ekonomi dan politik yang masih banyak terjadi pada akhirnya akan kembali pada nilai Pancasila yang dijabarkan dalam 45 butir. Terutama pada sila kedua, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab serta sila kelima Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia.

Konsep adil di sini, saya korelasikan dengan prinsip kesalingan mubadalah, di mana antar individu harus saling menghargai dan menghormati dengan segala perbedaannya. Lalu membangun pola relasi komunikasi yang adil setara, namun tetap membahagiakan dalam konteks kehidupan pribadi, sosial dan negara.

Sedangkan mereka yang tak tahu diuntung, para tokoh negara yang tersandung kasus korupsi, mereka sudah diberi kehidupan layak dan berkecukupan, namun tetap saja masih merasa kurang. Mereka menyalahgunakan wewenang dan fasilitas yang diberikan negara.

Padahal menurut saya, di setiap sudut negeri selalu didengungkan kegiatan sosialisasi 4 pilar demokrasi Indonesia, yakni Pancasila, UUD 45, Bhineka Tunggal Ika dan NKRI Harga Mati. Namun tetap saja nilai-nilai Pancasila belum bisa mewujud dalam pikiran dan perbuatan mereka.

Kemudian bagaimana keadilan sosial bisa menyeluruh bagi rakyat Indonesia yang kini berjumlah 300 juta, jika tidak ada kesadaran terhadap nilai-nilai Pancasila. Bukan hanya sekedar kata-kata, simbol tanpa makna.

Kesenjangan ekonomi harus bisa dijembatani dengan menggunakan Pancasila sebagai ideologi pemersatu bangsa. Ketimpangan sosial, ekonomi, dan politik harus dilawan dengan memberi pemahaman tentang Pancasila, dan bagaimana nilai-nilai itu bisa menyatu utuh sebagai bagian dari kepribadian orang Indonesia.

Meminjam kalimat Presiden Amerika Serikat, John F Kennedy, “jangan tanya apa yang sudah negara berikan padamu, tapi tanyakan apa yang sudah kamu berikan pada negara”. Kalimat ini tepat kiranya jika ditujukan pada orang-orang yang tak tahu diuntung.

Sudah melakukan tindak pidana korupsi dan merugikan keuangan negara, namun masih berharap bisa bebas dari semua tuntutan hukum. Orang-orang seperti inilah justru yang membuat kesenjangan semakin menganga lebar.

Terakhir, melalui pancasila kita juga mengambil pelajaran bagi mereka yang belum beruntung agar terus berusaha bekerja keras, berbuat kebaikan, merawat harapan untuk masa depan, dan bisa melakukan kegiatan positif yang bermanfaat untuk orang lain.

Sedangkan bagi yang sudah merasa diuntungkan, agar selalu ingat pada mereka yang masih kekurangan, belum berdaya secara sosial, ekonomi, politik dan budaya. Karena sudah merupakan kewajiban kita untuk memberdayakan mereka, meningkatkan kualitas hidup yang lebih baik di masa mendatang. Bersama Pancasila yakin bahwa kita bisa, mulia rakyatnya dan jaya negaranya. Itulah Indonesia.

Sekali lagi, di momentum Hari Kesaktian Pancasila ini, kita harus melawan kesenjangan ekonomi di negeri Indonesia ini. Semoga perlawanan kita dalam melawan kesenjangan ekonomi membuahkan hasil. [Baca juga: Pancasila itu Islami Banget, Begini Penjelasannya ]

Tags: KemiskinanKorupsiNegaraPancasila
Zahra Amin

Zahra Amin

Zahra Amin Perempuan penyuka senja, penikmat kopi, pembaca buku, dan menggemari sastra, isu perempuan serta keluarga. Kini, bekerja di Media Mubadalah dan tinggal di Indramayu.

Terkait Posts

Sejarah Ulama Perempuan ISIF

ISIF akan Gelar Halaqoh Nasional, Bongkar Ulang Sejarah Ulama Perempuan Indonesia

5 Juli 2025
kekerasan seksual terhadap anak

Dr. Nur Rofiah Tegaskan Pentingnya Mengubah Cara Pandang untuk Hentikan Kekerasan Seksual pada Anak

18 Juni 2025
Kekerasan Seksual Anak di Lingkup Keluarga

Ketika Rumah Tak Lagi Aman, Rumah KitaB Gelar Webinar Serukan Stop Kekerasan Seksual Anak di Lingkup Keluarga

14 Juni 2025
Financial Literacy

Melek Financial Literacy di Era Konsumtif, Tanggung Jawab atau Pilihan?

11 Juni 2025
Kebangkitan Ulama Perempuan

Rieke Diah Pitaloka Soroti Krisis Bangsa dan Serukan Kebangkitan Ulama Perempuan dari Cirebon

19 Mei 2025
Rieke Kebangkitan Ulama Perempuan

Rieke Diah Pitaloka: Bulan Mei Tonggak Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

19 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Gerakan KUPI

    Berjalan Bersama, Menafsir Bersama: Epistemic Partnership dalam Tubuh Gerakan KUPI

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kisah Jun-hee dalam Serial Squid Game dan Realitas Perempuan dalam Relasi yang Tidak Setara

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • ISIF akan Gelar Halaqoh Nasional, Bongkar Ulang Sejarah Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Islam Memuliakan Orang yang Bekerja

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kholidin, Disabilitas, dan Emas : Satu Tangan Seribu Panah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Film Rahasia Rasa Kelindan Sejarah, Politik dan Kuliner Nusantara
  • Bekerja itu Ibadah
  • Menemukan Wajah Sejati Islam di Tengah Ancaman Intoleransi dan Diskriminasi
  • Jangan Malu Bekerja
  • Yang Benar-benar Seram Itu Bukan Hidup Tanpa Nikah, Tapi Hidup Tanpa Diri Sendiri

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID