• Login
  • Register
Sabtu, 19 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Publik

Membaca Kembali Sejarah Hari Ibu

Perayaan hari ibu tidak hanya mencerminkan penghargaan terhadap peran ibu dalam keluarga. Tetapi juga menjadi simbol perjuangan perempuan dalam mencapai hak-hak mereka.

Abdullah Faqih Abdullah Faqih
28/12/2023
in Publik
0
Sejarah Hari Ibu

Sejarah Hari Ibu

620
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Perayaan hari ibu di Indonesia memiliki akar sejarah yang berkaitan dengan gerakan feminis dan nasionalis di awal 1928.

Mubadalah.id – Hari Ibu menjadi sebuah perayaan tentang pentingnya peran sosok ibu dalam kehidupan kita. Perayaan hari ibu bukan hanya sekadar ritual tahunan, tetapi juga merupakan ungkapan cinta, penghargaan, dan rasa syukur kepada perempuan yang telah memberikan kasih sayang sejak kita lahir di muka bumi ini.

Namun dalam perayaan hari ibu, ada hal yang membuat saya tertarik untuk membahas tentang bagaimana sejarah dari perayaan hari ibu tersebut.

Sejarah Hari Ibu

Perayaan hari ibu di Indonesia memiliki akar sejarah yang berkaitan dengan gerakan feminis dan nasionalis di awal 1928. Pada saat itu, kaum perempuan Indonesia aktif terlibat dalam perjuangan memperoleh hak-hak politik dan sosial mereka. Seperti hak pilih dan hak mendapatkan pendidikan.

Melansir dari Tirto.id, penetapan 22 Desember sebagai peringatan hari ibu mengacu pada pelaksanaan Kongres Perempuan Indonesia I yang dihelat tanggal 22-25 Desember 1928, di Yogyakarta, tepatnya di Ndalem Joyodipuran.

Baca Juga:

Mengapa Perempuan Ditenggelamkan dalam Sejarah?

Mengapa Sejarah Ulama, Guru, dan Cendekiawan Perempuan Sengaja Dihapus Sejarah?

Membaca Ulang Pandangan Ibnu Rusyd tentang Perempuan

Peran Perempuan dan Perjuangannya dalam Film Sultan Agung

Dalam kongres yang diikuti tidak kurang dari 600 perempuan dari berbagai pehimpunan organisasi perempuan itu ingin menyuarakan keinginan mereka untuk mendapatkan hak-hak yang setara dengan hak kaum laki-laki. Meskipun hak pilih belum sepenuhnya tercapai pada saat itu, kongres ini menandai langkah penting menuju kesetaraan gender di Indonesia.

Bahkan, kongres yang dihadiri sejumlah organisasi perempuan seperti Wanita Oetomo, Poetri Indonesia, Wanita Katolik, Aisyiyah, dan Wanita Moeljo. Lalu Darmo Laksmi, Wanita Taman Siswa, juga sayap perempuan dari berbagai organisasi pergerakan. Seperti Sarekat Islam, Jong Java, Jong Islamieten Bond itu dianggap sebagai tonggak sejarah kebangkitan perempuan Indonesia.

Resmi Menjadi Hari Ibu

Hingga akhirnya, pengakuan resmi atas hari ibu di Indonesia datang pada tahun 1959. Pada tanggal 22 Desember 1959, Presiden Soekarno menetapkan hari ibu sebagai hari libur nasional melalui Keputusan Presiden Nomor 316 Tahun 1959.

Keputusan ini sekaligus menjadi bentuk penghargaan dan penghormatan terhadap peran ibu dalam membangun dan menjaga keharmonisan keluarga serta masyarakat Indonesia.

Seiring berjalannya waktu, perayaan hari ibu di Indonesia telah berkembang menjadi momen yang istimewa untuk menyatakan rasa terima kasih, cinta, dan penghargaan kepada ibu.

Biasanya mereka akan memberikan hadiah, membuat kartu ucapan, atau menghabiskan waktu bersama ibu.

Bahkan lebih dari itu, perayaan hari ibu tidak hanya mencerminkan penghargaan terhadap peran ibu dalam keluarga. Tetapi juga menjadi simbol perjuangan perempuan dalam mencapai hak-hak mereka.

Karena dalam sejarahnya, hari ibu lahir dari gerakan feminis tentang betapa pentingnya penghargaan terhadap perempuan dan peran mereka dalam membangun bangsa.

Makna Hari Ibu

Selain itu, hari ibu memiliki makna yang mendalam karena bukan hanya soal memberikan hadiah atau ucapan selamat. Karena ini adalah saat di mana kita untuk merenung tentang pengorbanan, dan kasih sayang. Serta dedikasi seorang ibu dalam membimbing, melindungi, dan mencintai anak-anaknya.

Bahkan hari ibu menjadi pengingat bagi kita semua akan pentingnya peran ibu dalam membentuk karakter dan membimbing generasi mendatang. []

Tags: Hari Ibumembacasejarah
Abdullah Faqih

Abdullah Faqih

Saya adalah mahasantriwa Sarjana Ulama Perempuan Indonesai (SUPI) Institut Studi Islam Fahmina (ISIF) Cirebon.

Terkait Posts

COC

COC: Panggung yang Mengafirmasi Kecerdasan Perempuan

18 Juli 2025
Sirkus

Lampu Sirkus, Luka yang Disembunyikan

17 Juli 2025
Disabilitas dan Kemiskinan

Disabilitas dan Kemiskinan adalah Siklus Setan, Kok Bisa? 

17 Juli 2025
Wonosantri Abadi

Harmoni Iman dan Ekologi: Relasi Islam dan Lingkungan dari Komunitas Wonosantri Abadi

17 Juli 2025
Zakat Profesi

Ketika Zakat Profesi Dipotong Otomatis, Apakah Ini Sudah Adil?

16 Juli 2025
Representasi Difabel

Dari Layar Kaca ke Layar Sentuh: Representasi Difabel dalam Pergeseran Teknologi Media

16 Juli 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Fazlur Rahman

    Fazlur Rahman: Memahami Spirit Kesetaraan dan Keadilan Gender dalam Al-Qur’an

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Pesan Terakhir Nabi Saw: Perlakukanlah Istri dengan Baik, Mereka adalah Amanat Tuhan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Aisyah: Perempuan dengan Julukan Rajulah Al-‘Arab

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Refleksi tentang Solidaritas yang Tidak Netral dalam Menyikapi Penindasan Palestina

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kehamilan Perempuan Bukan Kompetisi: Memeluk Setiap Perjalanan Tanpa Penghakiman

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • COC: Panggung yang Mengafirmasi Kecerdasan Perempuan
  • Pesan Terakhir Nabi Saw: Perlakukanlah Istri dengan Baik, Mereka adalah Amanat Tuhan
  • Fazlur Rahman: Memahami Spirit Kesetaraan dan Keadilan Gender dalam Al-Qur’an
  • Aisyah: Perempuan dengan Julukan Rajulah Al-‘Arab
  • Refleksi tentang Solidaritas yang Tidak Netral dalam Menyikapi Penindasan Palestina

Komentar Terbaru

  • M. Khoirul Imamil M pada Amalan Muharram: Melampaui “Revenue” Individual
  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID