• Login
  • Register
Kamis, 22 Mei 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Featured

Memberdayakan Disabilitas dengan Membuat Batik Ciprat

Saya punya satu cerita bagaimana pemberdayaan yang dilakukan oleh salah satu kelompok masyarakat di suatu desa dalam upaya memberikan hak, pemberdayaan, dan kesejahteraan bagi disabilitas

Irma Khairani Irma Khairani
11/12/2021
in Featured, Pernak-pernik
0
Disabilitas

Disabilitas

90
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Kisah dan fenomena yang sering kali terjadi di negeri ini memang ada-ada saja ya, kadang suka bikin geleng-geleng kepala. Rasa-rasanya sampai lupa untuk berhenti, hihihi.

Belum lama ini salah satu menteri kita, Menteri Sosial, membuat tingkah lagi. Setelah sebelumnya beliau pernah marah-marah kepada rekan kerjanya di ruang publik, di depan banyak orang, karena ada pekerjaan yang tak sesuai arahannya. Lalu, ia juga sempat memberi ancaman kepada mereka yang kerjanya tak becus akan dikirim ke Papua.

Kejadian yang belum lama ini terjadi yakni Ibu Mensos kita memaksa Aldi seorang pemuda disabilitas tunarungu wicara untuk berbicara di depan publik pada saat peringatan Hari Disabilitas Internasional yang diselenggarakan pada 1 Desember lalu di Gedung Kemensos.

Atas perlakuannya, Mensos langsung dikritik oleh Stefanus seorang perwakilan dari Gerakan untuk Kesejahteraan tunarungu Indonesia (Gerkatin) dengan langsung naik ke atas panggung. Alih-alih mengakui kesalahannya dan meminta maaf, Ibu Mensos membela dirinya.

Ia menjelaskan, pemaksaan yang dilakukan terhadap Ali untuk berani berbicara karena Ibu Mensos ingin mendorong agar kita semua dapat memaksimalkan pemberian Tuhan yang telah diberikan kepada kita. Tentu, respons tersebut sangat mengecewakan, karena dorongan atau motivasi dan perlakuan yang diberikan tak sesuai dengan kondisi yang ada.

Baca Juga:

Merangkul yang Terasingkan: Memaknai GEDSI dalam terang Dialog Antar Agama

Kemanusiaan sebelum Aksesibilitas: Kita—Difabel

Kopi Kamu: Ruang Kerja Inklusif yang Mempekerjakan Teman Disabilitas

Bagaimana Paradigma Maqâshid Syariah Cum Mubadalah terhadap Hak Difabel?

Membicarakan soal peringatan Hari Disabilitas Internasional yang jatuh pada 3 Desember, peringatan tersebut sudah dimulai sejak tahun 1992 oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Hari tersebut diperingati untuk memperjuangkan hak-hak dan kesejahteraan para penyandang disabilitas di semua bidang dan pembangunan. Juga, untuk meningkatkan kesadaran terhadap situasi para difabel di setiap aspek kehidupan (sosial, politik, ekonomi, dan budaya).

Mungkin, maksud dari Ibu Mensos adalah mulia. Ia ingin Aldi yang merupakan disabilitas tak perlu malu, Aldi harus berani untuk menunjukkan dirinya dihadapan banyak orang, Aldi harus berani menyampaikan gagasannya, apalagi Aldi merupakan seorang pemuda disabilitas yang berbakat. Namun, dengan kondisi Aldi yang demikian, Ibu Mensos seperti memaksa ikan untuk bisa berjalan di daratan.

Upaya dalam memberikan hak, kesejahteraan, pemberdayaan dan keikutsertaan dalam pembangungan bagi disabilitas kiranya dapat dilakukan dengan hal yang lebih baik, apalagi seperti Ibu Mensos yang merupakan pemimpin dari sebuah lembaga pemerintah yang memang memiliki tugas dan kewajiban untuk memberikan hak, kesejahteraan, pemberdayaan dan mendorong keterlibatan setiap elemen yang ada dalam pembangunan.

Saya punya satu cerita bagaimana pemberdayaan yang dilakukan oleh salah satu kelompok masyarakat di suatu desa dalam upaya memberikan hak, pemberdayaan, dan kesejahteraan bagi disabilitas.

Tepatnya di Desa Gebyog, Kecamatan Magetan, Kota Madiun terdapat kelompok masyarakat yang bernama Sheltered Workshop Peduli Baskara yang memproduksi Batik Ciprat, Kelompok ini didirikan oleh Mas Ari Dwi Pramiantoro seorang warga Desa Gebyog pada Oktober 2019 untuk memberdayakan pemuda penyandang disabilitas di Desa Gebyog dan sekitarnya, khususnya bagi penyandang disabilitas intelektual atau tuna grahita.

Pemilihan jenis Batik Ciprat untuk diproduksi oleh pemuda disabilitas intelektual bukan tanpa alasan. Bagi disabilitas intelektual untuk berpikir logis itu cukup sulit memberikan pembelajarannya, terang Mas Ari. Dalam batik ciprat tak ada yang namanya salah, karena sangat berbeda dengan batik tulis yang harus teliti, harus digambar terlebih dahulu. Dengan batik Ciprat, mereka dapat berkreasi sesuai yang mereka bisa.

Mas Ari menjelaskan, dirinya resah melihat anak-anak disabilitas yang tidak memiliki kegiatan, mereka hanya berjalan-jalan keliling desa tanpa ada kegiatan yang produktif dan membutuhkan pendampingan. Dengan pengalaman selama empat tahun sebagai terapis anak berkebutuhan khusus di klinik anak berkebutuhan khusus, Mas Ari memutuskan untuk mendirikan Sheltered Workshop Peduli Baskara yang memproduksi Batik Ciprat.

Dalam pelaksanaan kegiatannya, Sheltered Workshop Peduli Baskara didukung dan difasilitasi oleh UPT Kementerian Sosial di Temanggung Jawa Tengah dan Pemerintah Desa setempat. Salah satu dukungannya yaitu melakukan pelatihan selama tiga hari bagi para pendamping.

Tidak hanya berhasil memberikan kegiatan produktif kepada pemuda penyandang disabilitas di Desa Gebyog dan sekitarnya, dengan memberdayakan mereka, berdampak pula terhadap pertumbuhan ekonomi desa. Peminat Batik Ciprat cukup banyak, bahkan Sheltered Workshop Peduli Baskara pernah menerima pesanan sebanyak 1000 potong kain batik ciprat. Mereka bahkan harus lembur dan sempat kewalahan, jelas Mas Ari.

Begitulah kiranya potret pemberdayaan disabilitas yang memang dilakukan untuk memberdayakan mereka dan melibatkannya dalam pembangunan. Dengan memberikan program atau kegiatan yang memang mampu dilakukan oleh masyarakat yang memiliki keadaan-keadaan khusus, dan menyesuaikan dengan kapasitas kemampuan mereka. Upaya tersebut menjadi langkah yang sangat baik untuk dilakukan. Bukan dengan memaksakan mereka bisa melakukan apa yang kita mau tanpa memahami kondisi-kondisi khusus tersebut.

Kiranya, Ibu Mensos yang terhormat dan para pemangku kepentingan lainnya dapat belajar dari gerakan-gerakan warga seperti Mas Ari yang memang melakukan gerakan dengan memahami terlebih dahulu kondisi yang ada. Semoga tidak ada lagi kasus-kasus pemaksaan seperti yang dialami oleh Aldi dengan alasan harus memaksimalkan pemberian Tuhan. []

Tags: DisabilitasHari Disabilitas InternasionalKemensos
Irma Khairani

Irma Khairani

Irma telah rampung menamatkan studi sarjana Ilmu Politik di Universitas Nasional. Isu gender, pendidikan, dan politik adalah minatnya, saat ini aktif di komunitas Puan Menulis.

Terkait Posts

Azl menurut Fiqh

KB dalam Pandangan Fiqh

21 Mei 2025
Hadits-hadits Membolehkan Azl

Hadits-hadits yang Membolehkan Azl

21 Mei 2025
Azl dilarang

Pengertian dan Hadits Larangan Melakukan Azl

21 Mei 2025
Dalam Hadits

KB dalam Hadits

21 Mei 2025
Menyusui Anak

Menyusui Anak dalam Pandangan Islam

20 Mei 2025
KB

KB dalam Pandangan Riffat Hassan

20 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Pengepungan di Bukit Duri

    Film Pengepungan di Bukit Duri : Kekerasan yang Diwariskan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • KB dalam Pandangan Fiqh

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Hadits-hadits yang Membolehkan Azl

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Catcalling Masih Merajalela: Mengapa Kita Tidak Boleh Diam?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ulama Perempuan sebagai Puser Bumi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • KB dalam Pandangan Fiqh
  • Catcalling Masih Merajalela: Mengapa Kita Tidak Boleh Diam?
  • Hadits-hadits yang Membolehkan Azl
  • Film Pengepungan di Bukit Duri : Kekerasan yang Diwariskan
  • Pengertian dan Hadits Larangan Melakukan Azl

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Go to mobile version