• Login
  • Register
Rabu, 22 Maret 2023
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Khazanah Pernak-pernik

Memberdayakan Disabilitas dengan Membuat Batik Ciprat

Saya punya satu cerita bagaimana pemberdayaan yang dilakukan oleh salah satu kelompok masyarakat di suatu desa dalam upaya memberikan hak, pemberdayaan, dan kesejahteraan bagi disabilitas

Irma Khairani Irma Khairani
11/12/2021
in Pernak-pernik
0
Disabilitas

Disabilitas

52
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Kisah dan fenomena yang sering kali terjadi di negeri ini memang ada-ada saja ya, kadang suka bikin geleng-geleng kepala. Rasa-rasanya sampai lupa untuk berhenti, hihihi.

Belum lama ini salah satu menteri kita, Menteri Sosial, membuat tingkah lagi. Setelah sebelumnya beliau pernah marah-marah kepada rekan kerjanya di ruang publik, di depan banyak orang, karena ada pekerjaan yang tak sesuai arahannya. Lalu, ia juga sempat memberi ancaman kepada mereka yang kerjanya tak becus akan dikirim ke Papua.

Kejadian yang belum lama ini terjadi yakni Ibu Mensos kita memaksa Aldi seorang pemuda disabilitas tunarungu wicara untuk berbicara di depan publik pada saat peringatan Hari Disabilitas Internasional yang diselenggarakan pada 1 Desember lalu di Gedung Kemensos.

Atas perlakuannya, Mensos langsung dikritik oleh Stefanus seorang perwakilan dari Gerakan untuk Kesejahteraan tunarungu Indonesia (Gerkatin) dengan langsung naik ke atas panggung. Alih-alih mengakui kesalahannya dan meminta maaf, Ibu Mensos membela dirinya.

Ia menjelaskan, pemaksaan yang dilakukan terhadap Ali untuk berani berbicara karena Ibu Mensos ingin mendorong agar kita semua dapat memaksimalkan pemberian Tuhan yang telah diberikan kepada kita. Tentu, respons tersebut sangat mengecewakan, karena dorongan atau motivasi dan perlakuan yang diberikan tak sesuai dengan kondisi yang ada.

Daftar Isi

  • Baca Juga:
  • Menemukan Makna Kemanusiaan dengan Kesadaran Disabilitas
  • Apresiasi untuk Peserta Penyandang Kebutuhan Khusus di KUPI II Jepara
  • Kehidupan Perempuan Disabilitas Psikososial yang Luput Perhatian
  • Tantangan Mengungkap Kasus Kekerasan Seksual

Baca Juga:

Menemukan Makna Kemanusiaan dengan Kesadaran Disabilitas

Apresiasi untuk Peserta Penyandang Kebutuhan Khusus di KUPI II Jepara

Kehidupan Perempuan Disabilitas Psikososial yang Luput Perhatian

Tantangan Mengungkap Kasus Kekerasan Seksual

Membicarakan soal peringatan Hari Disabilitas Internasional yang jatuh pada 3 Desember, peringatan tersebut sudah dimulai sejak tahun 1992 oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Hari tersebut diperingati untuk memperjuangkan hak-hak dan kesejahteraan para penyandang disabilitas di semua bidang dan pembangunan. Juga, untuk meningkatkan kesadaran terhadap situasi para difabel di setiap aspek kehidupan (sosial, politik, ekonomi, dan budaya).

Mungkin, maksud dari Ibu Mensos adalah mulia. Ia ingin Aldi yang merupakan disabilitas tak perlu malu, Aldi harus berani untuk menunjukkan dirinya dihadapan banyak orang, Aldi harus berani menyampaikan gagasannya, apalagi Aldi merupakan seorang pemuda disabilitas yang berbakat. Namun, dengan kondisi Aldi yang demikian, Ibu Mensos seperti memaksa ikan untuk bisa berjalan di daratan.

Upaya dalam memberikan hak, kesejahteraan, pemberdayaan dan keikutsertaan dalam pembangungan bagi disabilitas kiranya dapat dilakukan dengan hal yang lebih baik, apalagi seperti Ibu Mensos yang merupakan pemimpin dari sebuah lembaga pemerintah yang memang memiliki tugas dan kewajiban untuk memberikan hak, kesejahteraan, pemberdayaan dan mendorong keterlibatan setiap elemen yang ada dalam pembangunan.

Saya punya satu cerita bagaimana pemberdayaan yang dilakukan oleh salah satu kelompok masyarakat di suatu desa dalam upaya memberikan hak, pemberdayaan, dan kesejahteraan bagi disabilitas.

Tepatnya di Desa Gebyog, Kecamatan Magetan, Kota Madiun terdapat kelompok masyarakat yang bernama Sheltered Workshop Peduli Baskara yang memproduksi Batik Ciprat, Kelompok ini didirikan oleh Mas Ari Dwi Pramiantoro seorang warga Desa Gebyog pada Oktober 2019 untuk memberdayakan pemuda penyandang disabilitas di Desa Gebyog dan sekitarnya, khususnya bagi penyandang disabilitas intelektual atau tuna grahita.

Pemilihan jenis Batik Ciprat untuk diproduksi oleh pemuda disabilitas intelektual bukan tanpa alasan. Bagi disabilitas intelektual untuk berpikir logis itu cukup sulit memberikan pembelajarannya, terang Mas Ari. Dalam batik ciprat tak ada yang namanya salah, karena sangat berbeda dengan batik tulis yang harus teliti, harus digambar terlebih dahulu. Dengan batik Ciprat, mereka dapat berkreasi sesuai yang mereka bisa.

Mas Ari menjelaskan, dirinya resah melihat anak-anak disabilitas yang tidak memiliki kegiatan, mereka hanya berjalan-jalan keliling desa tanpa ada kegiatan yang produktif dan membutuhkan pendampingan. Dengan pengalaman selama empat tahun sebagai terapis anak berkebutuhan khusus di klinik anak berkebutuhan khusus, Mas Ari memutuskan untuk mendirikan Sheltered Workshop Peduli Baskara yang memproduksi Batik Ciprat.

Dalam pelaksanaan kegiatannya, Sheltered Workshop Peduli Baskara didukung dan difasilitasi oleh UPT Kementerian Sosial di Temanggung Jawa Tengah dan Pemerintah Desa setempat. Salah satu dukungannya yaitu melakukan pelatihan selama tiga hari bagi para pendamping.

Tidak hanya berhasil memberikan kegiatan produktif kepada pemuda penyandang disabilitas di Desa Gebyog dan sekitarnya, dengan memberdayakan mereka, berdampak pula terhadap pertumbuhan ekonomi desa. Peminat Batik Ciprat cukup banyak, bahkan Sheltered Workshop Peduli Baskara pernah menerima pesanan sebanyak 1000 potong kain batik ciprat. Mereka bahkan harus lembur dan sempat kewalahan, jelas Mas Ari.

Begitulah kiranya potret pemberdayaan disabilitas yang memang dilakukan untuk memberdayakan mereka dan melibatkannya dalam pembangunan. Dengan memberikan program atau kegiatan yang memang mampu dilakukan oleh masyarakat yang memiliki keadaan-keadaan khusus, dan menyesuaikan dengan kapasitas kemampuan mereka. Upaya tersebut menjadi langkah yang sangat baik untuk dilakukan. Bukan dengan memaksakan mereka bisa melakukan apa yang kita mau tanpa memahami kondisi-kondisi khusus tersebut.

Kiranya, Ibu Mensos yang terhormat dan para pemangku kepentingan lainnya dapat belajar dari gerakan-gerakan warga seperti Mas Ari yang memang melakukan gerakan dengan memahami terlebih dahulu kondisi yang ada. Semoga tidak ada lagi kasus-kasus pemaksaan seperti yang dialami oleh Aldi dengan alasan harus memaksimalkan pemberian Tuhan. []

Tags: DisabilitasHari Disabilitas InternasionalKemensos
Irma Khairani

Irma Khairani

Irma telah rampung menamatkan studi sarjana Ilmu Politik di Universitas Nasional. Isu gender, pendidikan, dan politik adalah minatnya, saat ini aktif di komunitas Puan Menulis.

Terkait Posts

Kerja Istri

Pentingnya Pembagian Kerja Istri dan Suami

21 Maret 2023
sejarah perempuan

Dalam Catatan Sejarah, Perempuan Kerap Dilemahkan

21 Maret 2023
Aman Berpuasa untuk Ibu Hamil

Tips Aman Berpuasa untuk Ibu Hamil dan Menyusui

21 Maret 2023
Perempuan Bekerja

Perempuan Juga Wajib Bekerja

21 Maret 2023
Prinsip Perkawinan

Prinsip Perkawinan Menjadi Norma Dasar Bagi Pasangan Suami Istri

21 Maret 2023
tujuan perkawinan

Tujuan Perkawinan Dalam Al-Qur’an

20 Maret 2023
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Kerja Istri

    Pentingnya Pembagian Kerja Istri dan Suami

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Prinsip Perkawinan Menjadi Norma Dasar Bagi Pasangan Suami Istri

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Siti Walidah: Ulama Perempuan Progresif Menolak Peminggiran Peran Perempuan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Refleksi: Sulitnya Menjadi Kaum Minoritas

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Perempuan Juga Wajib Bekerja

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Pentingnya Pembagian Kerja Istri dan Suami
  • Refleksi: Sulitnya Menjadi Kaum Minoritas
  • Dalam Catatan Sejarah, Perempuan Kerap Dilemahkan
  • Tips Aman Berpuasa untuk Ibu Hamil dan Menyusui
  • Perempuan Juga Wajib Bekerja

Komentar Terbaru

  • Perempuan Boleh Berolahraga, Bukan Cuma Laki-laki Kok! pada Laki-laki dan Perempuan Sama-sama Miliki Potensi Sumber Fitnah
  • Mangkuk Minum Nabi, Tumbler dan Alam pada Perspektif Mubadalah Menjadi Bagian Dari Kerja-kerja Kemaslahatan
  • Petasan, Kebahagiaan Semu yang Sering Membawa Petaka pada Maqashid Syari’ah Jadi Prinsip Ciptakan Kemaslahatan Manusia
  • Berbagi Pengalaman Ustazah Pondok: Pentingnya Komunikasi pada Belajar dari Peran Kiai dan Pondok Pesantren Yang Adil Gender
  • Kemandirian Perempuan Banten di Makkah pada Abad ke-20 M - kabarwarga.com pada Kemandirian Ekonomi Istri Bukan Melemahkan Peran Suami
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist