• Login
  • Register
Rabu, 21 Mei 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Khazanah Hikmah

Membincang Gaya Hidup Hedonis dan Intoleransi Ekonomi

Nabi Sulaiman AS adalah salah satu karakter orang kaya paling ideal. Idealisme itu terbentuk dari ketawadluan dan pengakuan atas segala yang ia miliki hanyalah titipan semata

Thoah Jafar Thoah Jafar
21/10/2022
in Hikmah
0
Gaya Hidup

Gaya Hidup

511
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Presiden RI Joko Widodo menyinggung soal gaya hidup polisi yang kerap memamerkan barang-barang mahal di media sosial. Ia meminta agar hal tersebut tidak lagi mereka lakukan di tengah kondisi ekonomi yang serba sulit seperti sekarang ini.

“Saya ingatkan masalah gaya hidup, lifestyle. Jangan sampai di situasi yang sulit ada letupan-letupan sosial karena adanya kecemburuan ekonomi,” pesan Presiden, dalam pengarahan kepada perwira tinggi Mabes Polri, Kapolda, dan Kapolres se-Indonesia di Istana Presiden, pada Jumat (14/10), kemarin.

Lepas dari keprofesian polisi, menggemari barang-barang bagus dan mewah adalah kodrat seluruh manusia. Dalam QS. Ali Imran: 14, Allah Swt berfirman, “Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).”

Hanya saja, yang penting kita garisbawahi adalah niat, motivasi, dan cara perolehan kemewahan tersebut. Jika kita raih lewat cara yang terlarang, berbalut kesombongan, dan tidak berbagi, tentu mutlak menjadi sebuah keharaman.

Kaya yang sebenarnya

Ada banyak contoh dan teladan dari orang-orang yang kaya secara sebenar-benarnya. Semakin kaya seseorang, kian sederhana pola hidup yang ia terapkan. Akan tetapi, ada juga orang yang dengan kekayaan terbatas, namun, status gengsinya itu perlu didorong dan ditopang dengan pamer gaya hidup yang hedonis demi mendapatkan pengakuan.

Baca Juga:

Mengenal Lebih Dekat Kanker Ovarium: Sebagai Salah Satu Sillent Killer pada Wanita

Derita Korban PHK dan Makna Puasa Bagi Rakyat Jelata

Mengapa Keadilan Sosial di Indonesia Masih Jauh dari Harapan?

Perilaku Konsumtif Menjelang Lebaran, Haram?

Nabi Sulaiman AS adalah salah satu karakter orang kaya paling ideal. Idealisme itu terbentuk dari ketawadluan dan pengakuan atas segala yang ia miliki hanyalah titipan semata. Setiap Nabi Sulaiman melihat singgasana mewah di hadapannya, ia berkata, “Ini termasuk karunia Tuhanku untuk mencobaku, apakah aku bersyukur atau mengingkarinya.” (QS. An-Naml : 40).

Kekayaan semu alias bertujuan pamer belaka kerap disebut fenomena flexing. Fenomena ini menjadikan segala cara yang ia lakukan hanya untuk menampilkan kekayaan dan materialisme yang ia miliki. Sebelumnya, pamer harta dianggap hal yang tabu, tetapi kini menjadi konten media sosial yang masif. Dari tren inilah maka kata sultan, mewah, premium, dan crazy rich sekarang menjadi istilah kekinian.

Ada dua motivasi dari seseorang yang melakukan flexing. Pertama, pamer karena memiliki sesuatu yang ingin ia banggakan dan hanya sekadar membagikannya ke orang lain. Kedua, pamer harta ini ia lakukan sebagai bentuk insecurity karena merasa diri dia kurang. Jadi memamerkan pencapaian itu ia lakukan demi menutupi kekurangan yang ia miliki.

Flexing adalah aktivitas dari hedonisme, gaya hidup tidak sehat, sekaligus keriaan yang mematikan kepedulian terhadap orang-orang di bawahnya dalam segi ekonomi. Sikap-sikap itu melahirkan aksi intoleran terhadap nasib banyak orang yang tidak selamanya memiliki keberuntungan dalam segi ekonomi alias kekayaan.

Tawadlu sebagai Jalan Kebahagiaan

Tawadlu berasal dari kata wadla’a yang berarti ‘meletakkan’ atau ‘menempatkan’. Seseorang kita sebut tawadlu karena bisa menempatkan diri pada tempat yang sewajarnya. Lawan kata tawadlu adalah angkuh, sombong, dan congkak.

Ada juga yang memaknai tawadlu sebagai sikap ketundukan seseorang kepada kebenaran dan menerima siapa pun, baik orang kaya, miskin, berkedudukan, orang biasa, orang terpandang, ataupun orang rendahan. Sikap tawadlu menjauhkan orang dari sikap-sikap tercela, terlebih lagi intoleransi.

Sikap intoleransi dalam segi ekonomi muncul dari cara pandang seseorang berdasarkan materi semata. Sedangkan basis perspektif materi dan kekayaan itu lahir dari anggapan kebahagiaan yang salah. Kebahagiaan, oleh orang-orang jenis ini hanya berkiblat pada kegemerlapan, kekayaan, materi, dan sejenisnya.

Padahal, Imam Al Ghazali dalam Mizan Al-A’mal mendefinisikan hakikat makna kebahagiaan secara terang ke dalam delapan bagian. Pertama, kebahagiaan adalah keabadian tanpa kesementaraan, kenikmatan tanpa kepayahan, kegembiraan tanpa kesedihan, kekayaan tanpa kefakiran, kesempurnaan tanpa kekurangan, dan kemuliaan tanpa kehinaan.

Kedua, kebahagiaan akhirat ialah suatu keabadian yang tidak dikurangi oleh keputusan masa dan batas waktu. Yakni akhirat itu sendiri. Ketiga, kebahagiaan merupakan harapan dan tuntutan manusia, maka perlu mengenali teori dan mengaplikasikannya.

Keempat, kebahagiaan merupakan sampainya seseorang pada tahapan tersingkapnya ilham dari Allah dan terbebas dari kotoran-kotoran nafsu yang melekat dalam diri. Kelima, kebahagiaan juga kita maknai dengan ketika sudah tersingkapnya seluruh hakikat yang ada pada Allah. Ini merupakan derajat kebahagiaan puncak yang telah dicapai oleh para nabi.

Keenam, kebahagiaan dan kesempurnaan nafs ialah terukirnya jiwa dengan hakikat-hakikat Al-Umur Al-Ilahiyah dan telah bersatu dengannya seperti seolah-oleh jiwa (nafs) itu adalah Dia dan menjadi satu dengannya. Ketujuh, kesempurnaan yang memungkinkan tercapai yaitu dapat bersama dengan malaikat dalam dimensi alam tertinggi (ufuq al-alam) dekat dengan Allah.

Sedangkan kedelapan, sesungguhnya segala sesuatu yang dapat mengantarkan pada kebaikan dan kebahagiaan; itu pula kita sebut sebagai kebahagiaan. []

Tags: ekonomiFlexinggaya hidupHedonismeimam al-ghazaliintoleransiTawadlu
Thoah Jafar

Thoah Jafar

Pengasuh Ponpes KHAS Kempek Cirebon

Terkait Posts

Azl menurut Fiqh

KB dalam Pandangan Fiqh

21 Mei 2025
Hadits-hadits Membolehkan Azl

Hadits-hadits yang Membolehkan Azl

21 Mei 2025
Azl dilarang

Pengertian dan Hadits Larangan Melakukan Azl

21 Mei 2025
Dalam Hadits

KB dalam Hadits

21 Mei 2025
Menyusui Anak

Menyusui Anak dalam Pandangan Islam

20 Mei 2025
KB

KB dalam Pandangan Riffat Hassan

20 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Pengepungan di Bukit Duri

    Film Pengepungan di Bukit Duri : Kekerasan yang Diwariskan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • KB dalam Pandangan Fiqh

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Hadits-hadits yang Membolehkan Azl

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Catcalling Masih Merajalela: Mengapa Kita Tidak Boleh Diam?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ulama Perempuan sebagai Puser Bumi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • KB dalam Pandangan Fiqh
  • Catcalling Masih Merajalela: Mengapa Kita Tidak Boleh Diam?
  • Hadits-hadits yang Membolehkan Azl
  • Film Pengepungan di Bukit Duri : Kekerasan yang Diwariskan
  • Pengertian dan Hadits Larangan Melakukan Azl

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Go to mobile version