• Login
  • Register
Sabtu, 24 Mei 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Publik

Membincang Pemuda, Pancasila, dan Masa Depan Indonesia

Jadilah pemuda yang baik akhlak, dan banyak manfaatnya serta dirindukan rakyatnya ketika telah tiada

Abdus Salam Abdus Salam
12/11/2021
in Publik
0
Ulama

Ulama

149
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Imam al-Ghazali memberi syarat kepada seseorang yang ingin menjadi pemimpin, pertama, dewasa. Kedua, memiliki akal yang sehat. Ketiga, merdeka. Keempat, laki-laki. Kelima, keturunan kaum Quraisy. Keenam, memiliki pendengaran dan penglihatan yang sehat. Ketujuh, kekuasaan yang nyata.  Kedelapan, memperoleh hidayah. Kesembilan, memiliki ilmu pengetahuan. Kesepuluh, wara’ (rendah hati). Menarik untuk dicatat disini adalah al-Ghazali tidak memberikan batasan umur secara spesifik. Usia dewasa bisa juga ia masih duduk dibangku mahasiswa, baik itu pasca ataupun doktoral.

Syarat tersebut menarik dicermati ketika sampai kepada point kesembilan, yakni memiliki ilmu pengetahuan. Dengan pengetahuan seseorang mampu mengenal dunia. Hiruk pikuk kehidupan mudah untuk dijalani dengan pengetahuan yang memadai. Hal ini cukup menarik jika dihadapkan dengan seorang pemuda.

Artinya seorang pemuda haruslah menuntut ilmu sebanyak-banyaknya dan sejauh-jauhnya  (uthlub al-‘ilm walaw bi as-shini fa inna thalaba al-‘ilmi faridhatun ‘ala kulli muslimin) . Dituntut memhami teks dan konteks serta memadukannya sehingga tidak kehilangan ruh dalam mengambil keputusan. Tidak sampai disitu saja, pemuda harus mampu memimpin Indonesia dengan ilmunya.

Dalam konteks Indonesia, kepemimpinan tersebut harus mampu berlandaskan pancasila. Karenanya, perlu adanya pendidikan moral kebangsaan untuk memupuk nasionalisme dalam darah pemuda Indonesia. Sebab, pemuda adalah tulang punggung masa depan bangsa.

Salah satu bentuknya melalui penanaman nilai-nilai Pancasila dalam keperibadian pemuda. Sehingga kelak lahir pemimpin-pemimpin muda yang tidak saja melayani rakyat dalam berbagai lini kehidupan, tetapi juga mampu meresapi nilai-nilai Pancasila, yang kemudian lahirlah pemimpin Pancasilais yang selalu teguh dalam mengamalkan nilai-nilai yang terkandung dalam sila yang lima.

Baca Juga:

Rieke Diah Pitaloka Soroti Krisis Bangsa dan Serukan Kebangkitan Ulama Perempuan dari Cirebon

Alasan KUPI Jadikan Mei sebagai Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

KUPI Resmi Deklarasikan Mei sebagai Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

Peluang Ulama Perempuan Indonesia dalam Menanamkan Islam Moderat

Sila ke-1, Ketuhanan yang Maha Esa. Mengandung nilai religisitas, yakni nilai ke-Tuhanan. Sehingga melahirkan memimpin religius untuk melaksanakan segala hal yang diperintah oleh Tuhan, serta menjauhi diri dari setiap larangan-Nya. Lalu sila ke-2, Kamanusiaan yang Adil dan Beradab. Sila ke-2 ini mengandung nilai-nilai kemanusia, sehingga melahirkan pemimpin muda yang humanis. Melalui sila ini juga seorang pemimpin muda dapat menjunjung tinggi nilia-nilai prikemanusian berupa hak asasi manusia, serta nilai-nilai kebersamaan yang adil pada setiap masyarakatnya.

Selanjutnya sila ke-3, Persatuan Indonesia. Beragam suku, agama, bahasa, dan bangsa menjadi khas dan corak Indonesia. Dibutuhkan seorang pemimpin yang dapat mewujudkan persatuan. Melalui nilai-nilai persatuan ini, lahirlah gaya kepemimpinan Nasionalis yakni pemimpin yang memliki rasa kesetiaan terhadap bangsa dan negaranya (Hubbul wathon minal iman).

Kemudian sila ke-4, Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan / Perwakilan. Melalui nilai-nilai kerakyatan lahirlah seorang pemimpin Demokratik, sehingga keluarlah kebijakan-kebijakan yang lahir dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Terakhir sila ke-5, Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia. Lahirlah pemimpin yang mampu membaca keadaan dan situasi sosial masyarakatnya. Sehingga tidak tebang pilih, apalagi menegakkan hukum tumpul ke atas tajam kebawah.

Menatap Masa Depan Indonesia di Tangan Kepemimpinan Pemuda

Pemuda tidak bisa dipandang sebelah mata. Uraian di atas harus terus bergulir. Tidak hanya dalam tataran wacana namun juga praktiknya. Indonesia bukanlah negara kecil, berbagai suku, bangsa, bahasa dan agama ada di dalamnya. Indonesia akan selalu ada jika para pemudanya masih ada.

Pemuda harus mampu menempati pos-pos di setiap lini, entah itu di pemerintah pusat, wilayah ataupun kabupaten/kota. Melalui jiwa Nasionalis, Humanis, serta Demokratik diharapkan pemuda menelorkan kebijakan-kebijakan yang berpihak pada rakyat Indonesia – dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat.

Tidak hanya sampai disitu, melalui penghayatan Pancasila pemuda harus menanamkan nilai-nilai moral dalam dirinya. Juga memberikan contoh kepada masyarakat Indonesia dengan berkata, “Ini loh pemuda harapan bangsa” bukan “Ini loh bapakku, bla bla bla……”.

Terakhir dari penulis,  “Syubban al-Yaum rijal al-Ghod” (pemuda hari ini adalah pemimpin di masa yang akan datang). Pemuda adalah harapan bangsa. Ibarat mutiara, jadilah pemuda yang menjadi pelita di dalam gelap gulita di tengah suramnya generasi muda.

Jadilah pemuda yang baik akhlak, dan banyak manfaatnya serta dirindukan rakyatnya ketika telah tiada. Mari bersama menatap masa depan bangsa dengan berkilau ide, penuh keyakinan, optimis bukan pesimis, menebar prestasi bukan menerbar benci, serta terus memberi kontribusi tidak hanya mengkritik tanpa solusi. Wahai pemuda, “Bangkit Melawan atau Tunduk Ditindas.” []

 

Tags: IndonesiaKebangsaanPancasilapemuda
Abdus Salam

Abdus Salam

Penikmat kopi dan kisah nabi-nabi. Bisa disapa di twitter: @salampeih atau IG: @salampeih

Terkait Posts

Memahami Disabilitas

Belajar Memahami Disabilitas dan Inklusivitas “Hanya” Dengan Naik Transjatim

23 Mei 2025
Peran Aisyiyah

Peran Aisyiyah dalam Memperjuangkan Kesetaraan dan Kemanusiaan Perempuan

20 Mei 2025
Peluang Kerja bagi Penyandang Disabilitas

Ironi Peluang Kerja bagi Penyandang Disabilitas: Kesenjangan Menjadi Tantangan Bersama

20 Mei 2025
Inses

Grup Facebook Fantasi Sedarah: Wabah dan Ancaman Inses di Dalam Keluarga

17 Mei 2025
Dialog Antar Agama

Merangkul yang Terasingkan: Memaknai GEDSI dalam terang Dialog Antar Agama

17 Mei 2025
Inses

Inses Bukan Aib Keluarga, Tapi Kejahatan yang Harus Diungkap

17 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Hj. Biyati Ahwarumi

    Hj. Biyati Ahwarumi, Perempuan di Balik Bisnis Pesantren Sunan Drajat

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Belajar Memahami Disabilitas dan Inklusivitas “Hanya” Dengan Naik Transjatim

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Benarkah KB Hanya untuk Perempuan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Perempuan Bisa Menjadi Pemimpin: Telaah Buku Umat Bertanya, Ulama Menjawab

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Yuk Belajar Keberanian dari Ummu Haram binti Milhan…!!!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Filosofi Santri sebagai Pewaris Ulama: Implementasi Nilai Islam dalam Kehidupan Sosial
  • Perempuan Bisa Menjadi Pemimpin: Telaah Buku Umat Bertanya, Ulama Menjawab
  • Membaca Bersama Obituari Zen RS: Karpet Terakhir Baim
  • Yuk Belajar Keberanian dari Ummu Haram binti Milhan…!!!
  • Belajar Memahami Disabilitas dan Inklusivitas “Hanya” Dengan Naik Transjatim

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Go to mobile version