• Login
  • Register
Minggu, 6 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Aktual

Apa Solusi untuk Menangkal Radikalisme di Sekolah?

Fatikha Yuliana Fatikha Yuliana
23/10/2022
in Aktual
0
Apa solusi untuk menangkal radikalisme di Sekolah?
19
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.Id-  Apa solusi untuk menangkal radikalisme di sekolah?  Baru-baru ini publik dikejutkan dengan video karnaval murid Taman Kanak-kanak (TK) di Probolinggo. Karnaval tersebut digelar dalam rangka memperingati hari kemerdekaan Republik Indonesia ke-73.

Video tersebut menampilkan salah satu peserta karnaval anak dengan memakai kostum serba hitam dan bercadar. Tak hanya itu, anak-anak di video tersebut terlihat memegang replika senjata.

Video tersebut viral dan tersebar di media sosial. Bahkan mengundang banyak komentar negatif dari warganet.

Baca juga: Membentengi Keluarga dari Paham Teror dan Kekerasan

Dilansir dari berbagai sumber, belakangan diketahui peserta karnaval tersebut adalah sekolah binaan Kodim 0820 Probolinggo.

Baca Juga:

Islam Memuliakan Orang yang Bekerja

Siapa Pemimpin dalam Keluarga?

Rumah Tak Lagi Aman? Ini 3 Cara Orang Tua Mencegah Kekerasan Seksual pada Anak

Islam Melawan Oligarki: Pelajaran dari Dakwah Nabi

Pihak sekolah melakukan klarifikasi atas video tersebut bahwa kostum yang dikenakan anak-anak bertujuan untuk memfungsikan seragam yang sudah dimiliki sekolah, dan mengangkat tema perjuangan Rasulullah untuk meningkatkan Iman dan Taqwa.

Dari video karnaval anak TK yang viral tersebut kita diingatkan kembali, bagaimana peran kita sangat penting dalam menanamkan pemahaman terhadap anak-anak.

Terlebih di lingkup pendidikan anak usia dini karena kurangnya kontrol terhadap materi pembelajaran anak di sekolah.

Materi pembelajaran yang tak melulu sekadar baca tulis dan hafalan bacaan saja. Tetapi penting juga menanamkan pemahaman terkait toleransi, sikap menghargai dan kasih sayang terhadap sesama manusia.

Baca juga: Mendidik Anak dengan Cinta dan Toleransi

Tuntutan orang tua hanya sebatas agar anak bisa baca tulis sebelum masuk Sekolah Dasar (SD). Sebab kemampuan baca tulis turut dijadikan parameter seleksi masuk SD dengan dalih pembatasan kuota kelas.

Ada kebanggaan tersendiri bagi para orang tua jika anaknya sudah dapat menghafal melebihi anak usia SD, sehingga dalam kesehariannya anak lebih dituntut untuk membaca dan menghafal.

Karena kemampuan baca tulis yang dijadikan parameter seleksi masuk SD, banyak TK yang berlomba-lomba meningkatkan kualitas kemampuan baca tulis sebagai salah satu keunggulan sekolahnya. Sialnya, banyak dari kita yang melabeli kualitas tersebut sebagai standar sekolah favorit.

Kontrol atas materi pembelajaran dalam pendidikan tingkat awal bukan hanya dari para guru saja tetapi dari orang tua dan negara juga, sebagai upaya pencegahan terhadap paham radikalisme masuk ke ruang-ruang pendidikan anak.

Negara berperan dalam menyediakan buku pelajaran yang sesuai dengan nilai-nilai Pancasila. Di Indonesia, buku pelajaran menjadi sumber belajar terbesar pada siswa di sekolah.
Upaya deradikalisasi ini dilakukan dengan sinergitas semua kelompok masyarakat, kepolisian, dan tokoh agama.

Baca juga: Jadikan Keluarga sebagai Pondasi Toleransi

Sinergitas semua pihak perlu ditingkatkan lagi untuk penyatuan tujuan deradikalisasi yang menyeluruh.

Sosialisasi narasi damai dari semua pihak juga diperlukan agar ideologi yang bertentangan dengan Pancasila tak mudah masuk. Sosialisasi ini menyasar kelompok masyarakat yang mempunyai peran penting, seperti guru di sekolah dan tokoh agama di daerah-daerah.

Selain itu, penggunaan media sosial yang baik juga sangat penting agar tidak mudah terpapar ideologi radikal. Sebab massifnya penyebaran ideologi radikal di dunia digital.

Upaya-upaya yang dilakukan ini bertujuan untuk kedamaian negara dan menyatukan keberagaman di Indonesia.

Baca juga: Perempuan, Keluarga dan Terorisme

Sebagaimana yang tercantum dalam QS. At-Taubah ayat 122 tentang mencintai tanah air:

“Dan tidak sepatutnya orang-orang Mukmin itu semuanya pergi (ke medan perang). Mengapa sebagian dari setiap golongan di antara mereeka tidak pergi untuk memperdalam pengetahuan agama mereka dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali, agar mereka dapat menjaga dirinya.”

Demikian artikel terkait apa solusi untuk menangkal radikalisme di sekolah? Semoga bermanfaat. []

Tags: anakislamkarnavalkasihkekerasankeluargaRadikalismeterorismetk probolinggo
Fatikha Yuliana

Fatikha Yuliana

Fatikha Yuliana, terlahir di Indramayu. Alumni Ponpes Putri Al-Istiqomah Buntet Pesantren Cirebon. Berkuliah di Institut Studi Islam Fahmina (ISIF) Cirebon. Jatuh cinta pada kopi dan pantai.

Terkait Posts

Sejarah Ulama Perempuan ISIF

ISIF akan Gelar Halaqoh Nasional, Bongkar Ulang Sejarah Ulama Perempuan Indonesia

5 Juli 2025
kekerasan seksual terhadap anak

Dr. Nur Rofiah Tegaskan Pentingnya Mengubah Cara Pandang untuk Hentikan Kekerasan Seksual pada Anak

18 Juni 2025
Kekerasan Seksual Anak di Lingkup Keluarga

Ketika Rumah Tak Lagi Aman, Rumah KitaB Gelar Webinar Serukan Stop Kekerasan Seksual Anak di Lingkup Keluarga

14 Juni 2025
Financial Literacy

Melek Financial Literacy di Era Konsumtif, Tanggung Jawab atau Pilihan?

11 Juni 2025
Kebangkitan Ulama Perempuan

Rieke Diah Pitaloka Soroti Krisis Bangsa dan Serukan Kebangkitan Ulama Perempuan dari Cirebon

19 Mei 2025
Rieke Kebangkitan Ulama Perempuan

Rieke Diah Pitaloka: Bulan Mei Tonggak Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

19 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Gerakan KUPI

    Berjalan Bersama, Menafsir Bersama: Epistemic Partnership dalam Tubuh Gerakan KUPI

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kisah Jun-hee dalam Serial Squid Game dan Realitas Perempuan dalam Relasi yang Tidak Setara

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • ISIF akan Gelar Halaqoh Nasional, Bongkar Ulang Sejarah Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Islam Memuliakan Orang yang Bekerja

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kholidin, Disabilitas, dan Emas : Satu Tangan Seribu Panah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Film Rahasia Rasa Kelindan Sejarah, Politik dan Kuliner Nusantara
  • Bekerja itu Ibadah
  • Menemukan Wajah Sejati Islam di Tengah Ancaman Intoleransi dan Diskriminasi
  • Jangan Malu Bekerja
  • Yang Benar-benar Seram Itu Bukan Hidup Tanpa Nikah, Tapi Hidup Tanpa Diri Sendiri

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID