• Login
  • Register
Senin, 4 Desember 2023
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Publik

Menemukan Perdamaian Universal dalam Dokumen Abu Dhabi

Dokumen Abu Dhabi ini sangat penting untuk disebarluaskan di kalangan masyarakat pada umumnya, terutama di antara generasi muda dengan berbagai macam cara, diantaranya dengan memanfaatkan media sosial yang ada

Efrial Ruliandi Silalahi Efrial Ruliandi Silalahi
08/04/2022
in Publik
0
Perdamaian Universal

Perdamaian Universal

217
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Pada kondisi saat ini, sudah semestinya kita memerlukan referensi yang relevan serta pedoman perdamaian universal dalam melakukan langkah-langkah positif yang diambil, sebagai sumbangan peradaban modern saat ini. Baiknya kita mengingat kembali momentum bersejarah pada beberapa tahun lalu melalui deklarasi yang mempunyai cita-cita dan harapan luhur.

Deklarasi tersebut bertujuan untuk menemukan perdamaian universal yang dapat dinikmati semua orang dalam hidup ini. Kita perlu membaca kembali, dan memahami esensi dari Dokumen Abu Dhabi yang berjudul “Persaudaraan Insani Demi Perdamaian Dunia dan Hidup Bersama” yang ditandatangani oleh Bapa Suci Fransiskus dan Imam Besar Al-Azhar, Ahmad Al-Tayyeb pada tanggal 4 Februari 2019 lalu.

Setelah membaca dokumen perdamaian universal ini berulang kali, saya semakin menyadari adanya penyebaran paham dan gerakan ekstrimisme di banyak tempat. Saya juga semakin menemukan berbagai peluang untuk memperkuat persaudaraan antar umat manusia.

Kita bersyukur kepada Tuhan karena memiliki bangsa Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, yang dijiwai oleh semangat Bhinneka Tunggal Ika dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Semua itu menjadi pilar-pilar utama dalam membangun perdamaian universal, dan tata kehidupan bersama yang harmonis di tengah keanekaragaman suku, ras, agama, dan golongan.

Keberagaman merupakan sebuah keniscayaan dan anugerah dari Tuhan yang harus dirawat dan dikembangkan dengan sikap saling menerima, menghargai, dan bekerja sama satu dengan yang lain. Dalam Dokumen perdamaian universal Abu Dhabi, Paus Fransiskus dan Imam Besar Ahmad Al-Tayyeb secara sangat tegas menyatakan hal yang fundamental terkait dengan persaudaraan insani, yaitu kesadaran bahwa setiap manusia merupakan saudara bagi yang lain.

Daftar Isi

  • Baca Juga:
  • Menengok Toleransi Ideal Ala Muslim dan Hindu di Pulau Lombok
  • Islam Ajarkan untuk Bersikap Toleransi dengan Mereka yang Berbeda Agama
  • Mengenal Lian Gogali: Perempuan Aktivis Perdamaian dan Toleransi dari Poso
  • Ini Ceritaku Belajar Toleransi dari Pelatihan Penggerak Moderasi Beragama

Baca Juga:

Menengok Toleransi Ideal Ala Muslim dan Hindu di Pulau Lombok

Islam Ajarkan untuk Bersikap Toleransi dengan Mereka yang Berbeda Agama

Mengenal Lian Gogali: Perempuan Aktivis Perdamaian dan Toleransi dari Poso

Ini Ceritaku Belajar Toleransi dari Pelatihan Penggerak Moderasi Beragama

Karena itu, hendaknya kita hidup berdamai dengan setiap orang yang berbeda agama, budaya, dan bahasa. Karenanya tidak ada istilah mayoritas dan minoritas dalam persaudaraan. Dua tokoh agama ini menyadari adanya berbagai masalah sosial yang dihadapi oleh umat manusia apapun agamanya seperti kemiskinan, korupsi, ketimpangan sosial, kemerosotan moral, genosida, ekstrimisme, diskriminasi, kerusakan lingkungan hidup hingga persoalan bencana alam.

Persoalan yang  memprihatinkan dan menjadi tantangan berat bagi perdamaian universal republik ini adalah semakin berkembangnya paham ekstrimisme yang sering berujung pada tindakan kejahatan luar biasa (extraordinary crime). Penyebab utama lahirnya ekstrimisme adalah lemahnya pemahaman ideologi berbangsa dan bernegara yang berkorelasi dengan persoalan sosial, ekonomi, politik, dan kebencian terhadap pihak-pihak yang dianggap menghalangi penyebaran ideologi tersebut.

Di tengah berbagai persoalan perdamaian universal tersebut di atas, kita sebagai bagian dari bangsa Indonesia terpanggil untuk turut terlibat dalam mempromosikan, memperjuangkan, dan mewujudkan persaudaraan insani sebagai kekayaan bersama.

Persaudaraan insani ini dibangun atas dasar nilai-nilai kemanusiaan yang diinternalisasikan secara personal dan dihidupi dalam relasi sosial. Oleh karena itu, peran keluarga sebagai sekolah kehidupan yang pertama dan orang tua sebagai pendidik utama, sangat penting untuk mulai menanamkan nilai-nilai perdamaian universal tersebut.

Kita perlu membuka diri, keluar dari zona nyaman, dan hadir di tengah-tengah masyarakat untuk memperkokoh perdamaian universal, persaudaraan lintas agama dan kepercayaan. Kita perlu menyebarkan cinta damai dan kebaikan, menghormati hak asasi manusia, membudayakan dialog, mendorong kesetaraan dan keadilan gender, meningkatkan kesehatan masyarakat, membangun kesadaran akan perkembangan ilmu pengetahuan dan menjaga hidup berdampingan yang harmonis dalam keberagaman.

Kehadiran kita perlu semakin dirasakan dalam kehidupan masyarakat yang sering terpinggirkan seperti mereka yang miskin, yatim piatu, para janda, pengungsi, dan lanjut usia. Persaudaraan insani mengungkapkan kepekaan, kepedulian, bela rasa kita terhadap dunia untuk perdamaian universal, sebagaimana dinyatakan oleh Konsili Vatikan II.

Persaudaraan insani harus membawa kebaikan bagi kehidupan manusia dalam segala dimensinya, dan menjadi kesaksian akan kebesaran iman kepada Tuhan yang mempersatukan hati yang terpecah, dan menjadi tanda kedekatan antara semua orang yang percaya bahwa Tuhan menciptakan manusia untuk saling mengerti, bekerja sama, dan hidup sebagai saudara. Hidup bersama sebagai dasar dalam mewujudkan persaudaraan insani  tidak pertama-tama untuk menemukan pokok-pokok yang sama, tetapi kesediaan untuk mau menerima dan menghargai perbedaan dalam keyakinan dan ajaran agama.

Saya memandang bahwa Dokumen Abu Dhabi ini sangat penting untuk disebarluaskan di kalangan masyarakat pada umumnya, terutama di antara generasi muda dengan berbagai macam cara, diantaranya dengan memanfaatkan media sosial yang ada.

Dengan demikian, akan lahirlah ruang-ruang perjumpaan perdamaian universal yang baru di tengah masyarakat, untuk memikirkan ulang, merancang ulang, membangun kerangka baru, dan akhirnya bertindak baru dalam hidup beragama.

Menghayati hidup beragama yang inklusif tanpa kehilangan identitasnya menjadi penting untuk terus diwartakan (mensyiarkan) sehingga semakin banyak orang yang peduli dengan sesama, dan bersemangat dalam membangun perdamaian universal, dan persaudaraan insani berlandaskan pada penghargaan terhadap harkat serta martabat manusia.

Dalam akhir tulisan ini, saya mempunyai harapan besar agar pemerintah sebagai penanggung jawab utama perdamaian universal kehidupan seluruh bangsa ini, mampu mengambil kebijakan yang arif dan adil berdasarkan nilai-nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, musyawarah dan keadilan untuk mengurangi kesenjangan sosial, mencegah konflik antar anak bangsa, mengakhiri berbagai bentuk kekerasan yang berkepanjangan, menghambat laju kerusakan lingkungan hidup, memeratakan akses terhadap sumber daya dan menciptakan tata kehidupan bersama yang lebih bermanfaat.

Para tokoh agama, kaum cendekiawan, pekerja sosial, seniman, dan semua orang dengan bidang kehidupan masing-masing juga dipanggil untuk menemukan perdamaian universal, serta menghidupi kembali nilai-nilai kemanusiaan demi terwujudnya kesejahteraan umum lewat persaudaran insani.

Hidup damai di republik ini hanya akan tercapai jika semua pihak tanpa kecuali mempunyai komitmen untuk selalu bergandengan tangan dan saling bekerja sama demi kebaikan bersama. Saya percaya dan meyakini sahabat semua telah berjuang untuk membela kemanusiaan dan selalu berupaya mewujudkan perdamaian universal, dan persaudaraan insani dengan caranya masing-masing.

Semoga semakin banyak orang yang berkehendak baik untuk terlibat dengan ikut menjaga dan merawat, mengembangkan serta mewujudkan persaudaran insani demi perdamaian universal, dan hidup bersama yang lebih baik. Selamat menunaikan ibadah puasa di Bulan Ramadhan baik sahabatku yang beragama Muslim, dan selamat menunaikan ibadah puasa di Masa Pra Paskah bagi sahabatku yang beragama Katholik. []

Tags: Dokumen Abu DhabikeberagamanPancasilaPerdamaian UniversaltoleransiWawasan Kebangsaan
Efrial Ruliandi Silalahi

Efrial Ruliandi Silalahi

Suka Menonton Film dan Pemburu Buku Gratisan

Terkait Posts

Pemilu 2024

Deklarasi Pemilu Damai 2024: Upaya Cegah Konflik, Politisasi SARA dan Hoaks

4 Desember 2023
KDRT

5 Langkah Pencegahan Kasus KDRT

4 Desember 2023
Seksual

Kekerasan Seksual dalam Pandangan KUPI

2 Desember 2023
Krisis Lingkungan

Islam dan Krisis Lingkungan: Siapa yang paling Bertanggung Jawab?

2 Desember 2023
Kekerasan seksual di Pesantren

4 Solusi Alternatif untuk Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual di Pesantren

1 Desember 2023
Kekerasan seksual di kampus

Ini 4 Tips Mencegah Kekerasan Seksual di Kampus

1 Desember 2023
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Muktamar Pemikiran

    Resmi Ditutup, Berikut 11 Hasil Muktamar Pemikiran NU Ke-2

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Danone Angkat Bicara, Soal Fatwa MUI Haram Beli Produk Pro Israel

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mengurai Pemikiran Leila Ahmed: Sosok Feminisme Muslim Asal Mesir

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Benarkah Stoikisme Obat di Abad ke-21?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • 5 Langkah Pencegahan Kasus KDRT

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Akikah Bagi Laki-laki dan Perempuan
  • Danone Angkat Bicara, Soal Fatwa MUI Haram Beli Produk Pro Israel
  • Islam: Agama yang Menyejajarkan Kemanusiaan Laki-laki dan Perempuan
  • Mengurai Pemikiran Leila Ahmed: Sosok Feminisme Muslim Asal Mesir
  • Deklarasi Pemilu Damai 2024: Upaya Cegah Konflik, Politisasi SARA dan Hoaks

Komentar Terbaru

  • Ainulmuafa422 pada Simple Notes: Tak Se-sederhana Kata-kata
  • Muhammad Nasruddin pada Pesan-Tren Damai: Ajarkan Anak Muda Mencintai Keberagaman
  • Profil Gender: Angka tak Bisa Dibiarkan Begitu Saja pada Pesan untuk Ibu dari Chimamanda
  • Perempuan Boleh Berolahraga, Bukan Cuma Laki-laki Kok! pada Laki-laki dan Perempuan Sama-sama Miliki Potensi Sumber Fitnah
  • Mangkuk Minum Nabi, Tumbler dan Alam pada Perspektif Mubadalah Menjadi Bagian Dari Kerja-kerja Kemaslahatan
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist