• Login
  • Register
Sabtu, 28 Januari 2023
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom

Mengantar Buya Husein: Anugerah Dr (HC) dalam Bidang Tafsir Al-Qur’an dari UIN Walisongo Semarang (Bagian 1)

Mamang Haerudin Mamang Haerudin
14/03/2019
in Kolom
0
UIN Walisongo Semarang Buya Husein

UIN Walisongo Semarang Buya Husein

32
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Senang bukan kepalang. Manakala salah satu kiai saya, ulama Pesantren, intelektual Nahdlatul Ulama yang bernama KH. Husein Muhammad–selanjutnya Buya Husein–akan dianugerahi penghargaan Doktor Honoris Causa (Dr HC) oleh civitas UIN Walisongo Semarang dalam bidang tafsir Al-Qur’an.

Buya Husein adalah pengasuh Pesantren Dar Al-Tauhid, Arjawinangun dan pendiri Fahmina Institute, dua lembaga yang mencerminkan sepak-terjang Buya Husein sebagai kiai Pesantren sekaligus pejuang nilai-nilai kesetaraan.

Penghargaan ini, menurut saya terlambat diberikan, bahkan mestinya lembaga-lembaga lain pun berebut dan terus menyusul untuk memberikan penghargaan tersebut kepada Buya Husein.

Bukan mengada-ada. Akan sangat sulit sekali menemukan kiai Pesantren selevel Buya Husein. Kiai lulusan Universitas Al-Azhar terlalu banyak, kiai yang mahir dalam membaca kitab kuning tak akan terhitung jumlahnya, tetapi sekali lagi, kiai Pesantren dengan pemikiran progresif sekaliber Buya Husein akan sangat sulit sekali ditemukan–untuk enggan mengatakan tidak ada.

Buya Husein memang laki-laki tetapi beliau konsisten membela perempuan yang mendapat perlakuan tidak adil. Tafsir dan pemikirannya terhadap dua sumber hukum Islam–Al-Qur’an dan hadis–begitu ramah dan kontekstual. Al-Qur’an dan hadis, di tangan Buya Husein semakin hidup, sesuai dengan dunyut nadi perkembangan zaman.

Daftar Isi

  • Baca Juga:
  • Mufassir Perempuan dalam Khazanah Keilmuan
  • Gus Yahya Menolak Feminisme: Andai Ia bukan Ketum PBNU
  • Feminisme Islam dan Setelahnya
  • Benarkah Gus Yahya Menolak Feminisme?

Baca Juga:

Mufassir Perempuan dalam Khazanah Keilmuan

Gus Yahya Menolak Feminisme: Andai Ia bukan Ketum PBNU

Feminisme Islam dan Setelahnya

Benarkah Gus Yahya Menolak Feminisme?

Buya Husein melampaui ulama dan akademisi. Ia banyak menulis buku. Beberapa di antaranya ‘Fiqh Perempuan’, ‘Islam Agama Ramah Perempuan’, ‘Mengaji Pluralisme kepada Maha Guru Pencerahan’, ‘Ijtihad Kyai Husein’ dan masih banyak lagi. Saya sendiri pernah menulis buku duet bersama Buya Husein, berjudul ‘Mencintai Tuhan, Mencintai Kesetaraan: Inspirasi dari Islam dan Perempuan’, diterbitkan oleh Quanta, Elex Media Komputindo, Kompas-Gramedia, Jakarta.

Masih sangat jarang, ada kiai yang konsisten menulis buku di mana buku-bukunya begitu ilmiah dan berbobot akademik tinggi. Saya berterimakasih sekali kepada Allah dan UIN Walisongo Semarang yang (akan) telah memberikan penghargaan tersebut.

Di dunia internasional, Buya Husein tercatat pernah mendapatkan penghargaan dari Pemerintah Amerika Serikat untuk ‘Heroes to End Modern-Day Slavery’ tahun 2006, namanya juga tercatat dalam ‘The 500 Most Influential Muslims’ yang diterbitkan oleh The Royal Islamic Strategic Studies Center tahun 2010 sampai 2013 secara berurutan.

Termasuk pada tahun 2016, Fahmina Institute–lembaga kemanusiaan yang ia dirikan–mendapatkan penghargaan berupa ‘Opus Prize’ dari Amerika Serikat tahun 2013. Dan kini Buya Husein akan menyandang gelar Dr (HC): Dr (Hc) KH. Husein Muhammad.

Saya berdoa, semoga akan ada lembaga yang menganugerahkan Buya Husein sebagai Profesor: Prof. Dr. (HC) KH. Husein Muhammad. Sangat pantas dan memang seharusnya demikian.

Meskipun saya yakin, Buya Husein bukanlah seseorang yang haus gelar dan penghargaan. Dengan atau tanpa gelar dan penghargaan, Buya Husein akan terus memperjuangkan tegaknya nilai-nilai kemanusiaan dan kesetaraan.

Buya Husein juga akan terus mengaji dan menulis, di sela-sela bercengkrama asyiknya dengan sanak-keluarga. Buya Husein adalah tipikal kiai Pesantren yang bukan hanya jujur, tetapi juga langka.

Basis keilmuannya merupakan hasil racikan khazanah Islam klasik (kitab kuning) dan keilmuan modern. Buya Husein berbeda sekali dengan kebanyakan kiai dan akademisi yang ada.

Buya Husein mampu memberikan tafsir dan pemikiran yang ramah nan segar, dalam banyak hal berkaitan dengan ‘pembagian waris bagi perempuan’, ‘hak aborsi’, ‘sunat perempuan’, ‘imam shalat perempuan’, ‘sunah monogami bukan poligami’ dan lain sebagainya. Wallaahu a’lam.

Tags: Buya HuseinfeminismeGenderhuseinhusein muhammad
Mamang Haerudin

Mamang Haerudin

Penulis, Pengurus LDNU, Dai Cahaya Hati RCTV, Founder Al-Insaaniyyah Center & literasi

Terkait Posts

Content Creator, Ngemis Online

Content Creator atau Ngemis Online?

28 Januari 2023
Pengalaman Perempuan

Writing for Healing: Mencatat Pengalaman Perempuan dalam Sebuah Komunitas

28 Januari 2023
Pesantren Menjawab Isu Lingkungan

Atensi Pesantren Menjawab Isu Lingkungan

28 Januari 2023
Budaya Patriarki

Budaya Patriarki Picu Perempuan Jadi Mayoritas Korban Kekerasan Seksual

27 Januari 2023
Tata Kelola Sampah

Bermubadalah, Perspektif Baru Tata Kelola Sampah

27 Januari 2023
Kampus Cantik

Akun Instagram Kampus Cantik, Sebuah Bentuk Glorifikasi Seksisme Bagi Perempuan

27 Januari 2023
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Fatwa KUPI

    Menanti Hasil Fatwa KUPI dari Kokohnya Bangunan Epistemologi Part II-Habis

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • 5 Pilar Keluarga Berencana dalam Perspektif Mubadalah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Atensi Pesantren Menjawab Isu Lingkungan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Writing for Healing: Mencatat Pengalaman Perempuan dalam Sebuah Komunitas

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Konco Wingking Dalam Perspektif Mubadalah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • 3 Hal yang Perlu Ditegaskan Ketika Perempuan Aktif di Ruang Publik
  • Content Creator atau Ngemis Online?
  • 5 Pilar Keluarga Berencana dalam Perspektif Mubadalah
  • Menanti Hasil Fatwa KUPI dari Kokohnya Bangunan Epistemologi Part II-Habis
  • Terminologi Mubadalah Berguna Untuk Gagasan Relasi Kerjasama

Komentar Terbaru

  • Menjauhi Sikap Tajassus Menjadi Resolusi di 2023 - NUTIZEN pada (Masih) Perlukah Menyusun Resolusi Menyambut Tahun Baru?
  • Pasangan Hidup adalah Sahabat pada Suami Istri Perlu Saling Merawat Tujuan Kemaslahatan Pernikahan
  • Tanda Berakhirnya Malam pada Relasi Kesalingan Guru dan Murid untuk Keberkahan Ilmu
  • Tujuan Etika Menurut Socrates - NUTIZEN pada Menerapkan Etika Toleransi saat Bermoda Transportasi Umum
  • Film Yuni Bentuk Perlawanan untuk Masyarakat Patriarki pada Membincang Perkawinan Anak dan Sekian Hal yang Menyertai
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist