• Login
  • Register
Jumat, 3 Februari 2023
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Publik

Mengapa Allah Tidak Menggunakan Kata Ganti Feminin?

Lailatul Fitriyah Lailatul Fitriyah
10/07/2021
in Publik
0
perawi, perempuan
22
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Permasalahan soal merujuk kepada Allah dengan menggunakan kata ganti perempuan hanya muncul dalam bahasa-bahasa berjender (Arab, Inggris, Perancis, Italia, dll). Bahasa Indonesia bukan merupakan di antaranya. Jadi masalah ini tidak muncul dalam konteks Indonesia. Pertama, Apa landasan teologinya? Tidak seperti teologi-teologi lainnya (e.g., teologi Kristen) bahasa teologis Islam tidak menyimbolkan Allah dalam metafora ‘Ayah’. Mengapa juga Allah tidak menggunakan kata ganti feminin?

Pun, jelas dalam teologi Islam bahwa perbedaan jender dan seksualitas tidak berlaku bagi Allah yang Maha di atas segala. Kedua, apa masalahnya sehingga kita perlu memakai kata ganti perempuan dalam merujuk Allah? Masalahnya adalah, dalam bahasa-bahasa berjender, penggunaan kata ganti laki-laki untuk Allah (Huwa, He, Lui, Il, dll) menanamkan asosiasi antara Allah dan laki-laki dalam benak manusia.

Dalam perspektif Feminisme Islam, asosiasi tersebut kemudian menjustifikasi penempatan laki-laki sebagai ‘manusia istimewa’ di atas kemanusiaan perempuan karena penunjuk jendernya diasosiasikan dengan penunjuk ‘jender’ Allah. Dari situ, ragam kekerasan yang dilakukan laki-laki terhadap perempuan dibenarkan tidak hanya dengan klaim bahwa laki-laki berderajat lebih tinggi dari perempuan, melainkan juga melalui penggambaran Allah melalui asosiasi jender laki-laki.

Tentunya, hal-hal seperti itu adalah bagian dari kekerasan sistemik-teologis yang tak kasat mata, namun asumsi-asumsinya menghujam dalam cara berpikir kita tentang perempuan dan laki-laki dalam Islam.

Ketiga, Apa landasan merujuk kepada Allah dengan menggunakan kata ganti perempuan? Adalah Ibn ‘Arabi yang memperkenalkan konsep Jalal dan Jamal dalam memahami sifat-sifat Allah. Jalal (Maha Agung) adalah sifat-sifat yang terkait dengan maskulinitas, sementara Jamal (Maha Indah) adalah sifat-sifat yang terkait dengan femininitas.

Daftar Isi

  • Baca Juga:
  • Makna Hijab Menurut Para Ahli
  • 5 Penyebab Su’ul Khatimah yang Dilalaikan
  • Kisah Saat Perempuan Berbicara dan Berpendapat di Depan Nabi Saw
  • Gaya Hidup Minimalis Dimulai dari Meminimalisir Pakaian

Baca Juga:

Makna Hijab Menurut Para Ahli

5 Penyebab Su’ul Khatimah yang Dilalaikan

Kisah Saat Perempuan Berbicara dan Berpendapat di Depan Nabi Saw

Gaya Hidup Minimalis Dimulai dari Meminimalisir Pakaian

Sifat-sifat Jalal, contohnya, Sang Maha Berdaulat (al-Muhaymin, al-Malik), Sang Maha Kuat (al-Aziz, al-Jabbar), dan Sang Maha Penakluk (al-Qahhar). Sedangkan Sifat-sifat Jamal contohnya, Sang Maha Pemaaf (al-Ghaffar), Sang Maha Pengasih (ar-Rahim), & Sang Maha Pencinta (al-Wadud).

Konseptualisasi tersebut diajukan oleh Ibn ‘Arabi dalam upayanya untuk menampilkan keseluruhan sifat-sifat Allah. Sebuah pengingat dalam konteks patriarki yang normatif, bahwa Allah tak hanya ‘maskulin’ melainkan juga ‘feminin’. Para akademisi Feminis Muslim, seperti Sa’diyya Shaikh, Amina Wadud, dll, seringkali memakai kata ganti perempuan untuk merujuk Allah dalam karya-karya mereka.

Tujuannya bukan untuk menggambarkan Allah ‘sebagai perempuan’. Melainkan, untuk mengingatkan kita bahwa kategorisasi jender dan seks tidak berlaku bagi Allah sekaligus melawan kekerasan sistemik terhadap perempuan yang berakar dari asosiasi Allah dengan jender laki-laki.[]

Lailatul Fitriyah

Lailatul Fitriyah

Perempuan asal Jember ini adalah kandidat Doktor di bidang Gereja Global & Agama-Agama Dunia di University of Notre Dame, Indiana, U.S.A. Ia juga memegang gelar Master of Arts di bidang Perdamaian Internasional dari universitas yang sama.

Terkait Posts

Satu Abad NU

Satu Abad NU:  NU dan Kebangkitan Kaum Perempuan 

3 Februari 2023
Pengelolaan Sampah

Bagaimana Cara Melakukan Pengelolaan Sampah di Pengungsian?

31 Januari 2023
Aborsi Korban Perkosaan

Ulama Bolehkan Aborsi Korban Perkosaan

31 Januari 2023
Pemakaman Muslim Indonesia

5 Konsep Pemakaman Muslim Indonesia dan Kontribusinya dalam Pelestarian Lingkungan Hidup

30 Januari 2023
Ulama Perempuan

Ulama Perempuan dan Gerak Kesetaraan Antar-umat Beragama

30 Januari 2023
Tradisi Tedhak Siten

Menggali Makna Tradisi Tedhak Siten, Benarkah Tidak Islami?

29 Januari 2023
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Satu Abad NU

    Satu Abad NU:  NU dan Kebangkitan Kaum Perempuan 

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Nabi Saw Menyambut Ceria Kehadiran Anak Perempuan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Teladan Bersolidaritas dan Pesan Moral Untuk Masa Depan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Fenomena Fatherless dan Peran Ayah bagi Anak Perempuannya

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Pada Masa Nabi Saw, Sahabat Perempuan Pun Pernah Mengajukan Cerai

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Makna Hijab Menurut Para Ahli
  • 5 Penyebab Su’ul Khatimah yang Dilalaikan
  • Kisah Saat Perempuan Berbicara dan Berpendapat di Depan Nabi Saw
  • Gaya Hidup Minimalis Dimulai dari Meminimalisir Pakaian
  • Kisah Anak Perempuan yang Nabi Muhammad Saw Hormati

Komentar Terbaru

  • Refleksi Menulis: Upaya Pembebasan Diri Menciptakan Keadilan pada Cara Paling Sederhana Meneladani Gus Dur: Menulis dan Menyukai Sepakbola
  • 5 Konsep Pemakaman Muslim Indonesia pada Cerita Singkat Kartini Kendeng dan Pelestarian Lingkungan
  • Ulama Perempuan dan Gerak Kesetaraan Antar-umat Beragama pada Relasi Mubadalah: Muslim dengan Umat Berbeda Agama Part I
  • Urgensi Pencegahan Ekstrimisme Budaya Momshaming - Mubadalah pada RAN PE dan Penanggulangan Ekstrimisme di Masa Pandemi
  • Antara Ungkapan Perancis La Femme Fatale dan Mubadalah - Mubadalah pada Dialog Filsafat: Al-Makmun dan Aristoteles
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist