• Login
  • Register
Jumat, 11 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Publik

Mengapa Kita Harus Berwawasan Islam Moderat?

Di Indonesia, dialog antara budaya dan Islam berlangsung sejak lama. Utamanya di zaman Walisongo. Contoh sederhana adalah Kanjeng Sunan Kalijaga dalam berdakwah menyebarkan Islam dengan menggunakan wayang

Abdus Salam Abdus Salam
31/03/2022
in Publik
0
Islam Moderat

Islam Moderat

136
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Moderat atau dalam bahasa arabnya wasatha memiliki arti tengah-tengah. Dalam Alqur’an ummatan wasatha termaktub dalam QS. Al-Baqarah [2]: 143. Quraisy Shihab dalam Tafsir Al-Misbah mengomentari ayat tersebut dengan posisi pertengahan membuat manusia tidak memihak ke kiri dan ke kanan. Sikap tidak ekstrem kanan atau pun kiri tersebut, menurut Shihab, mengantar manusia berlaku adil (al-Misbah, Vol. 1, hlm. 415).

Wahbah az-Zuhaili dalam Tafsir Munir mengatakan bahwa al-wasth artinya pertengahan sesuatu atau poros lingkaran. Kata tersebut, lanjutnya, dipakai untuk menyatakan tentang hal-hal yang terpuji, seperti berani, adalah sikap tengah di antara ifraath (kelebihan) dan tafriith (kelalaian) (Al-Munir, Vol 1, hlm. 288). Contoh lain dari sikap moderat/pertengahan adalah sikap dermawan. Orang dermawan itu moderat, sebab ia berada di dua kutub ekstrem yakni pelit dan boros.

Kemenag dalam bukunya Moderasi Beragama berpandangan bahwa prinsip dasar dari moderasi adalah adil dan berimbang. Adil dan berimbang dalam menempatkan antara akal dan wahyu, jasmani dan rohani, hak dan kewajiban dan antara kepentingan individual dan komunal. (Kemenag, 2019: 19).

Pandangan di atas menjadi penting bagi kita untuk selalu bersikap moderat. Sebelum bersikap kita perlu memiliki wawasan moderat utamanya dalam beragama. Berwawasan Islam moderat tentu akan membawa kita kepada berbagai sikap dewasa dalam beragama. Lalu, kenapa kita harus berwawasan Islam moderat?  Setidaknya ada beberapa alasan:

Pertama, supaya tidak gumunan. Beragama dengan kagetanan/gumunan tentu saja tidak menarik. Sedikit-sedikit kafir, bidngah, dan syirik. Tidak hanya tidak menarik, beragama dengan gumunan terasa hampa dan gersang. Penyebabnya sederhana yakni anti terhadap budaya dan tradisi yang telah diwariskan secara turun temurun dari leluhur bangsa.

Baca Juga:

Stop Menormalisasi Pelecehan Seksual: Terkenal Bukan Berarti Milik Semua Orang

Samia Kotele: Bongkar Warisan Kolonial dalam Sejarah Ulama Perempuan Indonesia

ISIF akan Gelar Halaqoh Nasional, Bongkar Ulang Sejarah Ulama Perempuan Indonesia

Pesan Pram Melalui Perawan Remaja dalam Cengkeraman Militer

Kecenderungan untuk tidak mengakomodasi budaya ini juga berimplikasi kepada mengikisnya warisan budaya Nusantara. Penulis ingat betul ketika Kementerian Agama yang masih di nahkodai Pak Lukman Hakim mengundang Mas Yasser Arafat untuk membaca Alqur’an dengan langgam Jawa. Sontak jagad maya Indonesia heboh.

Pro-kontra jelas terjadi. Alhasil, masyarakat Indonesia sadar, berapa banyak hari ini anak-anak milenial yang masih mewarisi langgam Jawa dari leluhur mereka. Lalu, berapa banyak mushala-mushala dan masjid-masjid yang melantukan shalawat dengan langgam Jawa seperti dulu mbah buyut kita.

Kedua, mampu mendialogkan budaya dan Islam. Kita semua tau bahwa dialektika tradisi/kebudayaan dan Islam di Indonesia telah berlangsung lama. Pun kita juga tau kalau juga banyak tradisi yang kita impor dari luar, utamanya Arab Saudi ketika dipimpin oleh Raja Su’ud dengan ideologi wahabi menjadi faham resmi negaranya.

Di Indonesia, dialog antara budaya dan Islam berlangsung sejak lama. Utamanya di zaman Walisongo. Contoh sederhana adalah Kanjeng Sunan Kalijaga dalam berdakwah menyebarkan Islam dengan menggunakan wayang.

Terhadap wayang, Kanjeng Sunan Kalijaga tidak mengharamkan atau pun membid’ahkan karena tidak ada di zaman Nabi, justru sebaliknya ia adalah alat menyebarkan nilai-nilai Islam moderat. Meminjam istilahnya Kiai Said Aqil Siradj, budaya adalah insfrastruktur sebuah bangsa. Sehingga, Islam, khususnya di Indonesia, tidak bisa dilepaskan dari budaya yang telah ada.

Dan, ketiga, mencintai negerinya dengan sepenuh hati. Wawasan Islam moderat yang terakhir, setelah tidak membuat orang gumunan dan mampu mendialogkan budaya dan Islam, adalah mampu mencintai negerinya dengan sepenuh hati, hubbul wathan minal iman.

Bagaimana mungkin seorang yang beriman menjalankan ritual ibadah tanpa memiliki tanah air? Di sinilah relevansi mencintai tanah air itu sebuah kewajiban. Atau dalam bait-bait puisinya Kiai Zawawi Imran menggambarkan bahwa; aku lahir di sini, makan dan minum dari tanah negeri ini, pun aku bersujud pada Allah juga di negeri ini. Jika suatu saat ajalku tiba, tubuhku juga akan dikubur di bumi negeri ini. (Tentu puisi teks aslinya dari puisi Kiai Zawawi Imran lebih indah).

Ulama-ulama kita mulai dari zaman Walisongo, Kiai Hasyim Asy’ari, Mbah Ahmad Dahlan dan lainnya, telah memberi contoh agar kita selalu mencintai tanah air. Mereka rela hilang nyawa demi mempertahankan Indonesia dari penjajah. Sudah seharusnya kita melanjutkan serta merawat negeri tercinta Indonesia. Wallahu’alam bish-shawab. []

Tags: IndonesiaIslam ModeratModerasi BeragamaNusantaraTradisi
Abdus Salam

Abdus Salam

Penikmat kopi dan kisah nabi-nabi. Bisa disapa di twitter: @salampeih atau IG: @salampeih

Terkait Posts

Kopi yang Terlambat

Jalanan Jogja, Kopi yang Terlambat, dan Kisah Perempuan yang Tersisih

10 Juli 2025
Humor Kepada Difabel

Sudahkah Etis Jokes atau Humor Kepada Difabel? Sebuah Pandangan Islam

10 Juli 2025
Melawan Perundungan

Melawan Perundungan dengan Asik dan Menyenangkan

9 Juli 2025
Nikah Massal

Menimbang Kebijakan Nikah Massal

8 Juli 2025
Intoleransi di Sukabumi

Intoleransi di Sukabumi: Ketika Salib diturunkan, Masih Relevankah Nilai Pancasila?

7 Juli 2025
Retret di sukabumi

Pengrusakan Retret Pelajar Kristen di Sukabumi, Sisakan Trauma Mendalam bagi Anak-anak

7 Juli 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Kopi yang Terlambat

    Jalanan Jogja, Kopi yang Terlambat, dan Kisah Perempuan yang Tersisih

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Life After Graduated: Perempuan dalam Pilihan Berpendidikan, Berkarir, dan Menikah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Film Horor, Hantu Perempuan dan Mitos-mitos yang Mengikutinya

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sudahkah Etis Jokes atau Humor Kepada Difabel? Sebuah Pandangan Islam

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kuasa Suami atas Tubuh Istri

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Menakar Kualitas Cinta Pasangan Saat Berhaji
  • Islam: Membebaskan Manusia dari Gelapnya Jahiliyah
  • Ikrar KUPI, Sejarah Ulama Perempuan dan Kesadaran Kolektif Gerakan
  • Berkeluarga adalah Sarana Menjaga Martabat dan Kehormatan Manusia
  • Jalanan Jogja, Kopi yang Terlambat, dan Kisah Perempuan yang Tersisih

Komentar Terbaru

  • M. Khoirul Imamil M pada Amalan Muharram: Melampaui “Revenue” Individual
  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID