• Login
  • Register
Minggu, 5 Februari 2023
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Khazanah Pernak-pernik

Polemik Wayang dan Teladan Dakwah Kultural Sunan Kalijaga

Pola dakwah kultural agama di Jawa dengan medium wayang ternyata tak sampai di situ saja, di zaman Sunan Kalijaga, pendekatan budaya juga diterapkan dalam menyebarkan nilai-nilai Islam

Hasna Azmi Fadhilah Hasna Azmi Fadhilah
26/02/2022
in Pernak-pernik
0
Wayang

Wayang

71
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

“Harusnya Islam dijadikan tradisi dan budaya. Jangan kita balik, budaya di-Islamkan. Susah. Mengislamkan budaya ini repot, karena budaya banyak sekali, standar yang mana yang harus dipegangi?”

Mubadalah.id – Pernyataan tersebut diutarakan oleh Ustadz Khalid Basalamah ketika seorang jamaahnya menanyakan hukum wayang dan bagaimana jalan taubat seorang yang berprofesi sebagai dalang. Meski tidak memfatwakan langsung bahwa wayang itu haram.

Namun, secara tersirat tergambar jelas jika bagi dai tersebut wayang tidak sesuai dengan ajaran Islam. Meski akhirnya pria bernama lengkap Khalid Zeed Abdullah Basalamah tadi menyampaikan permintaan maaf dan mengunggah video klarifikasi, tetapi polemik kesenian wayang sudah terlanjur menuai pro kontra di tengah masyarakat, utamanya umat Islam.

Sejarah Wayang

Wayang sendiri sejatinya bukan barang baru di negeri ini. Merujuk riset Awalin (2018), wayang diperkirakan sudah ada sejak 1500 SM. Pada awalnya, wayang dijadikan medium untuk mendatangkan arwah leluhur. Tradisi ini berkelindan dengan sistem kepercayaan masyarakat Jawa zaman pra sejarah. Ritual wayang tak serta merta berhubungan dengan pemujaan semata, kepercayaan itu kemudian mempengaruhi bagaimana pembuatan tokoh-tokoh dalam wayang, yaitu gambar bayangan para leluhur yang sudah meninggal.

Penegasan paradigma makna wayang adalah bayangan. Seiring waktu, dinamika budaya, mata pencaharian, dan sistem kepercayaan masyarakat setempat, wayang tak selalu lekat dengan kegiatan ritual komunikasi dengan arwah leluhur, justru selanjutnya mengalami perubahan makna serta media.

Daftar Isi

  • Baca Juga:
  • Melihat Keterlibatan Perempuan dalam Tradisi Nyadran Perdamaian di Temanggung Jawa Tengah
  • Ulama Perempuan dan Gerak Kesetaraan Antar-umat Beragama
  • Menggali Makna Tradisi Tedhak Siten, Benarkah Tidak Islami?
  • Sufisme Sunan Kalijaga: Perjalanan Tauhid Wali Agung Tanah Jawa

Baca Juga:

Melihat Keterlibatan Perempuan dalam Tradisi Nyadran Perdamaian di Temanggung Jawa Tengah

Ulama Perempuan dan Gerak Kesetaraan Antar-umat Beragama

Menggali Makna Tradisi Tedhak Siten, Benarkah Tidak Islami?

Sufisme Sunan Kalijaga: Perjalanan Tauhid Wali Agung Tanah Jawa

Realitas wayang sebagai produk seni budaya mencapai puncaknya pada tahun 907 Masehi dan abad XI. Pergelaran wayang dipergelarkan dan menjadi daya tarik bagi yang menontonnya. Pokok pergelaran wayang sifatnya masih magis-religius. Alat-alat pendukung yang digunakan amatlah sederhana dan gendhing-gendhing yang mengiringi bernuansa Hindu, sebagai bentuk akulturasi budaya Jawa dengan nilai-nilai Hindu yang masuk dari India (Mulyono, 1989).

Wayang sebagai Media Dakwah Islam

Pola dakwah kultural agama di Jawa dengan medium wayang ternyata tak sampai di situ saja, di zaman Sunan Kalijaga, pendekatan budaya juga diterapkan dalam menyebarkan nilai-nilai Islam. Wali yang juga murid Sunan Bonang tersebut mengawali dakwahnya di Desa Kalijaga, Cirebon. Dalam melakukan syiar Islam, khususnya di Jawa, beliau selalu mencoba memahami karakter dan tatanan sosial budaya masyarakat setempat. Tak sekalipun beliau mendikte secara kaku warga lokal untuk menerima langsung agama yang telah ia anut.

Saat berdakwah dengan menggunakan wayang kulit. Sunan Kalijaga mengganti cerita wayang yang sebelumnya tentang Ramayana dan Mahabarata dari cerita ajaran Hindu menjadi cerita yang lekat dengan ajaran Islam. Bentuk wayang juga diubah. Awalnya serupa bentuk manusia menjadi bentuk kreasi baru yang mirip karikatur.

Contohnya, orang yang menghadap ke depan diukir dengan letak bahu di depan dan di belakang. Tangan wayang kulit dibuat panjang hingga menyentuh kakinya. Meski menghadap ke depan, matanya dibuat tampak utuh. Apa yang dilakukan oleh Sunan Kalijaga menegaskan bahwa terjadinya perubahan wayang dari realistik-naturalistik menjadi abstrak dekoratif dan simbolik, dengan tetap fokus pada tujuan dan spirit dakwah yang diemban.

Figur-figur wayang yang paling dikenal luas adalah punakawan yang berarti mentor bijak bagi para Pandawa. Sunan Kalijaga serta para wali lainnya juga banyak memperkenalkan ajaran-ajaran Islam (aqidah, syariah, dan akhlak) melalui plot cerita yang dibangun berdasarkan perilaku punakawan tersebut.

Nama-nama punakawan sendiri (Semar, Nala Gareng, Petruk, dan Bagong) sebagai satu-kesatuan sebenarnya merepresentasikan karakteristik kepribadian Muslim yang ideal. Semar, sebagaimana dijelaskan Sudarto, berasal dari kata ismar yang berarti seorang yang mempunyai kekuatan fisik dan psikis. Ia sebagai representasi seorang mentor yang baik bagi kehidupan, baik bagi raja maupun masyarakat secara umum.

Nala Gareng berasal dari kata nála qarín yang berarti seorang yang mempunyai banyak teman. Ia merupakan representasi dari orang yang supel, tidak egois, dan berkepribadian menyenangkan sehingga ia mempunyai banyak teman.

Petruk merupakan kependekan dari frase fatruk ma siwá Allah yang berarti seorang yang berorientasi dalam segala tindakannya kepada Tuhan. Ia merepresentasikan orang yang mempunyai konsen sosial yang tinggi dengan dasar kecintaan pada Tuhan. Bagong berasal dari kata bagháyang berarti menolak segala hal yang bersifat buruk atau jahat, baik yang berada di dalam diri sendiri maupun di dalam masyarakat (Marsaid, 2016).

Berdakwah dengan Pendekatan Budaya

Dari apa yang dicontohkan oleh Sunan Kalijaga, bisa dilihat bahwa budaya asli nusantara tidak perlu dieliminasi dalam sistem kehidupan masyarakat untuk menyebarkan nilai-nilai Islam. Justru, sejarah Walisongo menunjukkan bahwa Islam berkembang pesat melalui adaptasi budaya dengan tetap menjaga etika, sopan santun, dan prinsip-prinsip perdamaian. Dengan syiar yang lembut, menghindari konflik, tanpa langsung menghilangkan tradisi lama yang telah turun temurun dianut, penyebaran Islam Nusantara model Walisongo dapat bertahan hingga sekarang, malah semakin menguatkan sikap toleransi antar umat beragama.

Sehingga model sejenis yang sepatutnya perlu dilestarikan oleh pendakwah Indonesia sekarang, terlebih dakwah kaku dan penuh kekerasan yang banyak diimplementasikan di Timur Tengah terbukti kurang efektif. Hal ini terlihat dari meningkatnya jumlah ateis di sana dalam satu dekade terakhir.

Wawancara Kantor Berita Jerman DW (2021) dengan beberapa responden yang mengaku meninggalkan agama memperlihatkan bahwa mereka memilih murtad karena ajaran Islam yang mereka terima kerap didakwahkan dengan bentakan, dan ancaman kekerasan, sehingga mereka merasa tidak mendapatkan kedamaian.

Apa yang terjadi di Timur Tengah tentu kita harapkan tidak terjadi juga di Indonesia. Oleh karenanya ke depan kita sepertinya perlu mendalami kembali nasihat almarhum Gus Dur semasa hidup, “Islam di Indonesia itu timbul dari basis kebudayaan. Jika itu dihilangkan, maka kemungkinan ada dua, yaitu pertama, kebudayaan akan mati, kedua, Islam akan hancur.” []

Tags: NusantaraSunan KalijagaWawasan KebangsaanWayang
Hasna Azmi Fadhilah

Hasna Azmi Fadhilah

Belajar dan mengajar tentang politik dan isu-isu perempuan

Terkait Posts

Perempuan Miskin

Teladan Umar bin Khattab Ra Saat Bertemu Perempuan Miskin

4 Februari 2023
Mendidik Anak

5 Prinsip Mendidik Anak Ala Islam

4 Februari 2023
Perempuan Masa Nabi Saw

Pada Masa Nabi Saw, Para Perempuan Ikut Aktif Terlibat Dalam Politik

4 Februari 2023
Nabi Muhammad Saw

Kisah Saat Para Perempuan Menjadi Saksi Kelahiran Nabi Muhammad Saw

4 Februari 2023
Hijab

Makna Hijab Menurut Para Ahli

3 Februari 2023
Perempuan Berbicara dan Berpendapat

Kisah Saat Perempuan Berbicara dan Berpendapat di Depan Nabi Saw

3 Februari 2023
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Perempuan Miskin

    Teladan Umar bin Khattab Ra Saat Bertemu Perempuan Miskin

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Pengembangan Industri Halal yang Ramah Lingkungan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Merawat Optimisme Gerakan untuk Menghadapi Mitos Sisyphus

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • 5 Prinsip Mendidik Anak Ala Islam

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Lima Pilar Penyangga Dalam Kehidupan Rumah Tangga

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Teladan Umar bin Khattab Ra Saat Bertemu Perempuan Miskin
  • Merawat Optimisme Gerakan untuk Menghadapi Mitos Sisyphus
  • 5 Prinsip Mendidik Anak Ala Islam
  • Pengembangan Industri Halal yang Ramah Lingkungan
  • Pada Masa Nabi Saw, Para Perempuan Ikut Aktif Terlibat Dalam Politik

Komentar Terbaru

  • Indonesia Meloloskan Resolusi PBB tentang Perlindungan Pekerja Migran Perempuan - Mubadalah pada Dinamika RUU Perlindungan Pekerja Rumah Tangga, yang Tak Kunjung Disahkan
  • Lemahnya Gender Mainstreaming dalam Ekstremisme Kekerasan - Mubadalah pada Lebih Dekat Mengenal Ruby Kholifah
  • Jihad Santri di Era Revolusi Industri 4.0 - Mubadalah pada Kepedulian KH. Hasyim Asy’ari terhadap Pendidikan Perempuan
  • Refleksi Menulis: Upaya Pembebasan Diri Menciptakan Keadilan pada Cara Paling Sederhana Meneladani Gus Dur: Menulis dan Menyukai Sepakbola
  • 5 Konsep Pemakaman Muslim Indonesia pada Cerita Singkat Kartini Kendeng dan Pelestarian Lingkungan
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist