• Login
  • Register
Jumat, 18 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Khazanah Hikmah

Mengapa Perempuan Ditenggelamkan dalam Sejarah?

Fakta sejarah ini seharusnya menyadarkan kita untuk membangun kembali ruang yang seluas-luasnya bagi aktualisasi kaum perempuan. Bukan justru menyingkirkan mereka dari ruang publik.

Redaksi Redaksi
18/07/2025
in Hikmah, Pernak-pernik
0
Sejarah Perempuan

Sejarah Perempuan

241
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Dalam sejarah panjang Islam, nama-nama perempuan nyaris tak terdengar. Mereka seperti hilang dari panggung sejarah, seolah tidak pernah hadir dalam urusan politik, ilmu pengetahuan, atau kebudayaan. Padahal mereka ada. Namun, karena budaya patriarki, perempuan sering dikerdilkan, bahkan dilupakan.

Ahmad Syauqi, penyair besar Arab, pernah mencoba mengangkat kembali sejarah perempuan dalam Islam lewat puisinya. Ia menulis dengan takzim tentang para perempuan di sekitar Nabi, yang ia gambarkan sebagai cahaya pengetahuan dan fondasi peradaban.

Muhammad, sang Nabi, tak pernah memangkas hak-hak perempuan beriman.
Ilmu pengetahuan adalah jalan hidup.
Para istri Nabi yang cerdas-cerdas.
Perempuan-perempuan di sekitar Nabi, betapa tulus mencari nafkah, membangun bumi manusia.
Berkat putri-putri cantik sang Nabi, cahaya pengetahuan berpendar menjulang tinggi.

Puisi itu bukan sekadar pujian. Ia menyentuh kenyataan sejarah bahwa di sekitar Nabi Muhammad Saw. hadir perempuan-perempuan luar biasa seperti Khadijah, pengusaha sukses dan Aisyah, istri Nabi yang cerdas dan menjadi sumber rujukan hadis.

Lalu ada juga Ummu Salamah, Zainab binti Jahsy, Fatimah az-Zahra sang putri kesayangan, hingga Sukainah, cicit Nabi yang dikenal sebagai perempuan cendekia.

Perempuan-perempuan ini bukan hanya pendamping Nabi, tetapi juga guru bagi para sahabat dan ulama laki-laki. Mereka dikenal sebagai ahli sastra, penyair, sejarawan, bahkan juga tenaga medis dan juru bicara umat.

Baca Juga:

Aisyah: Perempuan dengan Julukan Rajulah Al-‘Arab

Kehamilan Perempuan Bukan Kompetisi: Memeluk Setiap Perjalanan Tanpa Penghakiman

Mengapa Sejarah Ulama, Guru, dan Cendekiawan Perempuan Sengaja Dihapus Sejarah?

Perempuan Menjadi Pemimpin, Salahkah?

Dalam beberapa peristiwa, mereka juga berani mengkritik struktur sosial patriarkis dan menuntut kesetaraan. Bahkan mengambil inisiatif untuk membantah otoritas laki-laki yang tidak adil.

Sayangnya, seiring berjalannya waktu, jejak mereka tenggelam oleh penafsiran-penafsiran keagamaan yang bias gender. Tradisi yang menghilangkan peran perempuan itu justru berkembang dalam kehidupan keagamaan umat Muslim hari ini.

KH. Husein Muhammad, salah satu ulama progresif Indonesia, dalam bukunya Spiritualitas Kemanusiaan Perspektif Islam Pesantren, mengingatkan bahwa fakta sejarah ini seharusnya menyadarkan kita untuk membangun kembali ruang yang seluas-luasnya bagi aktualisasi kaum perempuan. Bukan justru menyingkirkan mereka dari ruang publik. Melainkan merangkul mereka sebagai mitra sejajar dalam membangun peradaban yang adil dan berkeadaban. []

Tags: DitenggelamkanMengapaperempuansejarah
Redaksi

Redaksi

Terkait Posts

rajulah al-‘Arab

Aisyah: Perempuan dengan Julukan Rajulah Al-‘Arab

18 Juli 2025
Rabi’ah al-Adawiyah

Belajar Mencintai Tuhan dari Rabi’ah Al-Adawiyah

18 Juli 2025
Sejarah Perempuan dan

Mengapa Sejarah Ulama, Guru, dan Cendekiawan Perempuan Sengaja Dihapus Sejarah?

17 Juli 2025
Menjadi Pemimpin

Perempuan Menjadi Pemimpin, Salahkah?

17 Juli 2025
Ibnu Rusyd tentang

Membaca Ulang Pandangan Ibnu Rusyd tentang Perempuan

17 Juli 2025
Merendahkan Perempuan

Merendahkan Perempuan adalah Tanda Pikiran yang Sempit

16 Juli 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Sirkus

    Lampu Sirkus, Luka yang Disembunyikan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mengapa Sejarah Ulama, Guru, dan Cendekiawan Perempuan Sengaja Dihapus Sejarah?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mu’adzah Al-Adawiyah: Guru Spiritual Para Sufi di Basrah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Disabilitas dan Kemiskinan adalah Siklus Setan, Kok Bisa? 

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kehamilan Perempuan Bukan Kompetisi: Memeluk Setiap Perjalanan Tanpa Penghakiman

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Fazlur Rahman: Memahami Spirit Kesetaraan dan Keadilan Gender dalam Al-Qur’an
  • Aisyah: Perempuan dengan Julukan Rajulah Al-‘Arab
  • Refleksi tentang Solidaritas yang Tidak Netral dalam Menyikapi Penindasan Palestina
  • Mengapa Perempuan Ditenggelamkan dalam Sejarah?
  • Mengantar Anak Sekolah: Selembar Aturan atau Kesadaran?

Komentar Terbaru

  • M. Khoirul Imamil M pada Amalan Muharram: Melampaui “Revenue” Individual
  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID