• Login
  • Register
Sabtu, 19 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Personal

Mengapa Perempuan Masih Tertinggal Dibandingkan Laki-laki?

Gagasan Islam begitu revolusioner. Tengok dengan kaca mata sejarah, pada masa sebelum Islam hadir jangankan perempuan diberi kesempatan untuk berbicara di depan publik, untuk dapat bertahan hidup saja sulit

Ahmad Murtaza MZ Ahmad Murtaza MZ
14/06/2022
in Personal
0
Perempuan Masih Tertinggal

Perempuan Masih Tertinggal

601
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Cukup menggelitik jika melihat orang-orang yang masih berpandangan apabila perempuan masih tertinggal dibandingkan laki-laki. Tentu ini tidak salah memiliki pandangan seperti ini. Namun yang menjadi pertanyaan adalah apa yang menyebabkan ketertinggalan ini? Apakah keterpurukkan ini terus berlanjut hingga kini? Jika iya, apakah ada tawaran solusi mengenai keadaan seperti ini?

Ada sudut pandang yang ditawarkan oleh Musdah Mulia untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan, mengapa perempuan masih tertinggal dibandingkan laki-laki sebagaimana judul di atas. Gagasan yang mungkin lebih relevan di masa sekarang dan memberikan wawasan baru bagi para pembaca.

Musdah Mulia dalam bukunya Kemuliaan Perempuan dalam Islam pada bagian ketiga bukunya secara khusus membincangkan gagasan ini.

Sebelum menjawab pertanyaan-pertanyaan mengapa perempuan masih tertinggal, Musdah terlebih dahulu menjelaskan posisi perempuan dalam Islam. Dalam bukunya ia mengatakan,

“Dalam jaminan Islam, perempuan dengan leluasa memasuki semua sektor kehidupan masyarakat, termasuk bidang politik, ekonomi, agama, dan berbagai sektor publik lainnya. Data-data historis memamparkan bahwa pada setelah Islam datang, perempuan diberi kesempatan mengekspresikan dirinya sendiri, memberikan argumentasi, dan berbicara di depan publik”.

Baca Juga:

COC: Panggung yang Mengafirmasi Kecerdasan Perempuan

Aisyah: Perempuan dengan Julukan Rajulah Al-‘Arab

Mengapa Perempuan Ditenggelamkan dalam Sejarah?

Kehamilan Perempuan Bukan Kompetisi: Memeluk Setiap Perjalanan Tanpa Penghakiman

Gagasan Islam begitu revolusioner. Tengok dengan kaca mata sejarah, pada masa sebelum Islam hadir jangankan perempuan diberi kesempatan untuk berbicara di depan publik, untuk dapat bertahan hidup saja sulit.

Ya pada intinya, perempuan tidak memiliki hak apapun sejak lahir hingga wafat. Mengenaskan bukan? Keberadaan perempuan tidak perlu dianggap sama sekali. Sehingga tak aneh jika perempuan masih tertinggal dibandingkan laki-laki.

Sayangnya, setelah kepergian baginda Nabi Saw., pandangan Islam yang begitu revolusioner tergerus seiring zaman. Perempuan kembali disudutkan, disalahkan, dan tidak dianggap oleh laki-laki dengan egonya yang ingin tetap mempertahankan budaya partiarkal.

Alasan Mengapa Perempuan Masih Tertinggal Dibandingkan Laki-laki

Musdah Mulia dalam tulisannya mengemukakan tiga alasan mengapa perempuan masih tertinggal. Pertama, paham agama yang dogmatis. Menurut Musdah selama ini umat Islam lebih cenderung memahami agama sebaga dogma tanpa mengindahkan nalar kritis dan rasional. Khususnya dalam menjelaskan peran dan kedudukan perempuan. Pandangan seperti ini memunculkan pemahaman ahistoris atau pemahaman Islam yang lupa atas sejarahnya.

Kedua, ceramah agama yang tendensius dan bias gender. Salah satu media untuk memperoleh ilmu agama bagi umat Islam melalui ceramah-ceramah keagamaan. Di sisi lain, isi ceramah agama terkadang masih mempertahankan budaya patriarki dan bias gender. Padahal perlu kiranya membaca dan memperhatikan kajian Al-Qur’an dan sunnah secara holistik.

Ketiga, menafikan interpretasi kontekstual. Pada masa sekarang ini selain mempertahankan interpretasi tekstual sangat perlu untuk melakukan penafsiran yang kontekstual. Tafsir kontekstual yang berisikan nilai-nilai keadilan, kemaslahatan, dan kasih sayang. Karena teks-teks keagamaan baik Al-Qur’an dan sunnah tidak hanya diperuntukkan pada satu masa, dan satu kaum saja melainkan diperuntukkan sepanjang, masa dan untuk umat Islam pada umumnya.

Setelah mengetahui tiga alasan mengapa perempuan masih tertinggal dibandingkan laki-laki, tentu harus dicari solusi atas permasalahan ini. Jika kondisi seperti ini terus dipertahankan maka nilai-nilai revolusioner yang dibawa Islam hangus tanpa jejak. Lalu apa bedanya dengan zaman jahiliyah?

Untuk menjelaskan ini, Musdah mengajak umat Islam untuk mempelajari sejarah Islam. Musdah menerangkan,

“Paling tidak kita mulai dengan memaparkan kembali perjuangan Rasulullah Saw., membangun masyarakat madani (beradab) di masa awal Islam. Sejarah Islam awal menunjukkan secara konkret betapa Rasul Saw., telah melakukan upaya-upaya perubahan radikal secara serius dan bertahap terhadap posisi dan kedudukan perempuan dalam masyarakat Arab jahiliah”.

Maka, di sini pentingnya untuk melakukan refleksi dengan membaca perjuangan-perjuangan yang dilakukan Nabi Saw., bertujuan untuk memuliakan perempuan yang dulunya dihinakan.

Beberapa pergerakan yang dilakukan oleh Nabi untuk mengangkat derajat perempuan seperti memberikan perempuan hak waris, mempraktikkan pernikahan monogami dengan Khadijah, memuliakan ibu dengan memosisikannya dengan derajat lebih tinggi, dan banyak contoh lainnya yang tercatat.

Selain itu, Al-Qur’an juga memberikan mandat baik kepada perempuan maupun laki-laki untuk menjadi khalifah di muka bumi. Khalifah yang nantinya bertanggungjawab atas moral masyarakat. Begitulah kira-kira gambaran egaliter dalam ajaran Islam. Wallahu a’lam. []

 

Tags: GenderislamkeadilanKesetaraanlaki-lakiperempuan
Ahmad Murtaza MZ

Ahmad Murtaza MZ

Pecinta V60, masih belajar untuk merangkai kata. Mahasiswa program magister Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Terkait Posts

Penindasan Palestina

Refleksi tentang Solidaritas yang Tidak Netral dalam Menyikapi Penindasan Palestina

18 Juli 2025
Kehamilan Perempuan

Kehamilan Perempuan Bukan Kompetisi: Memeluk Setiap Perjalanan Tanpa Penghakiman

18 Juli 2025
eldest daughter syndrome

Fenomena Eldest Daughter Syndrome dalam Drakor When Life Gives You Tangerines, Mungkinkah Kamu Salah Satunya?

17 Juli 2025
Love Bombing

Love Bombing: Bentuk Nyata Ketimpangan dalam Sebuah Hubungan

16 Juli 2025
Disiplin

Ketika Disiplin Menyelamatkan Impian

15 Juli 2025
Inklusivitas

Inklusivitas yang Terbatas: Ketika Pikiran Ingin Membantu Tetapi Tubuh Membeku

15 Juli 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Fazlur Rahman

    Fazlur Rahman: Memahami Spirit Kesetaraan dan Keadilan Gender dalam Al-Qur’an

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Pesan Terakhir Nabi Saw: Perlakukanlah Istri dengan Baik, Mereka adalah Amanat Tuhan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Aisyah: Perempuan dengan Julukan Rajulah Al-‘Arab

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Refleksi tentang Solidaritas yang Tidak Netral dalam Menyikapi Penindasan Palestina

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kehamilan Perempuan Bukan Kompetisi: Memeluk Setiap Perjalanan Tanpa Penghakiman

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • COC: Panggung yang Mengafirmasi Kecerdasan Perempuan
  • Pesan Terakhir Nabi Saw: Perlakukanlah Istri dengan Baik, Mereka adalah Amanat Tuhan
  • Fazlur Rahman: Memahami Spirit Kesetaraan dan Keadilan Gender dalam Al-Qur’an
  • Aisyah: Perempuan dengan Julukan Rajulah Al-‘Arab
  • Refleksi tentang Solidaritas yang Tidak Netral dalam Menyikapi Penindasan Palestina

Komentar Terbaru

  • M. Khoirul Imamil M pada Amalan Muharram: Melampaui “Revenue” Individual
  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID