• Login
  • Register
Selasa, 8 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Khazanah Hikmah

Mengenal Cendekiawan dan Intelektual Perempuan Pada Masa Nabi Muhammad Saw

Keturunan perempuan Nabi Muhammad Saw yang juga menjadi seorang intelektual besar adalah Sayyidah Nafisah, salah seorang cucu Nabi. Bahkan ia menjadi guru intelektual dari Imam Muhammad bin Idris al-Syafi'i

Redaksi Redaksi
17/01/2025
in Hikmah, Pernak-pernik
0
cendekiawan

cendekiawan

530
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Nabi Muhammad Saw  telah mewajibkan kepada laki-laki dan perempuan untuk belajar, menuntut ilmu pengetahuan se-dalam dan setinggi-tingginya di mana saja. Bahkan, beliau mengajarkan para istrinya pengetahuan agama dan umum. Sehingga kemudian hari mereka menjadi guru para laki-laki. Istri beliau, Aisyah binti Abu Bakar adalah cendekiawan, intelektual besar dan guru dari banyak sahabat laki-laki Nabi.

Urwah bin Zubair mengatakan, “Aku tidak pernah melihat seorang cendekiawan yang memiliki keluasan dan kedalaman ilmu tentang al-Qur’an, hukum-hukum agama, puisi, sastra, sejarah Arabia, dan geneologi, selan Aisyah.”

Dalam sejarah Islam, Aisyah dikenal sebagai seorang ahli hadis terkemuka dan meriwayatkan lebih dari 2210 hadis.

Keturunan perempuan Nabi Muhammad Saw yang juga menjadi seorang intelektual besar adalah Sayyidah Nafisah, salah seorang cucu Nabi. Bahkan ia menjadi guru intelektual dari Imam Muhammad bin Idris al-Syafi’i, pendiri mazhab fikih terkemuka dan guru besar bagi banyak ulama.

Konon, saban sore al-Syafi’i datang ke rumahnya di Mesir untuk mengaji. Nama intelektual besar perempuan itu ia abadikan pada sebuah masjid besar di Kairo Mesir: Masjid Sayyidah Nafisah.

Baca Juga:

Meruntuhkan Mitos Kodrat Perempuan

Menggugat Batas Relasi Laki-Laki dan Perempuan di Era Modern-Industrialis

Menelusuri Jejak Ulama Perempuan Lewat Pendekatan Dekolonial

Yang Benar-benar Seram Itu Bukan Hidup Tanpa Nikah, Tapi Hidup Tanpa Diri Sendiri

Selain yang telah kita sebutkan di atas, masih banyak perempuan Islam awal yang telah memainkan peran besar kebudayaan. Ibnu Sa’ad, biografer terkemuka menyebut ada 700 perempuan yang menjalankan fungsi ini. Raja penyair Arab modern, Ahmad Syauqi, dalam salah satu puisinya mengungkapkan:

Muhammad, sang Nabi, tak pernah memangkas hak-hak perempuan beriman
Ilmu Pengetahuan adalah jalan hidup
Para istri Nabi yang cerdas-cerdas
Perempuan-perempuan di sekitar Nabi
Betapa tulus mencari nafkah
Membangun bumi manusia

Berkat putri-putri elok sang Nabi
Cahaya pengetahuan berpendar
Menjulang tinggi
Aduhai Sukainah
Betapa harummu mengepung dunia
Engkau telah melahirkan sejuta sarjana
Engkau menyambung lidah Nabi Menafsir kitab suci. []

Tags: CendekiawanintelektualmasaNabi Muhammad SAWperempuan
Redaksi

Redaksi

Terkait Posts

Kodrat Perempuan

Meruntuhkan Mitos Kodrat Perempuan

8 Juli 2025
relasi laki-laki dan perempuan yang

Menggugat Batas Relasi Laki-Laki dan Perempuan di Era Modern-Industrialis

8 Juli 2025
Sejarah Ulama Perempuan

Sejarah Ulama Perempuan yang Membisu dalam Bayang-bayang Kolonialisme Ekonomi

8 Juli 2025
IBu

Kasih Sayang Seorang Ibu

7 Juli 2025
Kasih Sayang Orang Tua

Pentingnya Relasi Saling Kasih Sayang Hubungan Orang Tua dan Anak

7 Juli 2025
Amalan Muharram

Amalan Muharram: Melampaui “Revenue” Individual

7 Juli 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Retret di sukabumi

    Pengrusakan Retret Pelajar Kristen di Sukabumi, Sisakan Trauma Mendalam bagi Anak-anak

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Intoleransi di Sukabumi: Ketika Salib diturunkan, Masih Relevankah Nilai Pancasila?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sejarah Ulama Perempuan yang Membisu dalam Bayang-bayang Kolonialisme Ekonomi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kasih Sayang Seorang Ibu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • From Zero to Hero Syndrome: Menemani dari Nol, Bertahan atau Tinggalkan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Menanamkan Jiwa Inklusif Pada Anak-anak
  • Meruntuhkan Mitos Kodrat Perempuan
  • Menimbang Kebijakan Nikah Massal
  • Menggugat Batas Relasi Laki-Laki dan Perempuan di Era Modern-Industrialis
  • Sejarah Ulama Perempuan yang Membisu dalam Bayang-bayang Kolonialisme Ekonomi

Komentar Terbaru

  • M. Khoirul Imamil M pada Amalan Muharram: Melampaui “Revenue” Individual
  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID