Mubadalah.id – Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk terbesar keempat di dunia, yaitu sekitar 277,7 juta jiwa. Dengan kondisi penduduk Indonesia yang banyak ini, membuat bangsa kita sangat rentan terhadap berbagai macam pelanggaran, salah satunya adalah pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM).
Melansir dari laman Fahmina.or.id, pada tahun 2010, Jemaat Ahmadiyah Manislor Kuningan menjadi salah satu korban dari pelanggaran HAM. Para Jemaat Ahmadiyah mengalami tindak penyerangan, pengrusakan, perampasan hak berkeyakinan dan pentupan masjid oleh ratusan masyarakat dari ormas Islam gabungan.
Penyerangan dan semua tindak kekerasan yang Jemaat Ahmadiyah alami ini, saya kira tidak lepas dari Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang melarang praktik ajaran Ahmadiyah dan menganggapnya sebagai ajaran yang sesat.
Namun semua bentuk pelanggaran dan fatwa tersebut sangat dikecam oleh KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur). Gus Dur berani pasang badan untuk membela dan melindungi para Jemaat Ahmadiyah dari semua tindak kekerasan, yang semua itu jelas-jelas melanggar HAM.
Bahkan seperti dalam tulisan “Gus Dur Siap Jadi Saksi Ahli untuk Bela Ahmadiyah” di laman NU Online, Gus Dur mempersilahkan siapapun untuk mengampanyekan atau menganggap bahwa Ahmadiyah itu salah, tetapi untuk membubarkan Ahmadiyah itu sudah melanggar konstitusi 1945.
Perlindungan
Karena menurut Gus Dur, keberadaan Ahmadiyah perlu kita lindungi dan ia juga berhak untuk hidup di Indonesia di bawah hukum UUD 1945.
Selain itu, Gus Dur juga dengan tegas menyatakan bahwa ia siap menjadi saksi ahli. Apabila Ahmadiyah benar-benar pemerintah bubarkan dan kasusnya akan Gus Dur angkat ke pengadilan.
“Kalau nanti sampai dinyatakan bubar, saya bersedia menjadi saksi di pengadilan dan kalau perlu, menjadi pembela Ahmadiyah karena ini menyangkut kemampuan kita membela warga negara Indonesia,” ucap Gus Dur.
Apa yang Gus Dur lakukan menurut saya adalah bentuk konkrit pembelaan Gus Dur terhadap HAM bagi seluruh warga negara Indonesia termasuk bagi Jemaat Ahmadiyah sekalipun. Bahkan Gus Dur benar-benar menjamin bahwa seluruh warga Indonesia dalam melaksanakan ibadahnya dengan aman dan nyaman.
Karena itu, apa yang telah Gus Dur lakukan sebaiknya harus terus kita lanjutkan. Yaitu bagaimana kita juga harus melindungi seluruh warga negara dari berbagai kekerasan, perampasan, perusakan rumah ibadah dan lain sebagainya. Apalagi sampai melakukan pelanggaran HAM.
Ruang Perjumpaan
Praktik seperti inilah yang penting kita lakukan bersama. Saya bersama teman-teman Mahasantriwa Sarjana Ulama Perempuan (SUPI) Institut Studi Islam Fahmina (ISIF) juga sering terlibat dalam beberapa kegiatan lintas iman bersama Jaringan Gusdurian Cirebon.
Bagi saya dengan kegiatan lintas iman, bertemu dengan mereka yang berbeda agama, keyakinan dan aliran menjadi ruang perjumpaan yang harus kita rawat bersama dan jaga bersama.
Karena dengan ruang perjumpaan ini membuat semua kecurigaan dengan mereka yang berbeda menjadi luntur dan hilang. Bahkan yang muncul adalah rasa cinta dan bangga karena kita hidup di Indonesia yang sungguh sangat beragam ini.
Dengan keberagaman ini, seperti apa yang disampaikan KH. Husein Muhammad (Buya Husein) adalah sebuah keniscayaan yang perlu kita rawat dan rayakan bersama.
Oleh karena itu, dengan semangat apa yang Gus Dur ajarkan dalam membela hak Jemaat Ahmadiyah menjadi spirit dan teladan penting bagi kita semua untuk melatih sensitivitas kita saat melihat kelompok atau orang yang mengalami korban perampasan hak beribadah dan lain sebagainya. Maka dari itu, saatnya kita melanjutkan apa yang telah Gus Dur teladankan. []