Pola asuh strawberry parent akan melahirkan generasi strawberry, sedangkan anak-anak dengan parenting ala lek Damis akan melahirkan generasi sandwich ke depannya.
Mubadalah.id – Beberapa waktu yang lalu warganet sempat tergelitik dengan konten-konten yang menampilkan berbagai dinamika pola asuh yang terjadi di Indonesia. Tak sedikit juga netizen yang membanding-bandingkan pola asuh orang tua Indonesia dengan luar negeri.
Kesan otoriter dan kasar parenting Indonesia juga digambarkan dalam konten-konten Lek Damis. Salah satu konten kreator asal Ngawi, Jawa Timur ini kerap kali mengucapkan nada kasar dan sikap otoriter dalam mengasuh anaknya. Tayangan seperti ini seakan menggambarkan realitas kehidupan dan parenting ibu-ibu Indonesia, khususnya yang tinggal di desa.
Hal tersebut tentu kontras dengan pola asuh artis-artis ataupun warga kota yang berkiblat kepada parenting dunia barat. Kontrasnya pola asuh antara orang tua yang tinggal di kota dengan di desa semacam ini, seakan menjadi gambaran yang juga akan melahirkan generasi dengan karakter yang berbeda.
Anak dengan pola asuh strawberry parent misalnya, akan melahirkan generasi strawberry di kemudian hari, sedangkan anak-anak dengan parenting ala lek Damis akan melahirkan generasi sandwich kedepannya.
Apa itu Pola Asuh Strawberry Parent?
Pola asuh strawberry parent sendiri merupakan salah satu pola pengasuhan yang belakangan ini cukup terkenal. Pola asuh ini dianggap melahirkan generasi strawberry yang terkenal lembut dan mudah memar. Istilah generasi strawberry sendiri kali pertama muncul di Taiwan.
Strawberry parent terkenal sebagai orang tua yang selalu meng-iyakan apa yang anak mau, tanpa pertimbangan yang jelas. Pola asuh strawberry parent yang penuh dengan kelembutan dan perhatian ini ternyata juga memiliki dampak yang kurang baik. Dampak-dampak tersebut antara lain:
Pertama, anak akan sulit beradaptasi. Pola asuh strawberry parent dengan tidak memiliki aturan dan implikasi hukuman yang jelas, menurut Prof. Rhenald pada akhirnya akan membentuk karakter anak yang mudah menyerah dan perasaan mudah terluka.
Meskipun anak-anak tersebut memiliki ide-ide kreatif, namun karena kehidupan yang terasa nyaman, mereka tidak akan pernah merasakan tekanan dan stres, sehingga mereka cenderung tidak bisa bertahan dalam situasi sulit.
Kedua, Pola asuh yang berlebih dengan memberikan fasilitas yang berlebih serta memanjakan anak akan mengaburkan batasan dan aturan kehidupan yang tegas, sehingga anak akan tumbuh dengan keyakinan bahwa tindakannya selalu benar.
Perbandingan dengan Parenting Ala Lek Damis
Selain pola asuh strawberry parent, ada juga pola asuh Nikita Willy yang sempat menjadi perbincangan publik. Kedua pola asuh tersebut seringkali juga dibandingkan dengan parenting ala lek Damis yang mendapat julukan sebagai parenting ala VOC (berlaku bak militer dan otoriter).
Perbedaan pola asuh tersebut memang berlandaskan pada modal sosial, ekonomi, dan budaya yang sangat berbeda. Pada pengasuhan Nikita Willy misalnya, ia memakai cara mengasuh anak yang kelas atas terapkan kepada anaknya.
Sementara untuk kelas bawah, cara-cara demikian terasa kurang efektif. Metode BLW (Baby-Led Weaning) yang Nikita rekomendasikan dalam hal memberikan makanan kepada anaknya dengan pengawasan ahli gizi dan dokter anak, juga akan sangat kontras bagi kelas bawah yang menghadapi masalah ekonomi.
Semua pola asuh tersebut memang tidak bisa serta merta kita sama ratakan dalam penerapanya. Keberhasilannya juga tergantung individu dan faktor eksternal lainnya. Misalnya, lingkungan yang keras tidak akan menerima generasi yang lembek dan mudah menyerah. Sebaliknya, lingkungan militer hanya cocok bagi generasi yang kuat secara mental dan fisik serta memiliki daya juang tinggi.
Namun, jika para pembaca ingin tau lebih banyak mengenai pola asuh anak yang mubadalah. Para pembaca bisa juga membaca artikel terkait lima pola asuh yang ramah terhadap anak yang kami rekomendasikan lebih lanjut. []