• Login
  • Register
Sabtu, 24 Mei 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Figur

Mengenal Salma binti ‘Amr, Nenek Nabi sekaligus High Value Woman Zaman Jahiliyah

Salma bukan sekadar perempuan dari zaman Jahiliyah yang pasrah pada takdir. Sebaliknya, ia membuat takdirnya sendiri dengan memegang kendali atas hidupnya

Achmad Ma'aly hikam mastury Achmad Ma'aly hikam mastury
28/10/2024
in Figur, Rekomendasi
0
Salma binti 'Amr

Salma binti 'Amr

1.3k
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Dalam sejarah Islam, nama-nama tokoh perempuan sering kali tenggelam oleh narasi biografi tokoh yang mayoritas para sahabat Nabi maupun ulama laki-laki. Terutama, sangat jarang kita temukan tulisan yang menceritakan high value woman zaman Jahiliyah atau pra-Islam.

Banyak yang memahami bahwa perempuan di masa sebelum kedatangan Islam tidak memiliki harga diri. Mereka banyak terlecehkan, terkubur hidup-hidup sejak kecil. Bahkan dianggap sebagai barang yang diperjualbelikan sebatas sebagai bahan pelampiasan berahi.

Anggapan ini tidak sepenuhnya benar, karena tidak jarang perempuan pada masa Jahiliyah memiliki kepribadian yang luhur serta harga diri yang tinggi. Adalah Salma binti ‘Amr, istri dari Hasyim bin Abd Manaf, kakek kedua Rasulullah sekaligus ayah Abdul Muthalib. Ia adalah salah satu dari beberapa high value woman di masa Jahiliyah.

Salma binti ‘Amr berasal dari Bani an-Najjar dan termasuk suku Khazraj. Salah satu dari dua suku yang paling berpengaruh di Madinah. Kelak, Bani Najjar merupakan bagian dari kaum Anshar, yang menjadi pendukung pertama dakwah Nabi di Madinah.

Salma terkenal sebagai perempuan yang berani dan cerdas serta memiliki kepribadian yang luhur. Karakter tersebut sangat kontras dengan perempuan masa Jahiliyah yang sering kali tergambarkan memiliki posisi rendah dan kerap terhina. Bahkan, dalam hal ini, ia menjadi contoh “perempuan independen” yang tidak begitu saja menyerahkan hidupnya pada keputusan pihak laki-laki dalam keluarga atau sukunya.

Baca Juga:

Menyusui Anak dalam Pandangan Islam

KB dalam Pandangan Islam

Menilik Relasi Al-Qur’an dengan Noble Silence pada Ayat-Ayat Shirah Nabawiyah (Part 1)

Membuka Tabir Keadilan Semu: Seruan Islam untuk Menegakkan Keadilan

Membaca Karakter Salma

Karakternya ini ia tunjukkan dalam kisah yang saya nukil dari buku Membaca Sirah Nabi Muhammad karya Prof. Quraish Shihab. Diceritakan bahwa ketika Hasyim bin Abd Manaf, kakek Nabi, hendak melamarnya, Salma tidak serta-merta menerima. Sebaliknya, Salma mengajukan syarat bahwa hak perceraian (talak) berada pada tangannya, dan bila ia hendak melahirkan, ia harus berada di tengah kaumnya di Madinah.

Dua syarat ini terpenuhi oleh Hasyim. Ketika Salma telah mengandung dan mendekati masa kelahiran, Hasyim membawa istri tercinta ke Madinah untuk melahirkan sesuai syarat sang istri. Anak yang ia beri nama Syaibah al-Hamd pun lahir. Kegembiraan terpancar pada raut wajah ibunya. Namun, kebahagiaan tersebut tidak sempat dirasakan oleh sang ayah, Hasyim.

Setelah sampai di Madinah dan mengantarkan sang istri ke tengah sukunya, Hasyim melanjutkan perjalanan dagangnya ke Syam. Naasnya, sebelum kembali ke Madinah, maut menjemputnya di Gaza (Palestina) dalam usia tiga puluhan. Ia pun tidak sempat menggenggam tangan mungil anaknya, yang kelak terkenal dengan nama Abdul Muthalib. Kakek kesayangan Nabi yang membantunya dalam menempuh rintangan jalan dakwah.

Inspirasi Perempuan di Segala Zaman

Melihat keteguhan hati dan kehormatan dirinya, Salma binti ‘Amr adalah inspirasi bagi perempuan di segala zaman. Ia bukan sekadar perempuan dari zaman Jahiliyah yang pasrah pada takdir. Sebaliknya, ia membuat takdirnya sendiri dengan memegang kendali atas hidupnya. Kisahnya juga mengajarkan kita bahwa tidak semua perempuan di zaman Jahiliyah mendapatkan perlakuan buruk serta kehilangan eksistensinya di tengah masyarakat.

Bint Asy-Syathi, dalam bukunya Um an-Nabi sebagaimana yang saya nukil dari buku Membaca Sirah Nabi Muhammad, menulis, “Cukup banyak berita/riwayat yang sampai kepada kita yang menunjukkan kedudukan terhormat perempuan pada masyarakat Arab di era Jahiliyah. Berita/riwayat-riwayat itu tidak hilang, hanya saja tidak tersebar sebagaimana tersebarnya riwayat yang berbicara tentang penguburan hidup anak-anak perempuan. Pewarisan istri ayah kepada anak sang ayah, dan lain-lain yang merupakan bentuk-bentuk pelecehan.” Wallahu a’lam. []

Tags: Ahlul BaytArab SaudiislamJahiliyahKeluarga NabiSalma binti 'Amrsejarah
Achmad Ma'aly hikam mastury

Achmad Ma'aly hikam mastury

Hanya seorang pemula dalam penulis, bisa disupport melalui akun instagramnya @am_hikam

Terkait Posts

Memahami Disabilitas

Belajar Memahami Disabilitas dan Inklusivitas “Hanya” Dengan Naik Transjatim

23 Mei 2025
Hj. Biyati Ahwarumi

Hj. Biyati Ahwarumi, Perempuan di Balik Bisnis Pesantren Sunan Drajat

23 Mei 2025
Buku Disabilitas

“Normal” Itu Mitos: Refleksi atas Buku Disabilitas dan Narasi Ketidaksetaraan

22 Mei 2025
Puser Bumi

Ulama Perempuan sebagai Puser Bumi

21 Mei 2025
Bangga Punya Ulama Perempuan

Saya Bangga Punya Ulama Perempuan!

20 Mei 2025
Nyai Nur Channah

Nyai Nur Channah: Ulama Wali Ma’rifatullah

19 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Hj. Biyati Ahwarumi

    Hj. Biyati Ahwarumi, Perempuan di Balik Bisnis Pesantren Sunan Drajat

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Belajar Memahami Disabilitas dan Inklusivitas “Hanya” Dengan Naik Transjatim

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Benarkah KB Hanya untuk Perempuan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Perempuan Bisa Menjadi Pemimpin: Telaah Buku Umat Bertanya, Ulama Menjawab

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Yuk Belajar Keberanian dari Ummu Haram binti Milhan…!!!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Filosofi Santri sebagai Pewaris Ulama: Implementasi Nilai Islam dalam Kehidupan Sosial
  • Perempuan Bisa Menjadi Pemimpin: Telaah Buku Umat Bertanya, Ulama Menjawab
  • Membaca Bersama Obituari Zen RS: Karpet Terakhir Baim
  • Yuk Belajar Keberanian dari Ummu Haram binti Milhan…!!!
  • Belajar Memahami Disabilitas dan Inklusivitas “Hanya” Dengan Naik Transjatim

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Go to mobile version