• Login
  • Register
Selasa, 20 Mei 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Personal

Menjadi Kreator Digital yang Ramah Perempuan

Perempuan, khususnya santriwati masih sering kali menjadi bahan objektifikasi alih-alih menampilkan prestasi, peran, atau partisipasinya di pesantren

Muhammad Nasruddin Muhammad Nasruddin
22/07/2023
in Personal, Rekomendasi
0
Kreator Digital

Kreator Digital

706
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Beberapa waktu lalu algoritma Instagram saya menampilkan konten-konten yang banyak memuat tentang santriwati (sebutan bagi perempuan yang belajar di pesantren). Di era sekarang, memang banyak kreator digital yang memproduksi konten-konten tentang kehidupan para santri.

Tentu hal tersebut menjadi kabar positif di kalangan pesantren. Mengingat bahwa sebagian masyarakat masih memandang santri dengan stigma negatif. Anggapan santri sebagai pihak yang kolot, kurang update, dan berbagai label lainnya dapat ditepis melalui narasi yang mengenalkan kehidupan pesantren dalam konten tersebut.

Namun apakah iya bahwa hal tersebut benar-benar menjadi angin segar bagi kalangan pesantren? khususnya perempuan?

Saya mempertanyakan hal demikian karena pada beberapa konten yang saya temukan hanya menampilkan santriwati sebagai objek semata. Memang kondisi masyarakat Indonesia yang masih terpengaruh oleh budaya patriarki membuat konten-konten yang bertebaran di dunia maya kerap kali bersifat bias gender. Bahkan hal tersebut, sadar atau tidak sadar juga sering kita temukan pada akun-akun berlabel santri.

Potret Objektifikasi Perempuan dalam Media

Sebagaimana pada fenomena akun kampus cantik yang mengobjektifikasi mahasiswi, hal tersebut juga terjadi pada santriwati. Akun @santri.cantik.nusantara dan @santri_indonesia_cantik misalnya. Meskipun tidak semarak pada fenomena akun kampus cantik, tetap saja hal ini menjadi ketimpangan dalam melihat perempuan dalam media digital.

Baca Juga:

Pendidikan Seks bagi Remaja adalah Niscaya, Bagaimana Mubadalah Bicara?

Tidak Ada Cinta Bagi Ali

Perspektif Mubadalah Memastikan Perempuan Terlindungi dari Kemungkaran

Perspektif Mubadalah Meniscayakan Laki-laki dan Perempuan Sama-sama Hanya Hamba Allah

Objektifikasi dalam hal ini berarti memposisikan tubuh perempuan secara seksisme. Nilai perempuan hanya diukur berdasarkan tampilan lahiriah dan daya tarik seksualnya. Sehingga sebagai sebuah objek, pihak lain bebas menilai dan memandang tubuh perempuan dengan seenaknya.

Masyarakat dengan kondisi sosial budaya yang berbeda memiliki standar ideal perempuan yang berbeda pula. Namun hadirnya media turut menormalisasi hal tersebut sehingga seolah-olah menjadi standar tunggal bagi perempuan lainnya. Perempuan dengan kulit putih, terang, bebas jerawat, dan bibir tipis dianggap sebagai kondisi ideal karena sering diekspos oleh media.

Akibatnya standar seperti ini kerap dijadikan oleh para kreator digital untuk kepentingan komersial, termasuk pada akun berlabel santri. Perempuan, khususnya santriwati masih sering kali menjadi bahan objektifikasi alih-alih menampilkan prestasi, peran, atau partisipasinya di pesantren. Hal demikian tentu hanya akan mempertajam narasi seksisme dalam masyarakat dan tentu tidak ramah perempuan.

Pentingnya Perspektif Mubadalah bagi Kalangan Pesantren

Banyaknya akun-akun media sosial berlabel santri yang menampilkan santriwati secara objektif, saya kira perspektif mubadalah belum dipahami sepenuhnya di lingkungan pesantren. Ketimpangan yang membentuk pola pikir patriarki memang harus kita obati secara perlahan baik melalui pendidikan, pengajaran, maupun keteladanan.

Pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam indigenous menjadi signifikan untuk mendiseminasikan prinsip mubadalah kepada para santri. Prinsip ini perlu ditransmisikan supaya tidak ada pihak yang menjadi korban sistem sosial yang hegemonik dan dominatif.

Perspektif mubadalah menempatkan perempuan sebagai manusia seutuhnya. Baik perempuan maupun laki-laki merupakan subjek utuh yang setara. Tidak hanya melihat dari segi fisik semata. Melainkan pada prestasi, peran, kiprah, dan ketakwaannya.

Dengan demikian perspektif mubadalah dapat menjadi antitesis terhadap objektifikasi santriwati sebagai akibat dari ketimpangan relasi gender dalam sistem sosial masyarakat patriarki. Termasuk pada proses penyebaran konten di media maya oleh para santri yang menekuni bidang kreator digital.

Kreator Digital Berperspektif Mubadalah

Di era disrupsi teknologi, profesi sebagai kreator digital memang menjadi daya tarik tersendiri bagi kalangan muda, termasuk para santri yang telah melek digital. Memang ungkapan Charles Darwin perlu menjadi perhatian bersama. Bukan orang cerdas atau yang paling kuat yang dapat bertahan, tetapi mereka yang mampu beradaptasi dengan keadaan.

Para kreator digital dengan perspektif mubadalah akan menempatkan santriwati sebagai subjek dengan peran dan pencapaiannya di pesantren. Kemampuan, keterampilan, dan intelektualitas perempuan, khususnya santriwati dapat menjadi angle tersendiri dalam memproduksi konten. Alih-alih hanya menonjolkan penampilan lahiriahnya saja.

Selain itu kreator digital yang memiliki perspektif mubadalah akan menjadi power tersendiri dalam menyuarakan narasi pesantren di dunia maya. Hal ini karena setiap pengguna media sosial bebas menyebarkan informasi tanpa melalui gatekeeper.

Oleh karena itu memproduksi konten dengan tidak mengabaikan posisi perempuan sebagai manusia seutuhnya menjadi hal yang signifikan. Dengan demikian, para kreator digital dapat mengenalkan kultur pesantren tanpa mengabaikan nilai-nilai kemaslahatan universal yang mengedepankan kebaikan bersama bagi semua pihak. []

           

 

 

Tags: konten kreatifKreator digitalperspektif mubadalahpesantrenRamah PerempuanSantriwati
Muhammad Nasruddin

Muhammad Nasruddin

Alumni Akademi Mubadalah Muda '23. Dapat disapa melalui akun Instagram @muhnasruddin_

Terkait Posts

Bangga Punya Ulama Perempuan

Saya Bangga Punya Ulama Perempuan!

20 Mei 2025
Aeshnina Azzahra Aqila

Mengenal Jejak Aeshnina Azzahra Aqila Seorang Aktivis Lingkungan

20 Mei 2025
Nyai Nur Channah

Nyai Nur Channah: Ulama Wali Ma’rifatullah

19 Mei 2025
Inspirational Porn

Stop Inspirational Porn kepada Disabilitas!

19 Mei 2025
Nyai A’izzah Amin Sholeh

Nyai A’izzah Amin Sholeh dan Tafsir Perempuan dalam Gerakan Sosial Islami

18 Mei 2025
Kehamilan Tak Diinginkan

Perempuan, Kehamilan Tak Diinginkan, dan Kekejaman Sosial

18 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Kebangkitan Ulama Perempuan

    Rieke Diah Pitaloka Soroti Krisis Bangsa dan Serukan Kebangkitan Ulama Perempuan dari Cirebon

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Nyai Nur Channah: Ulama Wali Ma’rifatullah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ironi Peluang Kerja bagi Penyandang Disabilitas: Kesenjangan Menjadi Tantangan Bersama

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mengenal Jejak Aeshnina Azzahra Aqila Seorang Aktivis Lingkungan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • KB dalam Pandangan Islam

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Peran Aisyiyah dalam Memperjuangkan Kesetaraan dan Kemanusiaan Perempuan
  • KB dalam Pandangan Riffat Hassan
  • Ironi Peluang Kerja bagi Penyandang Disabilitas: Kesenjangan Menjadi Tantangan Bersama
  • KB Menurut Pandangan Fazlur Rahman
  • Saya Bangga Punya Ulama Perempuan!

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Go to mobile version