• Login
  • Register
Senin, 7 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Aktual

Merebut Tafsir; Mudik dan Tetirah

Lies Marcoes Natsir Lies Marcoes Natsir
01/04/2020
in Aktual
0
(sumber foto pixabay.com)

(sumber foto pixabay.com)

15
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Meskipun orang yang tinggal di kota punya udik (kampung), jangan dikira mereka bisa pulang kampung setiap saat. Baik bagi orang di desa maupun perantau di kota, desa seperti memiliki pintu imaginatif yang tak begitu saja bisa buka tutup setiap waktu.

Pintu itu seperti punya jadwal kapan dibuka dan mengizinkan orang kota memasuki desa dengan sambutan bak tamu agung. Di luar jadwal itu orang akan dianggap pulang menyelinap tanpa ketuk pintu. Untuk pulang kampung, orang membutuhkan alasan: menengok orang tua bila dikabarkan sakit, membawa anak liburan, ada hajatan atau kumpul keluarga (belakangan disebut Reuni), atau untuk mudik Lebaran.

Pintu rumah orang tua yang ada di kampung tentu selalu terbuka bagi anaknya yang tinggal di kota untuk pulang di luar waktu-waktu yang telah dimaklumi. Namun orang tua butuh alasan untuk disampaikan kepada tetangga dan kerabat jika ada anaknya dari kota yang pulang sekonyong-konyong di luar waktu yang biasanya, atau tanpa faktor “pemanggil’ seperti ada kerabat sakit atau meninggal. Tanpa alasan itu orang akan bertanya-tanya kenapa pulang? kabar baik apa yang dibawa dari kota? naik pangkat? mau mantu? beli tanah? atau mau naik haji?

Jika sama sekali tak ada alasan- alasan itu apalagi untuk tinggal agak lama orang tua membutuhkan alasan. Untunglah dalam kosa kata terutama di Jawa ada satu istilah yang semua orang di kampung akan memakluminya; tetirah. Kata itu tampaknya begitu sakti.

Orang tua di kampung dan orang yang pulang niscaya sangat bersyukur atas adanya istilah itu. Sebab tanpa istilah itu, tatkala orang dari kota pulang bukan pada waktu akan muncul berbagai dugaan yang menggambarkan sebagai orang yang kalah berjuang di kota. Dan itu membuat kedua pihak, orang tua dan anak yang pulang merasa wirang- malu.

Baca Juga:

Membongkar Narasi Sejarah Maskulin: Marzuki Wahid Angkat Dekolonisasi Ulama Perempuan

Menulis Ulang Sejarah Ulama Perempuan: Samia Kotele Usung Penelitian Relasional, Bukan Ekstraktif

Samia Kotele: Bongkar Warisan Kolonial dalam Sejarah Ulama Perempuan Indonesia

Menelusuri Jejak Ulama Perempuan Lewat Pendekatan Dekolonial

Tetirah merupakan sebuah istilah medis tradisional untuk menunjuk kepada situasi di mana orang membutuhkan waktu untuk istirahat lahir batin dengan cara mengungsi atau uzlah. Tetirah biasanya disandangkan kepada orang yang sedang dalam proses penyembuhan baik akibat sakit pisik yang lama atau sakit pikiran / batin.

Dulu waktu saya kecil di kampung, tetangga kami Ibu Sersan pulang ke kampung halamannya untuk tetirah dengan meninggalkan anak-anaknya yang masih kecil dan hanya ditunggui anak sulungnya yang masih SMP. Saat itu Ibu Sersan sakit akibat ditinggal poligami hingga badanya kurus kering.

Para tetangga pun maklum bahwa Ibu Sersan pulang untuk tetirah. Selama berbulan- bulan kami membangun dukungan kolektif bagi anak-anak yang seperti yatim piatu dengan ragam bantuan, makanan mengajak mereka main atau menginap. Ayah saya pernah meminjamkan gudang padinya untuk tetangga yang kerabatnya harus tetirah karena kena TBC.

Mudik juga sering dijadikan saat untuk tetirah. Seperti dimaklumi banyak orang glorifikikasikan Lebaran sebagai momentum “kembali ke titik nol” pulang ke hari yang fitri . Secara sosiologis mudik sering diartikan sebagai momentum untuk memperlihatkan hasil kerja keras di rantau.

Mudik adalah saat -saat di mana orang tua siap dengan seluruh bekal yang mereka tabung selama satu tahun untuk menyuguhi anak cucu mantu dengan aneka ragam makanan kesukaan sambil mengenang masa kecil masing-masing. Sebagai anak yang sukses di kota, tentu di antara mereka ada yang berperan sebagai kasir keluarga besar dan itu juga menjadi kebanggaan keluarga. Sebagian anggota keluarga yang lain menikmati kemewahan bernostalgia disuguhi secara gratis makan minum tidur yang jika dilakukan di tempat wisata atau hotel membutuhkan biaya yang tidak kecil.

Wacana untuk larangan mudik guna memutus penularan virus covid 19 sedang mengemuka. Kita sepakat mungkin kali ini yang di kota tak perlu ulang kampung dulu. Sebab telah banyak yang bertanya-tanya akankah desa sanggup menyangga penularan virus dari kota yang dibawa bersama mudik. Namun kita juga musti menimbang ketika di kota keadaan ekonomi memburuk, orang membutuhkan pulang kampung dan hanya punya desa bagi mereka untuk pulang dan tetirah.

Mungkin pemerintah pusat dan daerah perlu berunding bagaimana agar desa sanggup menyangga dirinya sendiri ketika banyak orang dari kota pulang dengan alasan mudik lebaran. Mereka mungkin akan tinggal lebih lama untuk tetirah karena ekonomi di kota sedang sakit. []

Lies Marcoes Natsir

Lies Marcoes Natsir

Peneliti senior pada Kreasi Prasasti Perdamaian. Bisa dihubungi melalui Liesmarcoes17@gmail.com

Terkait Posts

Marzuki Wahid

Membongkar Narasi Sejarah Maskulin: Marzuki Wahid Angkat Dekolonisasi Ulama Perempuan

6 Juli 2025
Sejarah Ulama Perempuan

Menulis Ulang Sejarah Ulama Perempuan: Samia Kotele Usung Penelitian Relasional, Bukan Ekstraktif

6 Juli 2025
Samia

Samia Kotele: Bongkar Warisan Kolonial dalam Sejarah Ulama Perempuan Indonesia

6 Juli 2025
Ulama Perempuan

Menelusuri Jejak Ulama Perempuan Lewat Pendekatan Dekolonial

6 Juli 2025
Sejarah Ulama Perempuan ISIF

ISIF akan Gelar Halaqoh Nasional, Bongkar Ulang Sejarah Ulama Perempuan Indonesia

5 Juli 2025
kekerasan seksual terhadap anak

Dr. Nur Rofiah Tegaskan Pentingnya Mengubah Cara Pandang untuk Hentikan Kekerasan Seksual pada Anak

18 Juni 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Ulama Perempuan

    Menelusuri Jejak Ulama Perempuan Lewat Pendekatan Dekolonial

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Film Rahasia Rasa Kelindan Sejarah, Politik dan Kuliner Nusantara

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Menulis Ulang Sejarah Ulama Perempuan: Samia Kotele Usung Penelitian Relasional, Bukan Ekstraktif

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Membongkar Narasi Sejarah Maskulin: Marzuki Wahid Angkat Dekolonisasi Ulama Perempuan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Samia Kotele: Bongkar Warisan Kolonial dalam Sejarah Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Membongkar Narasi Sejarah Maskulin: Marzuki Wahid Angkat Dekolonisasi Ulama Perempuan
  • Menulis Ulang Sejarah Ulama Perempuan: Samia Kotele Usung Penelitian Relasional, Bukan Ekstraktif
  • Samia Kotele: Bongkar Warisan Kolonial dalam Sejarah Ulama Perempuan Indonesia
  • Menelusuri Jejak Ulama Perempuan Lewat Pendekatan Dekolonial
  • Surat yang Kukirim pada Malam

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID