• Login
  • Register
Sabtu, 19 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Khazanah Pernak-pernik

Momen Ramadan, Mengingat Masa Kecil yang Berkemanusiaan

Secara sosiologis, bulan Ramadan berhasil menyatukan kita yang jauh menjadi kembali dekat, baik dengan keluarga maupun teman

Fazlur Rahman Fazlur Rahman
01/04/2023
in Pernak-pernik
0
Momen Ramadan

Momen Ramadan

604
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Bulan Ramadan bukan hanya momen di mana kita sebagai umat Muslim diwajibkan untuk berpuasa. Namun, ada makna yang sangat sublim dalam diri setiap orang. Yang kemudian membawa diri seseorang pada momen kebahagiaan dalam menjalani Ramadan sebulan penuh. Momen Ramadan itu yang membawa kita pada memori masa kecil dalam meja keluarga dan pertemanan yang penuh kemanusiaan. Pada saat itulah, kita merasa terlahirkan kembali sebagai manusia yang fitri.

Secara umum, kita memaknai bulan Ramadan hanya berupa serangkaian ibadah menahan makan dan minum. Atau dalam sisi yang lebih substansial yaitu menahan emosi dan nafsu dalam diri kita untuk melakukan maksiat. Namun, jarang sekali orang menyadari bahwa di bulan Ramadan kita akan teringat kembali pada momen masa kecil kita yang penuh kegembiraan. Yang mungkin, pada saat itu kita tidak memahami makna puasa, tapi kita menjalani ibadah puasa dengan penuh rasa tulus dan cinta.

Berangkat dari situ kemudian bulan Ramadan bermakna sebagai bulan kembali kepada sifat asli dari manusia. Sifat masa kecil kita yang penuh ketulusan dan cinta dalam menjalani ibadah puasa. Misalnya, ketika kita masih kecil kita menjalani puasa dengan bermain bersama teman-teman, berbuka puasa bersama keluarga, menyulut petasan, salat tarawih dsb. Kemudian hal itu menunjukkan betapa “gampangnya” kita memaknai ibadah kepada Allah SWT dan begitu eratnya kita dalam hubungan sosial.

Makna Sosiologis Ramadan

Secara sosiologis, bulan Ramadan berhasil menyatukan kita yang jauh menjadi kembali dekat, baik dengan keluarga maupun teman. Suasana yang sangat menyenangkan ketika bisa berkumpul kembali dengan teman masa kecil kita. Tentu saja tidak bisa tergantikan di bulan-bulan yang lain. Secara eksplisit bulan Ramadan membawa kita pada sifat lahir kita yang “manusia”, persatuan, dan kegembiraan di dalam memaknai Ramadan itu sendiri.

Karena masa kecil kita tidak terbebani dengan tuntutan pikiran yang begitu memberatkan dalam menjalani ibadah puasa. Masa kecil hanya membawa jiwa kita pada keikhlasan dalam beribadah. Yang kemudian memberikan pemahaman bagi kita bahwa ajaran Islam yang sesungguhnya membuat orang semakin mudah dalam beribadah, seperti halnya ibadah puasa.

Baca Juga:

Fenomena Eldest Daughter Syndrome dalam Drakor When Life Gives You Tangerines, Mungkinkah Kamu Salah Satunya?

Trafficking dan Dosa Kemanusiaan

Perkosaan: Kekerasan Seksual yang Merendahkan Martabat Kemanusiaan

Yang Terjadi Jika Miskin, Tapi Ngotot Menikah

Berbeda dengan ketika kita sudah menginjak usia dewasa dan pengetahuan kita tentang puasa sangat kompleks. Kita seringkali sangat sulit kembali memaknai bulan Ramadan itu sendiri. Tuntutan beribadah yang semula hanya semata-mata karena ketulusan dan cinta, berubah menjadi pamrih-pamrih kita kepada Allah. Itu yang membuat kita tidak bisa memaknai bulan Ramadan yang sesungguhnya.

Padahal, di saat bulan Ramadan itulah momen yang pas untuk mengobati rindu kita pada bulan yang penuh keindahan. Merasakan kembali kedamaian bulan Ramadan dan merasakan “kemanusiaan”, seperti halnya kita masih  kecil. Tanpa membuat pikiran kita terbebani dengan ajaran Islam yang dianggap berat. Sehingga meskipun memahami banyak pengetahuan keislaman misalnya, namun sejatinya tidak bisa memaknai ajaran Islam itu sendiri.

Memaknai Kembali Ramadan

Dalam usia dewasa mungkin kita akan berhadapan dengan berbagai fakta sosial yang begitu kompleks. Mulai dari media sosial yang begitu masif dalam memberikan berita mengejutkan hingga tindakan-tindakan yang nirkemanusiaan. Seperti penyebaran hoaks, kekerasan seksual, kebencian, intoleransi, perdebatan dalam beragama, dan isu-isu lainnya. Semua itu merupakan fakta yang akan selalu manusia konsumsi, khususnya usia remaja atau dewasa. Makanya banyak sekali manusia modern yang overthinking, cemas hingga depresi.

Jika kita kaitkan dengan momen bulan Ramadan, yaitu bulan di mana semua orang berhenti  sejenak melakukan sesuatu yang kurang bermanfaat, kita gantikan dengan ibadah puasa. Sehingga bulan Ramadan dapat kita maknai bukan sekadar menahan makan dan minum,  melainkan menahan menyebarkan berita hoaks di media  sosial. Tidak  melakukan bullying, tidak melakukan kekerasan seksual, atau mendebat persoalan keagamaan yang akan memecah-belah kita sebagai sesama Muslim dan kemanusiaan.

Maka, momen bulan Ramadan di sini menjadi momen kita mengingat kembali masa kecil kita yang berkemanusiaan. Menjalani ibadah puasa dengan ketulusan dan kegembiraan, mempererat persaudaraan kita pada teman-teman, dan merasakan gayeng berkumpul dengan keluarga. Di sinilah inti dari bulan Ramadan. Di mana kita akan dibimbing kembali bagaimana memaknai  ajaran Islam yang sesungguhnya. Yakni ajaran Islam yang berkemanusiaan.

 

Tags: ibadahkeluargakemanusiaanMomen RamadanNostalgiapuasaRamadan 2023
Fazlur Rahman

Fazlur Rahman

Fazlur Rahman, mahasiswa UIN Sunan Kalijaga, tinggal di Yogyakarta. Menulis puisi, esai dan resensi. Penulis bisa disapa melalui instagram: fazlurrahmann.

Terkait Posts

Nabi Saw

Pesan Terakhir Nabi Saw: Perlakukanlah Istri dengan Baik, Mereka adalah Amanat Tuhan

18 Juli 2025
rajulah al-‘Arab

Aisyah: Perempuan dengan Julukan Rajulah Al-‘Arab

18 Juli 2025
Sejarah Perempuan

Mengapa Perempuan Ditenggelamkan dalam Sejarah?

18 Juli 2025
Rabi’ah al-Adawiyah

Belajar Mencintai Tuhan dari Rabi’ah Al-Adawiyah

18 Juli 2025
Sejarah Perempuan dan

Mengapa Sejarah Ulama, Guru, dan Cendekiawan Perempuan Sengaja Dihapus Sejarah?

17 Juli 2025
Menjadi Pemimpin

Perempuan Menjadi Pemimpin, Salahkah?

17 Juli 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Fazlur Rahman

    Fazlur Rahman: Memahami Spirit Kesetaraan dan Keadilan Gender dalam Al-Qur’an

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Pesan Terakhir Nabi Saw: Perlakukanlah Istri dengan Baik, Mereka adalah Amanat Tuhan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Aisyah: Perempuan dengan Julukan Rajulah Al-‘Arab

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Refleksi tentang Solidaritas yang Tidak Netral dalam Menyikapi Penindasan Palestina

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kehamilan Perempuan Bukan Kompetisi: Memeluk Setiap Perjalanan Tanpa Penghakiman

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • COC: Panggung yang Mengafirmasi Kecerdasan Perempuan
  • Pesan Terakhir Nabi Saw: Perlakukanlah Istri dengan Baik, Mereka adalah Amanat Tuhan
  • Fazlur Rahman: Memahami Spirit Kesetaraan dan Keadilan Gender dalam Al-Qur’an
  • Aisyah: Perempuan dengan Julukan Rajulah Al-‘Arab
  • Refleksi tentang Solidaritas yang Tidak Netral dalam Menyikapi Penindasan Palestina

Komentar Terbaru

  • M. Khoirul Imamil M pada Amalan Muharram: Melampaui “Revenue” Individual
  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID