Mubadalah.id – Ketua Majelis Musyawarah Keagamaan (MM) Kongres Ulama Perempuan Indonesia (KUPI), Nyai Hj. Badriyah Fayumi, menegaskan bahwa sejak awal hadir, Islam menolak segala bentuk kekerasan dalam rumah tangga. Hal ini ia sampaikan dalam ceramahnya di Masjid Istiqlal pada 22 Maret 2025.
Menurutnya, sejarah mencatat bagaimana para perempuan di masa Rasulullah berani menyampaikan aspirasi dan persoalan yang mereka hadapi, termasuk kekerasan dalam rumah tangga. Ia mencontohkan suatu peristiwa ketika 70 perempuan mendatangi Rasulullah untuk mengadu tentang suami mereka yang melakukan kekerasan.
“Nabi langsung melarang tindakan tersebut dan menegaskan bahwa tidak boleh ada kekerasan dalam rumah tangga,” ujar Nyai Badriyah. Namun, keesokan harinya para suami mengadu kepada Rasulullah karena merasa kehilangan otoritas mereka. “Ya Rasulullah, jika dilarang seperti itu, istri-istri kami nanti akan bertindak semena-mena,” kata mereka.
Menanggapi hal tersebut, Rasulullah menegaskan kembali sikapnya. “Suami yang suka melakukan kekerasan dalam rumah tangga bukanlah orang yang terbaik di antara kalian,” sabda Nabi, seperti dikutip oleh Nyai Badriyah dalam ceramahnya.
Selain itu, Nyai Badriyah juga menyoroti peran Sahabat Aisyah Ra sebagai sosok yang kritis terhadap hadis demi menjaga keasliannya. Ia mengisahkan bagaimana Aisyah pernah membantah sebuah riwayat yang dinisbatkan kepada Rasulullah.
“Pernah ada dua orang datang kepada Aisyah dan menyampaikan riwayat dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah mengatakan ada tiga kesialan dalam hidup: rumah, perempuan, dan kuda,” jelasnya. Namun, menurut Nyai Badriyah, Aisyah dengan tegas menolak riwayat tersebut dan mengoreksinya.
“Demi Allah yang menurunkan kitab kepada Muhammad, tidak seperti itu! Rasulullah tidak pernah mengatakan seperti itu,” ujar Aisyah.
Ia menegaskan bahwa Nabi justru mengkritik pemikiran Jahiliah yang menganggap rumah, perempuan, dan kuda sebagai sumber kesialan.
Bahkan melalui ceramahnya, Nyai Badriyah menekankan pentingnya memahami ajaran Islam dengan benar, termasuk dalam hal relasi keluarga dan penghormatan terhadap perempuan. “Islam mengajarkan keadilan dan kasih sayang, bukan kekerasan dan diskriminasi,” pungkasnya. []