• Login
  • Register
Sabtu, 25 Maret 2023
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Tokoh Profil

Pahlawan Perempuan Islam di Medan Perang

Pahlawan-pahlawan perempuan dalam Islam ini menunjukan bahwa Perempuan memilki kapabilitas dan kemampuan yang sama dengan laki-laki. Beberapa dari mereka bahkan harus menyamar menjadi seorang laki-laki terlebih dahulu untuk membela yang mereka yakini. Ini menunjukan akses dan kontrol mereka dibatasi. Namun, mereka tidak tinggal diam, mereka merebutnya.

Tia Isti'anah Tia Isti'anah
28/04/2021
in Profil
0
Islam

Islam

269
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Di awal Ramadan tahun 2021, saya menemukan banyak sekali forum-forum pengajian online yang diisi sepenuhnya oleh laki-laki. Setelah itu, kemudian muncul poster-poster pengajian yang diisi oleh perempuan sebagai anti-tesa bahwa perempuan tidak memiliki kapabilitas untuk memberikan ilmu agama.

Mubadalah.Id bersama Rahima, Fahmina dan We Lead mengadakan pengajian Kelas Intensif Ramadan  yang diisi sepenuhya oleh Ulama Perempuan. PSIPP ITB Ahmad Dahlan menghadirkan acara Ramadhan inklusif bersama pejuang hak asasi manusia, perempuan dan disabilitas. Muslimah Reformis Foundation menghadirkan Salam Ramadan Muslimah Reformis dimana pematerinya sebagai besar adalah perempuan.

Ternyata perempuan dan kelompok rentan itu bukan tidak bisa duduk di depan dan memberikan materi. Mereka hanya tidak pernah diberi kesempatan. Akses bicara mereka terbatas atau bahkan dibatasi. Padahal mereka memiliki kapabilitas yang sama bahkan bisa melebihi laki-laki ketika diberi akses yang sama. Saya merinding sendiri ketika mengikuti kelas intensif ramadan di mubadalah, para Ulama perempuan itu faqih secara agama dan memiliki pengalaman perempuan yang harus dibicarakan.

Sama seperti Ulama, pahlawan perempuan juga jarang disebutkan dalam sejarah Islam. Itu bukan menandakan bahwa tidak ada pahlawan perempuan. Pahlawan perempuan ada, bahkan berlimpah. Berikut lima pahlawan perempuan yang mewarnai perjuangan Islam di medan perang:

  1. Nusaibah binti Kaab

Nusaibah adalah perempuan yang pertama-tama masuk Islam. Nusaibah ikut bertempur ketika perang Uhud. Dalam perang Uhud, pasukan muslim mengalami kekalahan atas pasukan Quraisy karena para pemanah yang diperintahkan untuk tetap berada di bukit Uhud turun untuk mengambil harta rampasan perang. Sementara para laki-laki mengambil harta rampasan, Nusaibah melindungi Rasul yang saat itu diserang oleh kelompok Quraisy. Rasul kemudian berkali-kali menyebut nama Nusaibah ketika mengingat perang Uhud

Daftar Isi

  • Baca Juga:
  • Kitab Sittin Al-‘Adliyah: Nabi Saw Melarang Umatnya Merendahkan Perempuan
  • 3 Tips Jika Target Ibadah Ramadan Berhenti di Tengah Jalan
  • 5 Dasar Toleransi Menurut Wahbah Az-Zuhaili
  • Asy-Syifa Binti Abdullah: Ilmuwan Perempuan Pertama dan Kepala Pasar Madinah

Baca Juga:

Kitab Sittin Al-‘Adliyah: Nabi Saw Melarang Umatnya Merendahkan Perempuan

3 Tips Jika Target Ibadah Ramadan Berhenti di Tengah Jalan

5 Dasar Toleransi Menurut Wahbah Az-Zuhaili

Asy-Syifa Binti Abdullah: Ilmuwan Perempuan Pertama dan Kepala Pasar Madinah

“Setiap saya (Rasulullah) menoleh ke kiri maupun ke kanan, saya melihatnya gigih melindungi saya”. (Thabaqat Ibn Sa’d).

  1. Khaulah binti Azur

Perempuan pahlawan selanjutnya adalah Khaulah binti Azur. Ia sering dijuluki sebagai the black rider. Disaat perang Romawi, Khaulah menjadi tim medis dan logistik seperti perempuan kebanyakan. Namun ia mendengar kabar bahwa kakaknya, Dhirara bin Azur tertawan. Khaulah segera menuju medan perang dengan membalut tubuhnya menggunakan pakaian serba hitam. Khaulah begitu tangkas menghunus musuh-musuh. Pasukan muslim di bawah kepemimpinan Khalid bin Walid tercengang melihat ksatria yang muncul tiba-tiba bersama kuda dan terbalut rapat dengan baju hitamnya.

Khaulah kemudian dijuluki sebagai “pedang Allah” sebagaimana Khalid bin Walid. Di perang Sahura, Khaulah dan beberapa sahabat perempuan yang menjadi tim medis sempat tertawan. Namun Khaulah tak habis akal. Ia mengomandai para perempuan untuk menggunakan barang-barang di sekitar mereka untuk melarikan diri. Akhirnya, para perempuan tawanan berhasil meloloskan diri.

  1. Umm Hakim

Umm Hakim adalah sahabat perempuan luar biasa Nabi. Dalam peperangan Marj al-safr, ia membunuh tujuh orang tentara Bizantium yang mencoba memasuki tendanya dengan menggunakan tiang tenda. Saat itu, Umm Hakim masih menggunakan pakaian pengantin karena ia baru saja menikah dengan Khalid bin Saeed yang kemudian syahid di pertempuran. Umar bin Khattab lalu melamar Umm Hakim karena kepahlawanannya.

  1. Ghazala al-Haruriyya

Ghazala adalah seorang perempuan pemimpiin Kharijities pada abad ke-7 Masehi yang begitu kuat. Ia memimpin pasukannya untuk melawan khalifah Umayah. Ghazala membuat pemimpin Umayah Irak saat itu, Hajaj Ibn Yusuf melarikan diri. Ia memperingatinya dengan menggunakan puisi. Pada tahun 677 M, Ghazala dan pasukannya menguasai Kota Kuffah. Sehari setelah penaklukan, Ghazala memimpin shalat prajurit laki-laki di masjid dengan membacakan dua ayat terpanjang dalam al-Qur’an. Khajiritie Islam berpendapat bahwa perempuan boleh menjadi imam jika dia mampu menjalankan tugas yang diperlukan.

  1. Fannu, Ratu Almoravid

Fannu, perempuan yang wafat karena mempertahankan tanahnya. Ia adalah putri Umar Ibn Yintan dari dinasti Almoravid Maroko. Pada bulan Maret 1147, pasukan Abd al-Mumin dari kekhalifahan Almohad datang ke Almoravid untuk menaklukannya. Fannu menyamar sebagai seorang pria dengan mengenakan baju besi dalam pertahanan Almoravid Marrakech di benteng pertahanan mereka. Almohad tidak berhasil menduduki benteng sebelum Fannu terbunuh. Mereka heran dengan keberanian Fannu dan tidak menyangka ia adalah perempuan.

Perempuan di Istana Almoravid Maroko memang dihormati, berbeda dengan kebanyakan kerajaan Islam saat itu. Banyak perempuan di Maroko memiliki pengaruh dalam urusan kenegaraan seperti Zaynab an-Nafzawiyah. Pendidikan perempuan di Istana Maroko juga diperbolehkan. Sejarah mencatat terdapat dua dokter yang lahir dari kerajaan Maroko. Beberapa sejarawan juga mencatat bahwa perempuan di Maroko saat itu tidak menggunakan kerudung.

Pahlawan-pahlawan perempuan dalam Islam ini menunjukan bahwa Perempuan memilki kapabilitas dan kemampuan yang sama dengan laki-laki. Beberapa dari mereka bahkan harus menyamar menjadi seorang laki-laki terlebih dahulu untuk membela yang mereka yakini. Ini menunjukan akses dan kontrol mereka dibatasi. Namun, mereka tidak tinggal diam, mereka merebutnya. Meskipun harus dengan menyamar. Tapi sayangnya, sejarah jarang menyebut nama mereka. Untuk para perempuan syuhada yang bertarung mempertahankan tempatnya, semoga saat ini mereka berada di surga. Al-fatihah. []

 

 

Tags: islamPahlawan Perempuanperempuansahabat nabiSejarah Islam
Tia Isti'anah

Tia Isti'anah

Tia Isti'anah, kadang membaca, menulis dan meneliti.  Saat ini menjadi asisten peneliti di DASPR dan membuat konten di Mubadalah. Tia juga mendirikan @umah_ayu, sebuah akun yang fokus pada isu gender, keberagaman dan psikologi.

Terkait Posts

Kamla Bhasin

Mengenang Kiprah Kamla Bhasin dan Slogan Aazadi

19 Oktober 2021
Feminisme

Betty Friedan dalam Ingatan Feminisme

9 Oktober 2021
Tjoet Nyak Dhien

Tjoet Nyak Dhien, dalam Lintasan Sejarah Kemerdekaan Indonesia

21 Agustus 2021
Raden Dewi Sartika

Raden Dewi Sartika, Pejuang Pendidikan bagi Kaum Perempuan

20 Agustus 2021
Afifudin Muhajir

Motivasi Melalui Humor dari Kiai Afifudin Muhajir

18 Agustus 2021
Feminisme

Lies Marcoes: Feminisme adalah Tentang Melawan dan Pergulatan

14 Agustus 2021
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Puasa dan Intoleransi

    Puasa dan Intoleransi: Betapa Kita Telah Zalim Pada Sesama

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Jangan Pernah Menyalahkan Agama Seseorang yang Berbeda

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Nabi Muhammad Saw Berpesan Jika Berdakwah Sampaikan Dengan Tutur Kata Lembut

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kebebasan Dalam Konstitusi NKRI

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Pentingnya Zakat bagi Perempuan Korban Kekerasan Seksual

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Kitab Sittin Al-‘Adliyah: Nabi Saw Melarang Umatnya Merendahkan Perempuan
  • 3 Tips Jika Target Ibadah Ramadan Berhenti di Tengah Jalan
  • Kebebasan Dalam Konstitusi NKRI
  • Wahai Ayah dan Ibu, Jadilah Sahabat Bagi Anakmu!
  • Nabi Muhammad Saw Berpesan Jika Berdakwah Sampaikan Dengan Tutur Kata Lembut

Komentar Terbaru

  • Perempuan Boleh Berolahraga, Bukan Cuma Laki-laki Kok! pada Laki-laki dan Perempuan Sama-sama Miliki Potensi Sumber Fitnah
  • Mangkuk Minum Nabi, Tumbler dan Alam pada Perspektif Mubadalah Menjadi Bagian Dari Kerja-kerja Kemaslahatan
  • Petasan, Kebahagiaan Semu yang Sering Membawa Petaka pada Maqashid Syari’ah Jadi Prinsip Ciptakan Kemaslahatan Manusia
  • Berbagi Pengalaman Ustazah Pondok: Pentingnya Komunikasi pada Belajar dari Peran Kiai dan Pondok Pesantren Yang Adil Gender
  • Kemandirian Perempuan Banten di Makkah pada Abad ke-20 M - kabarwarga.com pada Kemandirian Ekonomi Istri Bukan Melemahkan Peran Suami
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist