• Login
  • Register
Jumat, 23 Mei 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom

Pasangan Menuju Bahagia

Zahra Amin Zahra Amin
15/09/2017
in Kolom
0
menuju bahagia

menuju bahagia

31
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Permata yang paling indah adalah keluarga. Mutiara tiada tara adalah keluarga

Mubadalah.id – Siapa yang tidak menginginkan kebahagiaan. Merindukan kenyamanan dan kehangatan keluarga, seperti penggalan lirik lagu Keluarga Cemara, “Permata yang paling indah adalah keluarga. Mutiara tiada tara adalah keluarga”. Soundtrack sebuah sinetron keluarga karya Arswendo Atmowiloto yang terkenal di era 90-an. Tetapi bagaimana caranya menemukan permata dan mutiara tiada tara itu? Tentu awal dari membangun keluarga harmonis dan bahagia diawali dengan menemukan pasangan, partner seumur hidup kita menuju bahagia dan rasa damai.

Baca: 5 Kejasama Laki-laki dan Perempuan dalam Islam

Seperti mengenakan sepasang sepatu, sebelah kanan dan kiri. Ketika digunakan melangkah berjalan terasa nyaman. Pernahkan memakai sepatu semuanya kanan, atau kiri semua. Apa yang dirasakan? Tak leluasa dipakai buat berjalan apalagi berlari. Malah bisa membuat yang memakai akan terseok-seok melangkah lalu terjatuh. Berjalan tanpa keseimbangan. Bukankah itu akan memperlambat kita sampai di tujuan? Seharusnya fokus dengan keharmonisan keluarga, ketika salah menemukan pasangan justru kita akan terus mencari kelemahan mengapa bahagia enggan datang.

Harta, tahta, kecerdasan, kecantikan dan ketampanan tak menjamin kebahagiaan akan terwujud segera. Lihatlah berapa banyak selebritas negeri yang dilimpahi dengan kekayaan, ketenaran, dan penampilan fisik menarik namun tak mampu mempertahankan rumah tangga. Kalimat cinta di awal pertemuan, janji nikah di mula pernikahan menjadi tak berarti, ketika Hakim Sidang Pengadilan Agama sudah ketuk palu tanda berakhirnya ikatan. Atau mungkin kita masih ingat dengan aktor kawakan Hollywood Robin Wiliams yang bunuh diri dengan menggantungkan tubuhnya, beberapa tahun silam.

Baca: Fitnah: Harta, Tahta, Wanita?

Baca Juga:

Lepaskan Beban Bahagiakan Pikiran

Standar Media Sosial Merusak Keindahan Dunia

Dear Perempuan! Boleh Kok Sukses Dulu Baru Nikah “Syahrini Aja Nikah dan Hamil di Usia 35+”

Refleksi Al-Insyirah ayat 7: Move On dari Segala yang Membuatmu Menderita

Karena bahagia sejatinya berasal dari hati kita, yang tulus menerima perbedaan dan kekurangan pasangan. Jika hal sepele kegiatan sehari-hari masih saja kita perdebatkan dengan pasangan, bagaimana kita mampu menghadapi hal besar di masa depan. Bila sedikit kesalahan dari pasangan masih saja kita pertengkarkan, tanpa memahami alasan mengapa kesalahan itu bisa terjadi, bagaimana mungkin kita bisa mengerti setiap kelalaian ada kesempatan untuk memperbaiki. Dengan jiwa yang terbuka, dan tulus menerima semua persoalan hidup yang awalnya sulit menjadi lebih mudah dihadapi bersama pasangan.

Banyak faktor yang menunjang kebahagiaan rumah tangga menjadi nyata, di antaranya dengan berbagi. Pertama, memberikan bantuan dana, terutama bagi pasangan suami istri. Tidak ada istilah uang suami atau uang istri. Selama itu untuk kepentingan bersama, kebutuhan rumah tangga atau kepentingan pendidikan anak-anak, maka sudah sewajarnya bersama pasangan saling menopang dan menunjang agar ketercukupan anggaran kebutuhan bisa terpenuhi. Pun jika sampai harus meminjam pada pihak ketiga, baik perorangan atau perusahaan keuangan, antar pasangan harus terbuka berapa nominal dana peminjaman itu, dan bagaimana komitmen berdua menyelesaikan pinjaman dengan tepat waktu. Sehingga ketika telah datang jatuh tempo bisa dihadapi bersama tanpa saling menyalahkan.

Faktor kedua, berbagi tenaga dan waktu. Hal yang kini sudah semakin langka karena masing-masing merasa punya kesibukan sendiri. Meski demikian sebagai pasangan yang punya tujuan bahagia hingga akhir menutup mata, membagi waktu dan tenaga menjadi sesuatu yang tak bisa ditawar lagi. Bagaimana pasangan bisa saling bicara jika waktu dan tenaga terkuras habis untuk bekerja. Bagaimana pemahaman yang baik, saling pengertian dan keterbukaan bisa ada, bila antar pasangan tak pernah saling bicara atau berkomunikasi. Kalau tiada komunikasi, kebahagiaan menjadi mustahil terjadi.

Faktor terakhir, berbagi pikiran dan menyumbangkan gagasan kita setiap kali ada persoalan yang datang menghampiri. Keadaan ini menuntut kita untuk perduli, urun rembug mencari jalan keluar. Kepedulian ini meski hanya memikirkannya saja, sudah membuat hidup kita menjadi lebih berarti mampu membantu kesulitan orang lain. Apalagi jika orang lain itu adalah anggota keluarga sendiri, pasangan hidup kita, saudara, kerabat dan anak-anak.

Jadi kebahagiaan itu kita sendiri yang membuatnya, bukan orang lain. Kebahagiaan berawal dari pikiran yang baik, dan perasaan yang nyaman, damai, tentram dan sejahtera. Semua ini mungkin jika kita mau berbagi apa yang kita miliki, harta, tenaga, waktu dan pemikiran. Apabila kebahagiaan sudah kita rengkuh dalam genggaman maka jangan segan untuk membaginya dengan yang lain. Sebab kebahagiaan sebagai hal yang positif, sama seperti virus mudah sekali menyebar. Semakin terus kita berbagi maka bertambah besar pula kebahagiaan yang kita rasakan.

Tags: bahagiaKeluarga BahagiaKeluarga CemaraPasangan Suami Istri BahagiaPasanngan Menuju Bahagia
Zahra Amin

Zahra Amin

Zahra Amin Perempuan penyuka senja, penikmat kopi, pembaca buku, dan menggemari sastra, isu perempuan serta keluarga. Kini, bekerja di Media Mubadalah dan tinggal di Indramayu.

Terkait Posts

Narasi Gender dalam Islam

Melampaui Batasan Tafsir: Membebaskan Narasi Gender dalam Islam Menurut Mernissi dan Wadud

22 Mei 2025
Jalan Mandiri Pernikahan

Jalan Mandiri Pernikahan

22 Mei 2025
Age Gap

Berhenti Meromantisasi “Age Gap” dalam Genre Bacaan di Kalangan Remaja

22 Mei 2025
Catcalling

Catcalling Masih Merajalela: Mengapa Kita Tidak Boleh Diam?

21 Mei 2025
Berpikir Positif

Rahasia Tetap Berpikir Positif Setiap Hari, Meski Dunia Tak Bersahabat

21 Mei 2025
Puser Bumi

Ulama Perempuan sebagai Puser Bumi

21 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Jalan Mandiri Pernikahan

    Jalan Mandiri Pernikahan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Berhenti Meromantisasi “Age Gap” dalam Genre Bacaan di Kalangan Remaja

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Bolehkah Dokter Laki-laki Memasangkan Alat Kontrasepsi (IUD) kepada Perempuan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Rumah untuk Si Bungsu: Budaya Nusantara Peduli Kaum Rentan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • 5 Jenis KB Modern

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Melampaui Batasan Tafsir: Membebaskan Narasi Gender dalam Islam Menurut Mernissi dan Wadud
  • KB dan Politik Negara
  • “Normal” Itu Mitos: Refleksi atas Buku Disabilitas dan Narasi Ketidaksetaraan
  • 5 Jenis KB Modern
  • Jalan Mandiri Pernikahan

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Go to mobile version