• Login
  • Register
Sabtu, 4 Februari 2023
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Personal

Pejalan Kesetaraan dan Jalan Sunyi yang Harus Dilalui

Karena itu, saya percaya Islam adalah agama pendukung keadilan, termasuk didalamnya keadilan relasi antara laki-laki dan perempuan. Dan saya akan bersetia dengan proses ini, menyusuri jalan sunyi kesetaraan

Zahra Amin Zahra Amin
19/03/2022
in Personal, Rekomendasi
0
Kesetaraan

Kesetaraan

76
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – “Mbak, aja galak-galak sih!” (Mbak, jangan keras-keras dong?”) Begitu respon orang lain, atau teman-temanku sendiri setiap kali saya protes, atau mengkritik postingan teman-teman yang masih saja melanggengkan ketidakadilan gender. Seperti merendahkan status janda, menormalisasi KDRT, poligami, perselingkuhan, atau mengatakan bahwa perempuan adalah tulang rusuk laki-laki, sehingga harus patuh dan tunduk terhadap laki-laki. Ya, inilah jalan sunyi untuk terus setia pada proses sebagai pejalan kesetaraan

Saya galak, karena merasa buat apa selama ini berdarah-darah belajar tentang kesetaraan dan ketidakadilan gender. Berlari dari satu pengkaderan ke pengkaderan lain. Menjadi pemateri atau fasilitator, jika semua pemahaman tentang nilai-nilai kesetaraan itu hanya selintas lewat.

Tak hanya sebatas itu, perlawanan saya terhadap ketidakadilan yang menimpa perempuan jauh sebelum kini mampu berdiri dan menyampaikannya pada yang lain. Bagaimana upaya keras yang harus dilakukan agar bisa keluar dari toxic relationship dan kekerasan dalam pacaran, menolak perjodohan, menolak lamaran yang mematahkan anggapan jika perempuan menolak lamaran, maka akan sulit mendapatkan jodoh.

Dan saat membangun rumah tangga, saya pun mengajukan syarat pada calon pasangan agar tetap diperbolehkan bekerja, berorganisasi serta kuliah lagi. Dengan syarat yang saya ajukan tersebut, secara tidak langsung ada pembagian dan pergantian peran sebagai suami istri yang fleksibel dalam keluarga. Jadi, kendali untuk menentukan masa depan perempuan, ada di tangan perempuan sendiri. Bukan orang lain.

Maka ketika kita sebagai perempuan masih saja diam, atau bahkan mengamini segala bentuk ketidakadilan itu, sampai kapan budaya patriarki akan terus mencengkeram, dan mengancam kehidupan perempuan? Lalu bagaimana dengan masyarakat awam yang tidak pernah mengenal istilah kesetaraan gender. Bagaimana harus memberi pengertian?

Daftar Isi

  • Baca Juga:
  • Pada Masa Nabi Saw, Para Perempuan Ikut Aktif Terlibat Dalam Politik
  • Hari Kanker Sedunia: Pentingnya Deteksi Dini untuk Cegah Kanker
  • Kisah Saat Perempuan Berbicara dan Berpendapat di Depan Nabi Saw
  • Kisah Anak Perempuan yang Nabi Muhammad Saw Hormati

Baca Juga:

Pada Masa Nabi Saw, Para Perempuan Ikut Aktif Terlibat Dalam Politik

Hari Kanker Sedunia: Pentingnya Deteksi Dini untuk Cegah Kanker

Kisah Saat Perempuan Berbicara dan Berpendapat di Depan Nabi Saw

Kisah Anak Perempuan yang Nabi Muhammad Saw Hormati

Atau kadang saya merenung, apakah karena saya telah gagal menyampaikan seluruh konsepsi tentang kesetaraan itu? Atau ketika mengikuti kegiatan pelatihan, para peserta ini tidak serius memperhatikan? Apakah ada yang salah dengan cara saya menjelaskannya? Hingga akhirnya saya sadar ketika membaca buku “Feminisme Cari Ribut: Sebuah Perjalanan Mencari dan Menjadi.”

Dalam salah satu artikel yang ditulis apik oleh Mbak Nor Ismah, menyampaikan bahwa kadar kepekaan seseorang terhadap persoalan perempuan itu berbeda-beda. Lebih lanjut Mbak Ismah juga menjelaskan keberpihakan seseorang  terhadap persoalan perempuan juga tidak bisa muncul secara tiba-tiba.

Ada proses panjang yang memang menurut saya harus dilalui. Tidak hanya sekedar mengikuti pelatihan gender, atau membaca dari banyak buku. Bersentuhan langsung dengan pengalaman nyata itu lebih meninggalkan kesan, dan jejak yang takkan mungkin terlupakan, sehingga lebih terlatih untuk menemukenali ketidakadilan di sekitar kita.

Sejalan dengan hal tersebut Mbak Ismah menambahkan bahwa minat, kepedulian, dan kepekaan setiap individu terhadap sesuatu merupakan hasil dari proses panjang perjalanan hidupnya. Proses hidup dan pengalaman inilah yang telah menjadikan sikap dan pilihan setiap orang itu berbeda-beda. Dan saya mengamini pendapat Mbak Ismah, kandidat Doktor dari Leiden University Belanda ini.

Hal senada dipaparkan oleh Prof Dra Hj. Nina Nurmila, MA, Ph. D dalam pengantar buku “Menjadi Feminis Muslim.” Yang mendefinisikan feminisme sebagai “an awareness of the existing oppression or subordination of women because of their sex and as working to eliminate such oppression or subordination and to achieve equal gender relations between men and women.”

“Kesadaran akan adanya penindasan atau perendahan perempuan karena jenis kelaminnya, dan upaya untuk menghilangkan penindasan dan perendahan semacam itu guna mencapai kesetaraan relasi gender antara laki-laki dan perempuan.”

Jadi menurut Prof Nina, feminis adalah seseorang yang memiliki kesadaran akan adanya penindasan atau perendahan terhadap perempuan karena jenis kelaminnya, dan ia berupaya untuk menghilangkan penindasan dan perendahan semacam itu guna mencapai kesetaraan relasi gender antara laki-laki dan perempuan.

Bahkan, ditambahkan Prof Nina dalam buku yang sama, Nabi Muhammad SAW sebagai pejuang hak-hak perempuan dalam Islam juga bisa disebut feminis. Sehingga meskipun kata feminisme lahir pertama kali pada masyarakat yang berbahasa Inggris di Barat, secara esensi dan substansi, feminisme sudah ada sejak masa lahirnya Islam, dan ada di berbagai belahan dunia dalam bentuknya yang berbeda-beda atau kontekstual.

Karena itu, saya percaya Islam adalah agama pendukung keadilan, termasuk didalamnya keadilan relasi antara laki-laki dan perempuan. Dan saya akan bersetia dengan proses ini, menyusuri jalan sunyi kesetaraan. Jika ingin melangkah bersama, mari berjalan disampingku. Kita susuri jalannya dengan langkah tegak dan penuh percaya diri. []

 

Tags: feminismeGenderkeadilanKesetaraanperempuan
Zahra Amin

Zahra Amin

Zahra Amin Perempuan penyuka senja, penikmat kopi, pembaca buku, dan menggemari sastra, isu perempuan serta keluarga. Kini, bekerja di Media Mubadalah dan tinggal di Indramayu.

Terkait Posts

Hari Kanker Sedunia

Hari Kanker Sedunia: Pentingnya Deteksi Dini untuk Cegah Kanker

4 Februari 2023
Gaya Hidup Minimalis

Gaya Hidup Minimalis Dimulai dari Meminimalisir Pakaian

3 Februari 2023
Satu Abad NU

Satu Abad NU:  NU dan Kebangkitan Kaum Perempuan 

3 Februari 2023
Nikah di KUA

Salingers, Yuk Normalisasi Nikah di KUA

2 Februari 2023
Wasiat Buya Husein

Mematri Wasiat Buya Husein Muhammad

1 Februari 2023
Akhlak Manusia

Akhlak Manusia Sebagai Ruh Fikih

1 Februari 2023
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Nabi Saw Menghormati Anak Perempuan

    Kisah Anak Perempuan yang Nabi Muhammad Saw Hormati

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Gaya Hidup Minimalis Dimulai dari Meminimalisir Pakaian

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kisah Saat Perempuan Berbicara dan Berpendapat di Depan Nabi Saw

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kritik Ibn Hazm aẓ-Ẓahiri Terhadap Ulama yang Membolehkan Pernikahan Tanpa Wali

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • 5 Penyebab Su’ul Khatimah yang Dilalaikan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Pada Masa Nabi Saw, Para Perempuan Ikut Aktif Terlibat Dalam Politik
  • Hari Kanker Sedunia: Pentingnya Deteksi Dini untuk Cegah Kanker
  • Kisah Saat Para Perempuan Menjadi Saksi Kelahiran Nabi Muhammad Saw
  • Lima Pilar Penyangga Dalam Kehidupan Rumah Tangga
  • Makna Hijab Menurut Para Ahli

Komentar Terbaru

  • Refleksi Menulis: Upaya Pembebasan Diri Menciptakan Keadilan pada Cara Paling Sederhana Meneladani Gus Dur: Menulis dan Menyukai Sepakbola
  • 5 Konsep Pemakaman Muslim Indonesia pada Cerita Singkat Kartini Kendeng dan Pelestarian Lingkungan
  • Ulama Perempuan dan Gerak Kesetaraan Antar-umat Beragama pada Relasi Mubadalah: Muslim dengan Umat Berbeda Agama Part I
  • Urgensi Pencegahan Ekstrimisme Budaya Momshaming - Mubadalah pada RAN PE dan Penanggulangan Ekstrimisme di Masa Pandemi
  • Antara Ungkapan Perancis La Femme Fatale dan Mubadalah - Mubadalah pada Dialog Filsafat: Al-Makmun dan Aristoteles
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist