• Login
  • Register
Jumat, 4 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Publik

Pelajaran Berharga dari Perayaan Maulid Nabi

Nabi Muhammad Saw bukan sekadar membawa rahmat bagi seluruh alam tetapi kepribadian beliaulah yang menjadi rahmat. Begitu mulianya sifat Rasulullah sehingga Allah menyebutkan dengan pujian yang sangat mulia

Shofi Puji Astiti Shofi Puji Astiti
19/10/2021
in Publik, Rekomendasi
0
Self Love

Self Love

361
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Bulan maulid Nabi atau bulan kelahiran Nabi Muhammad Saw, tepatnya pada 12 Rabi’ul awwal, di mana lahir manusia pilihan Allah sebagai utusan di muka bumi, yakni Muhammad bin Abdillah. Inti dari bulan maulid adalah mencontoh, serta mengikuti Nabi dari segi perkataan, perbuatan maupun taklid. Karena Nabi tidak hanya diutus untuk kalangan bangsa Arab saja, akan tetapi seluruh manusia serta alam semesta. Sebagaimana terdapat dalam Al-Qur’an Surat as-Saba’ ayat 28:

وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلا كَافَّةً لِلنَّاسِ بَشِيرًا وَنَذِيرًا وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لا يَعْلَمُونَ

Artinya: “Dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat manusia seluruhnya sebagai pembawa berita gembira, dan sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahui.” (QS. As-Saba’[34]: 28).

Prof. KH. Quraish Shihab pada Tafsir Al-Mishbah, (2002: 519) menjelaskan ayat ini dengan empat hal pokok yaitu adanya utusan Allah Rasulullah Muhammad Saw, ada yang mengutus yakni Allah Swt, yang diutus kepada mereka seluruhnya yakni alam, dan risalah, yaitu rahmat yang bersifat luas.

Dalam hal ini, Nabi Muhammad Saw bukan sekadar membawa rahmat bagi seluruh alam tetapi kepribadian beliaulah yang menjadi rahmat. Begitu mulianya sifat Rasulullah sehingga Allah menyebutkan dengan pujian yang sangat mulia.

Baca Juga:

Islam Melawan Oligarki: Pelajaran dari Dakwah Nabi

Mengapa Islam Harus Membela Kaum Lemah?

Tafsir Sakinah

Benarkah Feminisme di Indonesia Berasal dari Barat dan Bertentangan dengan Islam?

Kemuliaan sifat Rasulullah tercermin pada cara beliau dalam berdakwah. Sehingga Islam dikenal sebagai agama yang mengajarkan kemaslahatan dunia dan akhirat seluas-luasnya dengan kesalingan yang bahagia dan membahagiakan.

Rasulullah juga mengajarkan untuk saling menghargai, saling menolong, menjaga persaudaraan, perdamaian, dan sebagaianya. Bahkan mengajarkan etika penyembelihan binatang dengan tata cara yang maslahat agar tidak menyakiti binatang.

Prof. DR. KH. Nasaruddin Umar. M.A. Ph.D mengatakan peringatan Maulid Nabi merupakan momentum bagi umat Islam untuk melakukan mawas diri dan refleksi sejauh mana telah mengikuti teladan yang diberikan oleh Nabi Muhammad SAW. Yakni mencerdaskan dan menguatkan umat. Tidak mengedepankan kekerasan dalam menghadapi segala macam permasalahan, lebih menekankan kepada aspek perdamaian, persaudaraan, toleransi, persamaan, serta keadilan.

Nabi Muhammad Saw mampu menyesuaikan diri dimanapun berada, sehingga bisa bermanfaat bagi sesama dan tidak menghinakan orang lain, tidak pernah nekat dalam berdakwah, dan selalu mencari cara yang terbaik dalam memperkenalkan Islam dengan cara muru’ah dan sikap bijaksana. Nabi tdak suka mengkafirkan orang, membid’ahkan orang, memusyrikkan orang. Nabi berdakwah dengan cara baik.

Bulan maulid Nabi juga menjadi bulan yang paling banyak dimanfaatkan oleh orang muslim, sebagai sarana sekaligus berkumpulnya sesama orang muslim di Masjid atau majelis-majelis dan beberapa tempat lainnya yang dimuliakan oleh Allah Swt dengan mengundang tetangga dan masyarakat umum.

Seperti lembaga pendidikan, pemerintahan, dan atau organisasi masyarakat yang berbondong-bondong mengadakan kegiatan dalam rangka memperingati maulid Nabi, dengan berbagai macam kegiatan seperti pengajian umum, bakti sosial, khitanan masal, dan bentuk amal-amal sholeh lainnya. Harapannya untuk menanamkan, memupuk, menumbuhkan rasa cinta atau mahabbah serta meneladani perkataan, perbuatan Rasulullah Saw dalam semua aspek kehidupan dan aktualisasi diri.

Para generasi penerus bangsa banyak cara yang bisa dilakukan untuk mencontoh kepribadian Rasulullah Saw, seperti menjadi generasi yang mencerdaskan dan menguatkan umat, memberikan karya terbaik untuk Islam dan kemajuan negara, mampu melakukan amal ma’ruf nahi munkar, sehingga dapat mengetahui posisi dan tujuan hidupnya.

Lalu, bagi para laki-laki dapat mencontoh kejujuran, keadilan. menjadi sosok ayah atau suami yang baik dalam menyayangi keluarga, ikut serta melakukan pekerjaan domentik, tidak melakukan poligami dan memberikan kepercayaan pada keluarga dalam beraktualisasi diri. Serta ketika menjadi pemimpin maka menjadi pemimpin yang adil dan bijaksana.

Sementara itu, Kiai Cholil mengingatkan pada kita agar istiqamah mengikuti pesan Rasulullah Saw terutama dalam ukhuwah Islamiyah karena hanya iman yang dapat mengikat setiap pribadi, baik di dunia maupun di akhirat. Sedangkan, untuk ikatan biologis hanya sampai hidup di dunia saja.

Maka mari bagi para generasi penerus bangsa, agar memperbanyak membaca shalawat sebagai bukti kecintaan kita terhadap Rasulullah. Karena shalawat merupakan salah satu ibadah atau dzikir yang dianjurkan dalam ajaran Islam. Sebagaimana terdapat dalam Al-Qur’an surah al-Ahzab ayat 56,

إِنَّ ٱللَّهَ وَمَلَٰٓئِكَتَهُۥ يُصَلُّونَ عَلَى ٱلنَّبِىِّ ۚ يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ صَلُّوا۟ عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا۟ تَسْلِيمًا

Artinya: “Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.” (QS. Al-Ahzab [33]: 56).

Dalam ayat tersebut dapat dipahami bahwa Allah SWT menyanjung Nabi Muhammad Saw di depan para malaikat yang dekat dengan-Nya. Kemudian para malaikat juga menyanjung Nabi dan mendoakannya. Sehingga orang muslim yang meyakini adanya Allah SWT serta menjalankan syari’atnya dianjurkan untuk bershalawat kepada Nabi Saw, dengan mengucapkan salam sebagai penghormatan dan pengagungan.

Dalam tafsir Al-Mukhtashar karya Syekh Shalih bin Abdullah bin Humaid dijelaskan bahwa Allah dan para malaikat-Nya yang mulia bershalawat kepada Nabi Muhammad Saw. Shalawat dari Allah adalah sebuah rahmat dan pujian baginya dan shalawat dari malaikat adalah doa serta pujian baginya.

Semoga kita semua diberikan kemudahan untuk mencontoh kepribadian Rasulullah Muhammad Saw yang merupakan kekasih Allah SWT, dalam menebar kebaikan untuk kemaslahatan seluas-luasnya. Aamiin. []

Tags: islamMaulid NabiNabi Muhammad SAWperadabansejarah
Shofi Puji Astiti

Shofi Puji Astiti

Dosen IAIN Salatiga

Terkait Posts

Gerakan KUPI

Berjalan Bersama, Menafsir Bersama: Epistemic Partnership dalam Tubuh Gerakan KUPI

4 Juli 2025
Kritik Tambang

Pak Bahlil, Kritik Tambang Bukan Tanda Anti-Pembangunan

4 Juli 2025
Isu Iklim

Komitmen Disabilitas untuk Isu Iklim

3 Juli 2025
KB sebagai

Merencanakan Anak, Merawat Kemanusiaan: KB sebagai Tanggung Jawab Bersama

3 Juli 2025
Poligami atas

Bisnis Mentoring Poligami: Menjual Narasi Patriarkis atas Nama Agama

3 Juli 2025
Ruang Aman, Dunia Digital

Laki-laki Juga Bisa Jadi Penjaga Ruang Aman di Dunia Digital

3 Juli 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Beda Keyakinan

    Meninjau Ulang Cara Pandang terhadap Orang yang Berbeda Keyakinan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Bisnis Mentoring Poligami: Menjual Narasi Patriarkis atas Nama Agama

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Laki-laki Juga Bisa Jadi Penjaga Ruang Aman di Dunia Digital

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Fokus Potensi, Difabel Bukan Objek Konten Kesedihan!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ketika Istilah Marital Rape Masih Dianggap Tabu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Berjalan Bersama, Menafsir Bersama: Epistemic Partnership dalam Tubuh Gerakan KUPI
  • Islam Melawan Oligarki: Pelajaran dari Dakwah Nabi
  • Pak Bahlil, Kritik Tambang Bukan Tanda Anti-Pembangunan
  • Mengapa Islam Harus Membela Kaum Lemah?
  • Komitmen Disabilitas untuk Isu Iklim

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID