• Login
  • Register
Rabu, 17 Agustus 2022
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Keluarga

Belajar Membina Keluarga Harmonis dari Prof Quraish Shihab

Dalam membangun keharmonisan dalam keluarga, maka semuanya harus didasari dengan cinta. Yakni cinta kepada sang pencipta dan cinta kepada sesama hambaNya.

Shofi Puji Astiti Shofi Puji Astiti
01/06/2021
in Keluarga
0
Harmonis

Harmonis

110
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Berawal dari cinta, maka harmonis itu ada, berawal dari cinta maka ikhtiar itu membara, berawal dari cinta maka setia terpatri dalam jiwa. Dalam membangun keharmonisan dalam keluarga, maka semuanya harus didasari dengan cinta. Yakni cinta kepada sang pencipta dan cinta kepada sesama hambaNya.

Sosok Prof. Quraish Shihab selalu menarik perhatian, baik dalam kehidupan pribadinya ataupun dalam kehidupan berkeluarga, bahkan bermasyarakat. Maka pantas jika beliau merupakan tokoh panutan bagi istri dan anak, serta para cucunya. Maka dari sini, kita bisa belajar tentang kehidupan harmonis dari Prof. Quraish Shihab dalam berkeluarga. Adapun empat macam cara belajar harmonis menurut Prof. Quraish Shihab yaitu;

Pertama, memahami apa yang disukai, apa yang diharapkan pasangan, suami dan istri. Dalam hal ini penting bagi pasangan suami istri untuk saling memahami apa yang disukai, apa yang diharapkan dari pasangannya serta saling mengetahuinya. Dengan cara saling bertanya ataupun saling menyampaikan apa yang disukai, serta apa yang diharapkan dari pasangannya.

Contohnya adalah bertanya atau menyampaikan kebiasaan-kebiasaan baik dalam mendidik anak, kebiasaan melakukan aktivitas di rumah secara bersama-sama dengan anggota keluarga, ataupun aktivitas kemanusiaan, sosial serta dalam hal agama baik di dalam rumah maupun di luar rumah.

Kedua, selalu ada rasa cemburu pada pasangan, suami istri. Prof. Quraish, mengemukakan bahwa cinta, menciptakan cemburu untuk melestarikan wujudnya. Cemburu diperlukan selama dilakukan pada tempatnya, dan jangan setiap hal cemburu, karena itu bisa mematikan cinta itu sendiri. Karena Nabi Muhammad pun pernah cemburu pada Aisyah, istrinya.

Daftar Isi

  • Baca Juga:
  • Melawan Radikalisme dengan Merawat Semangat Nasionalisme
  • Childfree: Hukum, Dalil, dan Penjelasannya dalam Perspektif Mubadalah
  • Nasehat Para Ulama dan Dokter tentang Hubungan Seksual yang Sehat
  • Mengungkap Keresahan Perempuan Di Balik Generasi Sandwich

Baca Juga:

Melawan Radikalisme dengan Merawat Semangat Nasionalisme

Childfree: Hukum, Dalil, dan Penjelasannya dalam Perspektif Mubadalah

Nasehat Para Ulama dan Dokter tentang Hubungan Seksual yang Sehat

Mengungkap Keresahan Perempuan Di Balik Generasi Sandwich

Peristiwa itu terjadi ketika nabi masuk rumah dan mendapati seorang lelaki, kemudian wajah Nabi berubah. Melihat ekspresi wajah Nabi yang berubah, lantas Aisyah RA menjelaskan kepada Nabi bahwa lelaki ini saudara sepupunya.

“Berhati-hatilah jangan sampai itu tidak memenuhi syarat sesusuan,” respons Nabi SAW kepada Aisyah RA. Ini salah satu contoh bahwasanya Nabi pun punya rasa cemburu pada istrinya.

Mengutip dari sufi perempuan Rabi’ah al-Adawiyah mengatakan bahwa, Tuhan juga cemburu kepada manusia yang telah mencapai derajat sufi, karena sufi tersebut sempat menoleh ke dunia. Jadi cemburu adalah bagian dari cinta, asal tidak cemburu buta.

Ketiga, ikhtiar, berdoa dan mengharapkan selalu dekat padaNya. Prof. Quraisy mengutip ayat 94 surat Al-A’raf, menganjurkan untuk selalu berdo’a tidak hanya untuk diri sendiri melainkan juga untuk orang lain, tidak hanya suami berdoa untuk istrinya ataupun sebaliknya tapi keduanya harus secara bersama-sama, berikhtiar, berdoa, dan selalu mengharapkan kedekatan kepadaNya secara bersama-sama untuk harapan bersama.

Kemudian tidak malu untuk meminta do’a kepada orang yang lebih rendah. Karena Rasulullah SAW pun minta dido’akan kepada sahabat Umar RA pada saat beliau akan berpamitan berangkat umrah ke tanah suci, karena kita tidak pernah tahu doa dari siapa yang akan terkabul.

Adapun pentingnya do’a antara lain, menjadikan hidup dalam keoptimisan. Karena jika seseorang telah memohon kepada siapa saja yang diyakini Maha Kuasa, terlepas dari diterima atau tidaknya, pada dasarnya orang itu telah hidup dalam sikap optimisme. Karena do’a merupakan separoh dari keberhasilan, dengan berdoa berarti ada optimisme bahwa suatu pekerjaan akan berhasil.

Selain itu, Allah SWT menyuruh kita juga untuk bekerja dan berdoa. Dalam Al-quran menjelaskan, mintalah pertolongan untuk mendapatkan apa yang kamu kehendaki melalui ketabahan dan kerja keras. Jadi jelas sekali, berdoa, bekerja, dan selanjutnya bertawakal harus seiring dan seimbang dalam kehidupan manusia. Hal ini juga menegaskan bahwa upaya apapun tanpa diiringi dengan doa dan tawakal, maka keberkahan hidup tidak akan tercapai.

Keempat, selalu menjaga komunikasi yang baik. Prof. Quraish, menjelaskan bahwasannya dengan menjabarkan kata Qaulan Sadida dalam Surat al-Ahzab ayat 70, yang bermakna kesesuaian dalam mengucapkan perakataan yang bukan hanya dianjurkan berucap, berkomunikasi dengan  jujur serta benar, melainkan juga harus menyesuaikan waktu dan tempat yang tepat.

Jadi ada ucapan benar tapi waktunya tidak tepat, tempatnya tidak tepat, situasi yang dihadapi tidak tepat, maka janganlah marah pada pasangan yaitu suami dan istri di hadapan umum, jangan tegur pasangan suami serta istri di hadapan umum atau banyak orang, jangan tegur suami serta istri pada saat galau karena itu tidak dibenarkan.

Nabi SAW bersabda tidak diperkenankan bohong kecuali dalam tiga hal. “Pertama, dalam perang, yang kedua, dalam melakukan Islah (damai) perbaikan antara dua orang yang berseteru. Dalam hal ini, boleh bohong demi mencapai kesepakatan islah, dan yang ketiga, ucapan-ucapan gombal suami kepada istrinya atau istri kepada suaminya.” ungkap penulis buku Membumikan Al-Qur’an ini.

Prof. Quraish  memberikan contoh “Ucapkanlah kepada istri Aku Cinta Kamu, dan ucapkanlah Aku Bangga Padamu kepada suami. Dan ketika ada konflik antar suami istri hendaklah salah satu dari keduanya mengatakan, bisa jadi engkau yang benar,” tutur Prof. Quraish.

Dari perkataan itu, boleh menyesuaikan dengan adat atau tradisi di setiap wilayahnya atau keluarganya, selama baik maka bisa diterapkan dalam keluarga. Karena konsep keluarga menurut Islam sangat jelas mengutamakan pembinaan individu dan keluarga secara mubadalah atau kesalingan.

Mari bersama-sama belajar keharmonisan keluarga dari Prof. Quraish Shihab, semoga diberikan kemudahan untuk menerapkannya dalam berkeluarga untuk mewujudkan keluarga yang dicita-citakan bersama, yaitu keluarga yang bahagia serta saling membahagikan di dunia dan akhirat. Aamiin. []

 

 

 

 

 

 

Tags: harmonisistrikebahagiaankeharmonisan rumah tanggakeluargaKesalinganperkawinanRelasisuami
Shofi Puji Astiti

Shofi Puji Astiti

Dosen IAIN Salatiga

Terkait Posts

Childfree

Childfree: Hukum, Dalil, dan Penjelasannya dalam Perspektif Mubadalah

17 Agustus 2022
Hubungan Seksual

Nasehat Para Ulama dan Dokter tentang Hubungan Seksual yang Sehat

16 Agustus 2022
Bahaya Pernikahan Anak

6 Bahaya Pernikahan Anak bagi Anak Perempuan

15 Agustus 2022
Berbagi Suami

Ini Bukan tentang Drama Berbagi Suami, Tapi Nyata Ada

13 Agustus 2022
Akad Nikah

Mensyaratkan Pisuke sebelum Akad Nikah Bisa Hilangkan Hak Perwalian

10 Agustus 2022
Harga Mahar

Bagaimana Kita Bisa Menakar Harga Mahar?

8 Agustus 2022

Discussion about this post

No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Childfree

    Childfree: Hukum, Dalil, dan Penjelasannya dalam Perspektif Mubadalah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Nyai Luluk Farida Mucthar : Perempuan Merdeka itu Dapat Hak Hidup Bahagia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Nyai Thoah Jafar : Perempuan Merdeka itu Ikut Berperan di Ruang Publik

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Melawan Radikalisme dengan Merawat Semangat Nasionalisme

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Nyai Umnia Labibah : Perempuan Merdeka itu Memiliki Hak Sebagai Manusia Utuh

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Nyai Thoah Jafar : Perempuan Merdeka itu Ikut Berperan di Ruang Publik
  • Nyai Luluk Farida Mucthar : Perempuan Merdeka itu Dapat Hak Hidup Bahagia
  • Melawan Radikalisme dengan Merawat Semangat Nasionalisme
  • Childfree: Hukum, Dalil, dan Penjelasannya dalam Perspektif Mubadalah
  • Nasehat Para Ulama dan Dokter tentang Hubungan Seksual yang Sehat

Komentar Terbaru

  • Tradisi Haul Sebagai Sarana Memperkuat Solidaritas Sosial pada Kecerdasan Spiritual Menurut Danah Zohar dan Ian Marshal
  • 7 Prinsip dalam Perkawinan dan Keluarga pada 7 Macam Kondisi Perkawinan yang Wajib Dipahami Suami dan Istri
  • Konsep Tahadduts bin Nikmah yang Baik dalam Postingan di Media Sosial - NUTIZEN pada Bermedia Sosial Secara Mubadalah? Why Not?
  • Tasawuf, dan Praktik Keagamaan yang Ramah Perempuan - NUTIZEN pada Mengenang Sufi Perempuan Rabi’ah Al-Adawiyah
  • Doa agar Dijauhkan dari Perilaku Zalim pada Islam Ajarkan untuk Saling Berbuat Baik Kepada Seluruh Umat Manusia
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2021 MUBADALAH.ID

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Login
  • Sign Up

© 2021 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist