• Login
  • Register
Senin, 20 Maret 2023
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Publik

Pemikiran Isham Ahmad tentang Perempuan

Abdul Rosyidi Abdul Rosyidi
26/08/2019
in Publik
0
dunia, perempuan
19
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Butuh waktu agak lama bagi saya untuk memahami cara berpikir Isham Ahmad, siang itu. Dia berbicara dalam bahasa Melayu saat menjelaskan apa pikirannya terkait posisi perempuan di tengah masyarakat. Tapi tetap saja butuh waktu beberapa menit untuk akhirnya saya menerimanya.

Profesor di International Islamic University Malaysia (IIUM) itu menceritakan, dulu, sebuah perusahaan mobil banyak memproduksi mobil berwarna hitam. Mereka memproduksi itu agar produknya terkesan macho, jantan, dan dengan begitu akan laris dibeli para lelaki. Di mata masyarakat, khususnya para produsen, dunia hanyalah laki-laki.

Tapi tren itu kemudian berubah. Dunia ini tak hanya laki-laki, konsumen mobil pun tidak hanya lelaki. Perempuan juga banyak yang membutuhkan mobil. Tentu dengan karakter yang mereka inginkan. Perusahan sekarang membaca itu sebagai sebuah peluang untuk menciptakan mobil yang disukai perempuan. Dengan warna dan lekuk yang memikat hati perempuan.

Untuk membuat kebijakan dalam menciptakan produk yang diminati perempuan pun perusahaan tak bisa asal. Dia harus benar-benar memahami perempuan. Oleh karenanya mobil tersebut nantinya harus diciptakan dari sepenuh hati dan jiwa perempuan.

Karena yang mengerti perempuan adalah hanya perempuan, maka perusahaan mesti mengangkat perempuan menduduki posisi strategis di perusahaan, mulai dari komisaris, direktur, manager, dan sebagainya. Dari konsumen perempuan kemudian harus muncul produsen perempuan. Semakin banyak keperempuanan itu muncul dalam ruang-ruang publik, semakin dunia sadar bahwa kita membutuhkan perempuan.

Daftar Isi

  • Baca Juga:
  • Webinar Zakat Peduli Perempuan Korban Kekerasan akan Digelar Nanti Malam
  • Pengalaman Dinafkahi Istri, Perlukah Merasa Malu?
  • Tujuan Perkawinan Dalam Al-Qur’an
  • Meneladani Rethink Sampah Para Ibu saat Ramadan Tempo Dulu

Baca Juga:

Webinar Zakat Peduli Perempuan Korban Kekerasan akan Digelar Nanti Malam

Pengalaman Dinafkahi Istri, Perlukah Merasa Malu?

Tujuan Perkawinan Dalam Al-Qur’an

Meneladani Rethink Sampah Para Ibu saat Ramadan Tempo Dulu

Perusahaan yang tidak memiliki kesadaran tersebut hanya akan menyia-nyiakan separuh lebih potensi pasar.

Awalnya saya menolak pemikiran Isham dan memikirkan apakah dia antek kapitalisme. Tapi selama di forum saya berusaha memahaminya dan akhirnya menyadari bahwa perkataan dosen etika bisnis dan filsafat di UIIM ini ada benarnya. Meskipun dalam beberapa hal saya berbeda pendapat.

Selama ini, saya mendapat banyak pemhaman kesetaraan gender dengan perspektif Islam, baik dari KH Husein Muhammad, KH Faqihuddin Abdul Kodir, KH Marzuki Wahid, dan dosen-dosen di Institut Studi Islam Fahmina (ISIF). Dalam perspektif Islam, kesetaraan relasi perempuan dan laki-laki merupakan manifestasi dari tauhid. Segala perjuangannya, dengan begitu, adalah cermin dari kedalaman keyakinan seorang muslim atas keadilan Allah.

Tapi kita tidak boleh lupa, di belahan bumi lain, kesadaran pentingnya peran perempuan muncul bukan dari akar keimanan melainkan karena kesadaran (consciousness) diri yang sifatnya individual. Kesadaran diri dari banyak orang akan berubah menjadi kesadaran kolektif yang perlahan menjadi norma bersama. Kesadaran seperti ini akan lebih mudah diterima masyarakat yang memiliki rasionalitas yang tinggi. Dalam masyarakat rasional-kapitalistik, peran perempuan diakui karena mereka mempunyai peran penting dalam meningkatkan perekonomian, atau dalam bahasa lebih jujurnya “menguntungkan”.

Negara yang tidak memiliki kesadaran betapa perempuan dibutuhkan dalam pembangunan, hanya akan menyia-nyiakan lebih dari separuh potensi bangsa.

Doktrin Athena

Dalam kacamata yang lebih luas dan mendalam, hasil riset John Gerzema dan Michael D’Antonio sangat menarik untuk kita cermati. Dalam buku “The Athena Doctrine: How Women (and the Men who Think Like Them) Will Rule the Future”, mereka menawarkan gagasan bahwa perempuan dan nilai-nilai feminin sangat dibutuhkan dunia untuk menjadikannya lebih sejahtera.

Buku yang terbit tahun 2013 dan menjadi best seller dunia ini seperti mengingatkan kepada kita bahwa dunia tak cukup hanya dimaknai oleh lelaki. Tapi ia perlu dimaknai oleh semua orang, lelaki dan perempuan. Menurutnya, selama ini, dunia hanya diwarnai oleh nilai-nilai lelaki seperti menguasai, mendominasi, menghegemoni, mengontrol, memaksa, dan mendoktrin.

Sudah biasa bagi kita untuk mengatakan bahwa bangsa atau negara yang hebat dan berhasil adalah negara yang menang perang, mempunyai kontrol atas negara lain, bisa mengintimidasi dan bahkan memaksakan nilai-nilai kepada bangsa lain. Bangsa itu lantas disebut berada dalam puncak peradaban dunia, bangsa adikuasa. Diksi “adikuasa” sendiri begitu maskulin.

Sudah saatnya dunia juga dimaknai dari kacamata kehidupan perempuan. Dunia memerlukan nilai-nilai kasih sayang, berbagi, komunikatif, merawat, dan mendidik. Nilai-nilai feminin inilah, menurut Doktrin Athena akan membawa pada kedamaian dan kesejahteraan dunia.

Sebagai contoh adalah Swedia dan Islandia dari sisi pemerintahan yang tidak hanya dikuasai perempuan dari sisi gender, tetapi juga banyak mengadopsi sifat dan karakter feminin. Yang terbaru bisa kita lihat dari cara Perdana Menteri Selandia Baru, Jacinda Ardern, menangani terorisme di negaranya (peristiwa Christchurch). Kekerasan yang begitu mengerikan dia balas dengan kasih sayang dan pengertian. Dia tidak membalas aksi teror itu dengan kecam mengecam, pemutusan hubungan diplomatik, atau bahkan yang terburuk, penyerangan fisik.

Ardern tidak membalas kekerasan dengan kekerasan, teror dengan teror, melainkan menunjukkan pada dunia bahwa kekerasan hanya bisa dilawan dengan kasih sayang. Dia tidak menyalahkan korban yang berbeda etnis dengannya, seperti yang dilakukan pemimpin kulit putih lainnya. Dia memilih untuk bersimpati dan berempati kepada para korban. Bahkan menunjukkan pada dunia bahwa penderitaan korban adalah penderitaan seluruh bangsa.

Mubadalah melihat dunia ini membutuhkan dua nilai feminin dan maskulin (sekaligus) untuk kebaikan kehidupan bersama. Keduanya saling bekerjasama untuk mewarnai dunia. Masih kuatnya pengaruh maskulinitas membuat perjuangan kita saat ini adalah terus menerus meyakinkan bahwa tanpa menyertakan perempuan, dunia ini akan timpang, berlari ke arah yang tidak seimbang, tidak penuh, tidak akan pernah mencapai paripurna.[]

Abdul Rosyidi

Abdul Rosyidi

Abdul Rosyidi, editor. Alumni PP Miftahul Muta'alimin Babakan Ciwaringin Cirebon.

Terkait Posts

Travel Haji dan Umroh

Bagaimana Menghindari Penipuan Biro Travel Umroh dan Haji?

20 Maret 2023
Perempuan Harus Berpolitik

Ini Alasan, Mengapa Perempuan Harus Berpolitik

19 Maret 2023
Pembahasan Childfree

Polemik Pembahasan Childfree Hingga Hari Ini

18 Maret 2023
Bimbingan Skripsi, Kekerasan Seksual

Panduan Bimbingan Skripsi Aman dari Kekerasan Seksual

17 Maret 2023
Kekerasan Simbolik

Bibit Kekerasan Simbolik di Lembaga Pendidikan

16 Maret 2023
Berbuat Baik pada Non Muslim

Meneladani Akhlak Nabi dengan Berbuat Baik pada Non Muslim

16 Maret 2023
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Rethink Sampah

    Meneladani Rethink Sampah Para Ibu saat Ramadan Tempo Dulu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tujuan Perkawinan Dalam Al-Qur’an

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Meminang Siti Khadijah Bint Khwailid

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Webinar Zakat Peduli Perempuan Korban Kekerasan akan Digelar Nanti Malam

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Bagaimana Menghindari Penipuan Biro Travel Umroh dan Haji?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Webinar Zakat Peduli Perempuan Korban Kekerasan akan Digelar Nanti Malam
  • Pengalaman Dinafkahi Istri, Perlukah Merasa Malu?
  • Tujuan Perkawinan Dalam Al-Qur’an
  • Meneladani Rethink Sampah Para Ibu saat Ramadan Tempo Dulu
  • Meminang Siti Khadijah Bint Khwailid

Komentar Terbaru

  • Perempuan Boleh Berolahraga, Bukan Cuma Laki-laki Kok! pada Laki-laki dan Perempuan Sama-sama Miliki Potensi Sumber Fitnah
  • Mangkuk Minum Nabi, Tumbler dan Alam pada Perspektif Mubadalah Menjadi Bagian Dari Kerja-kerja Kemaslahatan
  • Petasan, Kebahagiaan Semu yang Sering Membawa Petaka pada Maqashid Syari’ah Jadi Prinsip Ciptakan Kemaslahatan Manusia
  • Berbagi Pengalaman Ustazah Pondok: Pentingnya Komunikasi pada Belajar dari Peran Kiai dan Pondok Pesantren Yang Adil Gender
  • Kemandirian Perempuan Banten di Makkah pada Abad ke-20 M - kabarwarga.com pada Kemandirian Ekonomi Istri Bukan Melemahkan Peran Suami
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist