• Login
  • Register
Selasa, 20 Mei 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Publik

Pemilu 2024 dan Bahaya Politisasi Isu Gender

Upaya politisasi tidak bisa kita hindari dan kendalikan. Yang perlu kita sadari bahwa, problem kesetaraan gender adalah problem yang konkrit terjadi

Alfiatul Khairiyah Alfiatul Khairiyah
25/09/2023
in Publik, Rekomendasi
0
Politisasi Isu Gender

Politisasi Isu Gender

1.1k
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id– Isu-isu tentang politik identitas yang selama ini dominan pada identitas agama sepertinya juga mulai bergerak pada isu identitas gender. Agama memang selalu menjadi sasaran empuk di tahun-tahun politik untuk dipolitisasi. Namun, semakin berkembangnya isu-isu gender dan kesetaraan di Indonesia, kita juga perlu waspada pada politisasi isu gender.

Kita mungkin memang akan bahagia jika para calon pemimpin membahas soal kuota 30% untuk perempuan, soal pemberdayaan kaum rentan, lapangan pekerjaan untuk perempuan, perlindungan kaum rentan dan lainnya.

Tapi kita sadar tidak? Pembahasan-pembahasan dan isu ketimpangan gender yang diangkat memiliki dua kemungkinan. Kemungkinan husnudzannya gagasan soal isu kesetaraan itu memang benar adanya. Kemungkinan suudzannya semua gagasan yang disampaikan hanya politis yang saya sebut soal politisasi isu gender.

Aktivisme perempuan dalam memperjuangkan hak-hak kesetaraan dan keadilan selama ini merupakan gerakan kolektif yang lahir dari komunitas perempuan itu sendiri. Visi kesetaraan yang perempuan bawa tentu memang tidak jauh dari agenda-agenda politik sebagai sarana perwujudan.

Bagi sebagian gerakan perempuan, politik menjadi alat dan metodologis untuk mencapai kesetaraan. Namun, kita tidak boleh lupa, di mana ada kebaikan di situ pula ada yang memanfaatkannya.

Baca Juga:

Kontekstualisasi Ajaran Islam terhadap Hari Raya Waisak

Wajah Perempuan Bukan Aurat, Tapi Keadilan yang Tak Disuarakan

Bagaimana Gerakan Kesalingan Membebaskan Laki-laki Juga?

Nilai Kesetaraan dan Keadilan

Politisasi Isu Gender

Aktivitas politik yang begitu holistik dengan beragam isu dan gagasan tentu tidak akan lepas dari isu kesetaraan dan keadilan gender. Tidak ada yang salah dari semua gagasan dan isu yang menjadi bahan perdebatan kemudian menjadi program kerja.

Akan tetapi, perdebatan gagasan harus substantif membahas isu kerentanan dan keadilan gender. Tidak sekedar berkoar-koar membahas hak-hak perempuan dan anak dan kaum rentan lainnya, kerentanan perempuan, dan membawa-bawa nama perempuan tanpa suatu konsep yang jelas.

Ketidakjelasan konsep dalam pemaparan gagasan, bagi saya merupakan sebuah politisasi isu gender belaka. Politisasi isu gender merupakan aktivitas politik yang membawa isu-isu kesetaraan hanya demi kepentingan suara dan memanfaatkan isu gender agar para aktivis gender berpihak kepadanya. Di tengah aktivisme feminis yang semakin berkembang, tentu isu kesetaraan gender akan menjual bukan?

Tidak jauh berbeda dengan politisasi Islam, banyak dari para calon yang menggunakan simbol-simbol keislaman untuk menjual diri pada kelompok Islam tertentu atau organisasi masyarakat tertentu demi suara, misalnya. Instrumentalisasi agama demi tujuan-tujuan politik, ekonomi, dan lainnya.

Politisasi isu gender, memanfaatkan simbol-simbol kesetaraan, aktivisme perempuan, dan lainnya untuk kepentingan politik. Isu kesetaraan dan keadilan gender juga potensial mengalami instrumentalisasi dengan banyak mengungkan narasi-narasi perempuan dan anak, misalnya. Padahal, bisa jadi para calon tidak memiliki jawaban atas persoalan kesetaraan gender.

Kerentanan Isu Gender dalam Momen Politik

Sebagaimana agama, isu gender juga rentan mengalami instrumentalisasi dan politisasi dalam pemilu 2024 nanti. Jika seseorang serius pada isu-isu kesetaraan gender, ia juga harus serius berhadapan dengan permasalahan kekerasan seksual, perkawinan anak, sunat perempuan, pemaksaan perkawinan, perlakuan merendahkan janda, pelecehan citra perempuan, marginalisasi perempuan, ketidakterwakilan perempuan, hambatan perempuan membangun karir, komodifikasi perempuan, perdagangan perempuan dan anak, dan lainnya.

Sudah berapa kali kamu mendengar para kandidat membawa nama perempuan tapi tidak ada jawaban strategis untuk mendukung gerakan perempuan? Kalau belum, kita perlu hati-hati dalam membaca narasi politik. Kita perlu skeptis membaca narasi politik. Karena setiap narasi dilatarbelakangi oleh kepentingan tujuan politik dan ekonomi, termasuk gender sebagai politisasi isu gender.

Dalam momen politik, tentu akan banyak sekali kelompok-kelompok dominan yang akan dimanfaatkan narasinya. Kita tahu sendiri bahwa perempuan sudah semakin menjadi kelompok yang memiliki kekuatan. Ada banyak kongres perempuan yang diselenggarakan dan pesertanya tidak sedikit. Perempuan dan kelompok feminis perlahan sudah bersatu dan saling menguatkan, baik itu dari feminis muslim, liberal, dan lainnya.

Menyelamatkan Isu Kesetaraan

Lalu bagaimana menyelamatkan isu kesetaraan dari politisasi? Upaya politisasi tidak bisa kita hindari dan kendalikan. Yang perlu kita sadari bahwa, problem kesetaraan gender adalah problem yang konkrit terjadi. Kasus-kasusnya seperti yang saya sebutkan sebelumnya. Maka, menyelasaikan persoalan kesetaraan gender tidak hanya berupa gagasan normatif.

Mengetahui sensitvitas gender para calon adalah jalan keluar untuk menyelamatkan diri dari politisasi isu-isu gender. Spirit kesetaraan perlu kita kenali dari sejauh mana mereka membahas problematika perempuan, anak, dan kaum rentan selama ini khususnya di akar rumput. Tidak hanya membahas keterwakilan perempuan yang 30% seperti yang selalu ada dalam setiap penjelasan.

Sejauh mana rekomendasi-rekomendasi yang tawarkan mampu menyentuh secara konkrit persoalan kesetaraan dan keadilan gender. Membaca problematika kesetaraan gender tidak hanya sebagai jargon politik. Tetapi, isu gender harus diartikulasikan dalam momen politik secara esensial. Sebagai kelompok yang mulai mendominasi, perempuan harus bisa menggiring isu tersebut secara subtantif. []

Tags: Isu GenderkeadilanKesetaraanPemilu 2024politikpolitik identitaspolitisasi isu gender
Alfiatul Khairiyah

Alfiatul Khairiyah

Founder Pesantren Perempuan dan Mahasiswa Sosiologi Universitas Gadjah Mada

Terkait Posts

Nyai Nur Channah

Nyai Nur Channah: Ulama Wali Ma’rifatullah

19 Mei 2025
Nyai A’izzah Amin Sholeh

Nyai A’izzah Amin Sholeh dan Tafsir Perempuan dalam Gerakan Sosial Islami

18 Mei 2025
Inses

Grup Facebook Fantasi Sedarah: Wabah dan Ancaman Inses di Dalam Keluarga

17 Mei 2025
Dialog Antar Agama

Merangkul yang Terasingkan: Memaknai GEDSI dalam terang Dialog Antar Agama

17 Mei 2025
Inses

Inses Bukan Aib Keluarga, Tapi Kejahatan yang Harus Diungkap

17 Mei 2025
Kashmir

Kashmir: Tanah yang Disengketakan, Perempuan yang Dilupakan

16 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Kekerasan Seksual Sedarah

    Menolak Sunyi: Kekerasan Seksual Sedarah dan Tanggung Jawab Kita Bersama

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Rieke Diah Pitaloka: Bulan Mei Tonggak Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • KUPI Resmi Deklarasikan Mei sebagai Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Nyai Nur Channah: Ulama Wali Ma’rifatullah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Memanusiakan Manusia Dengan Bersyukur dalam Pandangan Imam Fakhrur Razi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Rieke Diah Pitaloka Soroti Krisis Bangsa dan Serukan Kebangkitan Ulama Perempuan dari Cirebon
  • Nyai Nur Channah: Ulama Wali Ma’rifatullah
  • Rieke Diah Pitaloka: Bulan Mei Tonggak Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia
  • Menolak Sunyi: Kekerasan Seksual Sedarah dan Tanggung Jawab Kita Bersama
  • KUPI Dorong Masyarakat Dokumentasikan dan Narasikan Peran Ulama Perempuan di Akar Rumput

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Go to mobile version