• Login
  • Register
Rabu, 22 Maret 2023
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Publik

Pentingkah Gagasan Feminisme Nusantara?

Upaya mempribumikan feminisme bukan hanya melahirkan gagasan feminisme ala Nusantara, namun juga membuat feminisme menjadi terasa tidak asing dalam masyarakat Indonesia

Moh. Rivaldi Abdul Moh. Rivaldi Abdul
03/08/2022
in Publik
0
Feminisme Nusantara

Feminisme Nusantara

404
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Pada esai sebelumnya tentang “Membincang Feminisme Nusantara, Mungkinkah?”, kita telah mendiskusikan feminisme Nusantara. Bahwa upaya mempribumikan feminisme, dan melahirkan pemikiran kesetaraan gender yang tidak mengabaikan karakter budaya Nusantara adalah satu hal yang sangat mungkin dilakukan.

Namun, pertanyaan kemudian adalah, apa hal itu penting untuk dilakukan? Memangnya, untuk apa ada konsep feminisme Nusantara? Pertanyaan ini penting untuk dijawab dalam mendiskusikan urgensi feminisme Nusantara.

Menurut saya setidaknya ada dua hal yang membuat kenapa feminisme Nusantara menjadi penting. Pertama, feminisme Nusantara menjadikan gerakan kesetaraan gender sesuai dengan konteks ke-Nusantara-an. Dan kedua, feminisme Nusantara dapat menjadi upaya menghapus stigma negatif feminisme dalam masyarakat Indonesia.

Daftar Isi

    • Kesetaraan gender yang sesuai konteks ke-Nusantara-an
  • Baca Juga:
  • Poligami Bukan Tradisi yang Dilahirkan Islam
  • Bagaimana al-Qur’an Berbicara Mengenai Gender?
  • Haideh Moghissi : Fundamentalisme Islam dan Perempuan
  • Bibit Kekerasan Simbolik di Lembaga Pendidikan
    • Keragaman pengalaman perempuan Nusantara
    • Feminisme Nusantara menghapus stigma negatif feminisme

Kesetaraan gender yang sesuai konteks ke-Nusantara-an

Wacana kesetaraan gender di Indonesia umumnya dilingkupi dengan paradigma atau pemikiran feminisme Barat. Padahal, tidak bisa dipungkiri bahwa terdapat perbedaan konteks kehidupan (perempuan) di Barat dan Nusantara. Hal ini karena tiap masyarakat memiliki kekhasan masing-masing.

Sebagaimana Syamsurijal dalam “Menuju Feminisme Nusantara: Menata Ulang Gerakan Perempuan di Indonesia,” menjelaskan bahwa, “…sejatinya sejarah, narasi, masalah dan pengalaman perempuan di dunia ini berbeda satu sama lain. Karenanya tidak cukup baik jika melulu hanya menuliskan universalisme gerakan perempuan di dunia. Perlu muncul tulisan-tulisan yang menunjukkan pengalaman perempuan lebih sepesifik sesuai dengan konteks dan historiositasnya masing-masing.”

Dalam hal ini, upaya melahirkan satu konsep pemikiran kesetaraan gender dan feminisme yang tidak mengabaikan akar sejarah dan budaya Nusantara adalah penting kita lakukan. Selain menghasilkan paradigma feminisme yang tidak mengabaikan pengalaman kehidupan perempuan Nusantara, atau feminisme yang sesuai konteks ke-Nusantara-an, adanya feminisme Nusantara juga, sebagaimana Syamsurijal, dapat menunjukkan hal-hal yang berbeda dari apa yang feminisme Barat bayangkan.

Baca Juga:

Poligami Bukan Tradisi yang Dilahirkan Islam

Bagaimana al-Qur’an Berbicara Mengenai Gender?

Haideh Moghissi : Fundamentalisme Islam dan Perempuan

Bibit Kekerasan Simbolik di Lembaga Pendidikan

Misalnya, tentang ruang domestik dan publik. Dalam konteks pengalaman perempuan di Barat, ruang domestik dan publik dipandang sebagai dua ranah yang berbeda, dan dalam perbedaan ini ruang domestik merupakan zona privat yang lebih rendah daripada ruang publik dan menyubordinasi peran perempuan. Pandangan ini yang biasa melingkupi wacana kesetaraan gender di Indonesia. Sehingga, tidak heran jika muncul pandangan kesetaraan gender dan feminisme yang menolak keras dan seakan meremehkan peran perempuan yang memilih bekerja (berkiprah) di rumah.

Keragaman pengalaman perempuan Nusantara

Padahal pengalaman perempuan Nusantara menunjukkan hal yang agak berbeda. Hal ini sudah pernah saya bahas dalam esai “Memaknai Ruang Domestik Perempuan dalam Konsep Nusantara.” Ruang publik dalam konsep Nusantara tidak dikenal lebih baik daripada ruang domestik, dan keduanya tidak dibayangkan sebagai dua hal yang berbeda dan tidak berkaitan.

Sehingga, misalnya istri (perempuan Nusantara) memilih bekerja di rumah, maka statusnya tidak lantas lebih rendah dengan suami yang mencari nafkah di luar rumah. Sebab, dalam konsep Nusantara tidak ada yang lebih baik antara ruang domestik dan publik karena keduanya dipandang saling berkaitan. Dua ruang yang perlu berjalan agar rumah tangga makin baik dan mapan.

Konsep Nusantara yang demikian membuat Nyai (Ulama Perempuan) Madura memaknai ruang domestik bukan sebagai ruang yang membelenggu perannya. Sebagaimana Hasanatul Jannah dalam Ulama Perempuan Madura, bahwa Nyai Madura memandang ruang domestik sebagai ruang untuk berkarya, bekerja, bercerita, dan berbuat baik. Bagi Nyai Madura, ruang domestik merupakan dunia yang harus ia jaga dan pelihara.

Jadi, feminisme Nusantara membuat kita dapat memaknai kesetaraan gender dari akar sejarah dan budaya Nusantara. Ini bukan bertujuan untuk mengatakan bahwa budaya Nusantara adalah yang paling baik dan pas untuk perempuan. Dan juga bukan karena anti dengan produk pengetahuan Barat. Melainkan, adalah satu upaya melihat konsep kesetaraan gender dan feminisme yang sesuai dengan konteks ke-Nusantara-an.

Feminisme Nusantara menghapus stigma negatif feminisme

Selain menghasilkan pemikiran kesetaraan gender dari akar sejarah dan budaya Nusantara, feminisme Nusantara juga dapat membuat feminisme menjadi tidak terasa asing dalam masyarakat Indonesia. Hal ini setidaknya dapat menghapus stigma negatif feminisme dalam masyarakat Indonesia.

Stigma negatif feminisme tidak lepas karena feminisme adalah produk pengetahuan Barat. Di sisi lain, masyarakat Indonesia merupakan masyarakat post-kolonial (pernah dijajah), dan sebagaimana Raewyn Connel, dkk., dalam “Toward a Global Sociology of Knowledge: Post-Colonial Realities and Intellectual Practices,” bahwa, “The log shadow of colonial history falls across whole domains of knowledge (Bayangan panjang sejarah kolonial (penjajahan) melingkupi domain-domain pengetahuan).”

Jadi penjajahan (kolonialisme) tidak hanya membuat banyak nyawa melayang, melainkan juga pasca-penjajahan melahirkan dampak traumatik yang memengaruhi produksi pengetahuan. Connel, dkk., menjelaskan kalau kolonialisme berdampak pada “the re-forming of the natives’ minds (pembentukan ulang wawasan pribumi).” Dalam hal ini, terbangun dinding tebal atas pengetahuan Barat yang kita pandang representasi penjajah. Lalu berkaitan dengan pengetahuan pribumi atau non-Barat sebagai representasi bekas jajahan.

Karena itu produk pengetahuan Barat sering kali dipandang sebagai intrusion (gangguan) bagi nilai-nilai ke-Nusantara-an. Hal ini juga berlaku pada feminisme yang merupakan produk pengetahuan Barat.

Upaya mempribumikan feminisme bukan hanya melahirkan gagasan feminisme ala Nusantara. Namun juga membuat feminisme menjadi terasa tidak asing dalam masyarakat Indonesia. Sehingga, stigma negatif feminisme dapat di-counter, karena kita menggali kesetaraan gender dari akar sejarah dan budaya Nusantara itu sendiri. Hal ini menjadikan feminisme atau gerakan kesetaraan gender dapat mewujud dengan ramah di Indonesia.

Tags: feminismeGendergerakan perempuankeadilanKesetaraanNusantarapatriarkiTradisi
Moh. Rivaldi Abdul

Moh. Rivaldi Abdul

S1 PAI IAIN Sultan Amai Gorontalo pada tahun 2019. S2 Prodi Interdisciplinary Islamic Studies Konsentrasi Islam Nusantara di Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Sekarang, menempuh pendidikan Doktoral (S3) Prodi Studi Islam Konsentrasi Sejarah Kebudayaan Islam di Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Terkait Posts

Travel Haji dan Umroh

Bagaimana Menghindari Penipuan Biro Travel Umroh dan Haji?

20 Maret 2023
Perempuan Harus Berpolitik

Ini Alasan, Mengapa Perempuan Harus Berpolitik

19 Maret 2023
Pembahasan Childfree

Polemik Pembahasan Childfree Hingga Hari Ini

18 Maret 2023
Bimbingan Skripsi, Kekerasan Seksual

Panduan Bimbingan Skripsi Aman dari Kekerasan Seksual

17 Maret 2023
Kekerasan Simbolik

Bibit Kekerasan Simbolik di Lembaga Pendidikan

16 Maret 2023
Berbuat Baik pada Non Muslim

Meneladani Akhlak Nabi dengan Berbuat Baik pada Non Muslim

16 Maret 2023
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Kerja Istri

    Pentingnya Pembagian Kerja Istri dan Suami

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Prinsip Perkawinan Menjadi Norma Dasar Bagi Pasangan Suami Istri

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Siti Walidah: Ulama Perempuan Progresif Menolak Peminggiran Peran Perempuan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Refleksi: Sulitnya Menjadi Kaum Minoritas

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Perempuan Juga Wajib Bekerja

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Pentingnya Pembagian Kerja Istri dan Suami
  • Refleksi: Sulitnya Menjadi Kaum Minoritas
  • Dalam Catatan Sejarah, Perempuan Kerap Dilemahkan
  • Tips Aman Berpuasa untuk Ibu Hamil dan Menyusui
  • Perempuan Juga Wajib Bekerja

Komentar Terbaru

  • Perempuan Boleh Berolahraga, Bukan Cuma Laki-laki Kok! pada Laki-laki dan Perempuan Sama-sama Miliki Potensi Sumber Fitnah
  • Mangkuk Minum Nabi, Tumbler dan Alam pada Perspektif Mubadalah Menjadi Bagian Dari Kerja-kerja Kemaslahatan
  • Petasan, Kebahagiaan Semu yang Sering Membawa Petaka pada Maqashid Syari’ah Jadi Prinsip Ciptakan Kemaslahatan Manusia
  • Berbagi Pengalaman Ustazah Pondok: Pentingnya Komunikasi pada Belajar dari Peran Kiai dan Pondok Pesantren Yang Adil Gender
  • Kemandirian Perempuan Banten di Makkah pada Abad ke-20 M - kabarwarga.com pada Kemandirian Ekonomi Istri Bukan Melemahkan Peran Suami
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist