Banyak nasihat yang kurang lebih isinya adalah pentingnya hak suami dan kewajiban bagi seorang istri. Tentang bagaimana perempuan harus berbakti, patuh dan tunduk pada suami. Tentang kewajiban melayani, dan menyenangkan hati suami. Juga laknatan malaikat saat istri tak memenuhi kewajibannya pada suami.
Tapi sedikit sekali yang mengingatkan para suami tentang Pentingnya Hak Seorang Istri. Suami dianggap telah memenuhi kewajibannya hanya dengan menafkahi lahir dan bathinnya saja. Nafkah lahir diantaranya sandang pangan dan makanan. Nafkah lahir diantaranya sebatas menunaikan kewajibannya dalam melakukan hubungan seksual suami istri.
Namun, pernahkan seorang suami bertanya pada istrinya, Apakah ia bahagia? Apakah cukup nafkah yang ia berikan? Apakah merasa puas dengan hubungan seksual yang telah dilakukan? Apakah istri merasa kerepotan selama mengurus dia dan anaknya?
Bahkan sangat jarang ada suami menawarkan bantuan kepada istri saat melakukan pekerjaan rumah tangga, Karena merasa apa yang dikerjakan oleh istrinya merupakan tugas dan kewajibannya sebagaui seorang istri dan ibu rumah tangga.
Maka, saat istri kelelahan dan berpenampilan kurang menarik, istri kembali disalahkan karena dianggap tidak piawai merawat diri. Lalu, saat suami kelelahan dan seringkali menumpahkan rasa kesalnya pada istri, sehingga seringkali akan mendapat pemakluman. Maklum, suami lelah setelah bekerja diluar sana. Jadi tak apa, jika ia datang dalam keadaan lelah dengan emosi yang cenderung tidak stabil.
Disinilah kesalingan menjalani peran dalam berumah tangga diperlukan. Bukan hanya suami yang punya hak untuk ditunaikan, istri juga mempunyai hak yang sama. Bukan hanya suami yang harus dibuat senang hatinya, istri juga harus dibuat bahagia.
Jika istri memberikan bakti dan ta’atnya pada suami, maka suami harus memberi perlindungan dan setia pada istri. Jika suami diberikan pemakluman karena kelelahan bekerja di luar sana, maka istri juga harus dimengerti saat merasa lelah dengan segudang pekerjaan rumah tangga yang tiada habisnya.
Nikah itu untuk saling membahagiakan, menyempurnakan dan saling menutupi kekurangan satu sama lain. Bukan untuk menumpukan pekerjaan rumah tangga pada istri dan mencari nafkah pada suami. Saya akhiri tulisan ini dengan sebuah kalimat dari pariwara televisi iklan kecap ABC “Seharusnya kalau istri bisa kerja, suami juga harus bisa masak.” []