• Login
  • Register
Senin, 19 Mei 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Personal

Pentingnya Menghabiskan Ego Sebelum Menikah

Menikah bukan tentang siapa yang tercepat, tapi tentang kesiapan, bukan?

Fatimah Sumardi Fatimah Sumardi
18/12/2023
in Personal, Rekomendasi
0
Ego Sebelum Menikah

Ego Sebelum Menikah

1.2k
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Hampir setiap orang menyukai obrolan seputar pernikahan, dan memang selalu menarik. Mari kita melihat sekeliing, beberapa pasangan yang pastinya mempunyai masalah yang beragam. Dari permasalahan sederhana seperti “komunikasi” bisa menjadi besar dan rumit.

Suara istri tak didengarkan, masalah ceplok atau telur dadar, masalah handuk digantung dimana atau istri ngambil banyak kreditan dan masih banyak lagi yang apabila di tulis akan menjadi sebuah cerpen.

Lantas, bagaimana jika seorang perempuan yang sudah bersuami masih mempunyai hasrat ingin berpergian? Alasan klisenya sederhana, hanya untuk melepaskan penat yang mendesak. Mungkin tidak mengapa untuk sekali atau dua kali. Namun, bagaimana jika dilakukan setiap hari?

Sebagai seorang teman yang notabene single, aku tidak tega jika sewaktu-waktu temanku yang sudah menikah ingin mengeluh mencurahkan keresahan karena urusan rumah tangganya. Berkali-kali aku menolak mendengarkan, sebab aku tahu hal itu bersifat personal bahkan rahasia. Tapi ternyata ia memaksa dengan membuat karangan cerita, padahal aku tahu isinya tentang kehidupannya.

Beberapa waktu ia juga sering mengajakku makan di luar, mengunjungi tempat wisata atau tempat menarik lainnya. Jika waktuku senggang, sepulang kerja aku selalu menyempatkan.

Baca Juga:

Tidak Ada Cinta bagi Arivia

Benarkah Menikah Menjadi Bagian dari Separuh Agama?

Menikah sebagai Kontrak Kesepakatan

Jangan Nekat! Pentingnya Memilih Pasangan Hidup yang Tepat bagi Perempuan

“Nanti jika ada waktu luang coba deh jalan-jalan sama paksu, asik kayaknya,” kataku riang

“Justru kalau suami di rumah bawaannya males dan nggak mood,” jelasnya dengan ekspresi sedih.

Tak Betah di Rumah

Perkataanku tadi sebernanya hanya memancing. Ingin tahu juga apa penyebabnya ia bisa tak bisa tahan di rumah sendiri. Bahkan, akhir-akhir ini semakin tak terkendali. Hampir setiap hari ia mengajak aku keluar rumah hanya itu menikmati semangkuk bakso yang jaraknya lumayan jauh.

Aku pernah membaca penggalan kalimat dari sebuah buku, kira-kira bunyinya begini

“Bila keinginan kita masih tentang diri kita sendiri, habiskanlah”

Kalimat itu sangat relevan dengan kenyataan yang sedang aku lihat ini. Bahkan kalimat itu terngiang-ngiang hingga aku menyadari banyak hal.

Dari kisahnya aku belajar bahwa penting sekali mengabiskan ego sebelum menikah. Karena jika sudah menikah, urusan kita bukan lagi tentang diri sendiri, tapi tentang berdua, bertiga atau bahkan berempat.

Bila kita masih banyak inginnya, ingin pergi jalan-jalan, ingin beli ini dan itu atau ingin keliling Indonesia. Maka segera habiskanlah ketika masih sendiri. Sebab nanti setelah menikah urusannya akan berbeda.

Sangat ditakutkan apabila mempunyai keinginan tapi tidak mampu mengkomunikasikannya kepada pasangan, akan berdampak negatif bagi hubungan. Terlebih apabila keinginan bersebrangan kita merasa pasangan tidak mendukung.

Habiskan Ego Sebelum Menikah

“Kalau kau dijodohkan nanti, harus tahu dulu tabiat aslinya. Jika tidak, takut menyesal kemudian,” nasihat temanku lagi.

“Jika menolak perjodohan bagaimana?” tanyaku penasaran

“Itu lebih baik dari penderitaan,” jawabnya tanpa ragu dan menghela nafas panjang.

Sebenarnya aku tidak ingin melanjutkan percakapan karena ujungnya menjadi curahan hati yang mestinya tidak ingin aku dengar. Kisahnya mengharukan, tapi bagiku menjadi pelajaran yang sedikit membuatku takut.

Dari kisahnya aku belajar, dalam sebuah hubungan penting sekali kita merasa dicintai dan merasa ada. Karena setiap orang itu berbeda, maka bentuk cinta pun akan lahir dalam bentuk yang berbeda. Yang aku pahami dari ceritanya adalah sang suami tidak mampu mengeskpresikan rasa cinta kepada istrinya, dan sang istri tidak mampu membaca bahasa cinta yang tersirat.

Ah, betapa pernikahan adalah perjalanan panjang untuk selalu belajar memahami pasangan. Menikah bukan tentang siapa yang tercepat, tapi tentang kesiapan, bukan? Alangkah baiknya kita mempersiapkan diri, salah satunya dengan menghasbiskan ego sewaktu masih sendiri.

Memutuskan segala sesuatu dengan diri sendiri memang menyenangkan karena tidak perlu persetujuan siapapun untuk melakukannya. Tapi katanya hidup berdua lebih menarik. []

 

 

Tags: Ego Sebelum MenikahJodohKhitbahmenikahperkawinan
Fatimah Sumardi

Fatimah Sumardi

Fatimah Sumardi Penikmat kopi, menyepi benahi diri. Seorang pendidik di sekolah dasar. Sedang menikmati proses bertumbuh yang bersemi dan mekar di dalam diri.

Terkait Posts

Inspirational Porn

Stop Inspirational Porn kepada Disabilitas!

19 Mei 2025
Nyai A’izzah Amin Sholeh

Nyai A’izzah Amin Sholeh dan Tafsir Perempuan dalam Gerakan Sosial Islami

18 Mei 2025
Kehamilan Tak Diinginkan

Perempuan, Kehamilan Tak Diinginkan, dan Kekejaman Sosial

18 Mei 2025
Dialog Antar Agama

Merangkul yang Terasingkan: Memaknai GEDSI dalam terang Dialog Antar Agama

17 Mei 2025
Noble Silence

Menilik Relasi Al-Qur’an dengan Noble Silence pada Ayat-Ayat Shirah Nabawiyah (Part 1)

17 Mei 2025
Kashmir

Kashmir: Tanah yang Disengketakan, Perempuan yang Dilupakan

16 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Mei sebagai Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan

    KUPI Resmi Deklarasikan Mei sebagai Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Menghindari Pemukulan saat Nusyuz

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Perempuan, Kehamilan Tak Diinginkan, dan Kekejaman Sosial

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Nyai A’izzah Amin Sholeh dan Tafsir Perempuan dalam Gerakan Sosial Islami

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Nyai Ratu Junti, Sufi Perempuan dari Indramayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • KUPI Dorong Masyarakat Dokumentasikan dan Narasikan Peran Ulama Perempuan di Akar Rumput
  • Memanusiakan Manusia Dengan Bersyukur dalam Pandangan Imam Fakhrur Razi
  • Alasan KUPI Jadikan Mei sebagai Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia
  • Stop Inspirational Porn kepada Disabilitas!
  • KUPI Resmi Deklarasikan Mei sebagai Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Go to mobile version