• Login
  • Register
Rabu, 9 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Publik

Perempuan dan Ekstremisme

Reni Sujinah Reni Sujinah
23/12/2019
in Publik
0
perempuan, ekstremisme

Ilustrasi: Pixabay

45
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Miris ketika harus mendengar kabar hasil penelitian Institute for Policy of Conflict (IPAC) yang menunjukkan perempuan mulai memegang peran penting dalam extrimisme dan radikalisme. Sebenarnya para perempuan yang terlibat dalam radikalisme maupun extrimisme paham tidak ya tentang pengertian keduanya?

Sangat ditakutkan ketika hasil penelitian menunjukkan demikian, tetapi justru perempuan sendiri yang tidak banyak mengerti tentang radikalisme dan extrimisme. Ketidaktahuan bisa menjerumuskan seseorang masuk dalam pengaruh buruk orang lain yang disampaikan dengan cara baik, perumpamaannya adalah seperti racun berselimut madu.

Tidak semua perempuan mudah dijadikan boneka untuk merealisasikan tindakan extrem, banyak juga perempuan yang justru malah melarang dengan tegas tindakan tersebut, bukan hanya melarang dirinya, tetapi juga melarang saudara, teman, anak, atau orang terdekatnya.

Perempuan selalu jago dalam hal lobi. beberapa perempuan memperkokoh ajaran dasar agamanya sejak dini dan beberapa ada juga yang baru mengenal agama ketika usianya sudah beranjak dewasa, dan di sini rawan sekali paham-paham radikalisme yang extrem masuk dalam pemikiran dengan mudah.

Pada dasarnya, radikal memang diperlukan untuk cara berpikir yang mendasar dan mengupas tuntas sebuah bahasan. Tetapi radikalisme berbeda pengertian dengan berpikir radikal, radikalisme adalah sebuah ideologi dan paham yang ingin melakukan perubahan pada sistem sosial dan politik dengan menggunakan cara-cara extrem.

Baca Juga:

Melawan Perundungan dengan Asik dan Menyenangkan

Ketika Perempuan Tak Punya Hak atas Seksualitas

Relasi Imam-Makmum Keluarga dalam Mubadalah

Mengebiri Tubuh Perempuan

Faktor yang membuat manusia terutama perempuan mudah terkena paham radikalisme adalah pertama, pemikiran, banyak sekali penyebaran ajaran radikalisme dibumbui dengan ajaran-ajaran agama. Perlu kita ketahui, semua agama yang diakui negara Indonesia ini tidak ada yang menganjurkan kekerasan tanpa sebab dan musyawarah yang jelas.

Kedua, faktor ekonomi, sudah kodratnya manusia untuk bertahan hidup, dan dalam situasi terdesak masalah ekonomi maka manusia dapat melakukan apa saja termasuk melakukan kekerasan, karena pada kondisi ekonomi yang tidak stabil manusia sering kali tidak dapat berpikir bijak.

Ada juga faktor politik, mulanya terjadi karena adanya kaum oposisi yang muncul dengan dalih ingin menegakkan keadilan. Yang keempat ada faktor sosial dan psikologis, bisa dari segala hal seperti hubungan yang menyebabkan benci dan dendam sehingga seseorang bisa menjadi anarkis dan radikalis.

Faktor besar yang menyebabkan radikalisme adalah pendidikan, khususnya pendidikan agama, karena sering kali radikalisme disangkut pautkan dengan agama. Kultur patriarki diIndonesia juga menjadi faktor mudahnya perempuan terserang paham radikalisme. Patriarki menempatkan perempuan dalam posisi marjinal dan subordinat sehingga menyebabkan perempuan kebingungan akan gerak dan langkahnya, alhasil masuklah pada rekrutmen paham radikalisme melalui cara  seperti pernikahan.

Sering kali penyebaran paham radikalisme pada kalangan perempuan ini diawali dengan kebohongan yang sengaja disampaikan agar pendengar salah paham dengan maksud kebenarannya. Seperti contohnya, sebuah perempuan diajak berbincang masalah poligami itu dianjurkan Rasul dan lebih baik lagi jika seorang perempuan yang mau dipoligami itu mau ikut serta berperan berjihad di jalan Allah, dan perempuan tersebut menyetujui ajakan poligami dan ikut berjihad hingga mau melakukan bunuh diri dengan bom dengan iming-iming surga.

Padahal nyatanya Rasul lebih banyak menghabiskan waktunya dengan memiliki seorang istri yaitu Khadijah dibanding hidup dengan memiliki istri banyak. Rasul menikahi beberapa janda karena memang yang dinikahinya adalah orang yang harus diselamatkan hidupnya, dan tentang berjihad itu tidak harus sampai rela bunuh diri dan membunuh beberapa orang yang memang sengaja dibunuh dengan bom padahal orang tersebut tidak bersalah dan hanya bereda agama.

Pada kasus seperti demikian perempuan dituntut untuk pandai dan cerdas dalam berpikir serta berpengetahuan, karena ketika seseorang sudah memiliki dasar pengetahuan yang jelas, maka akan sulit dibohongi, termasuk dipengaruhi paham radikalisme, itu sangat tidak mudah.

Kelompok radikal di Indonesia memang sudah ada sejak jaman dulu dan bahkan kini sudah bertransformasi. Terutama terlihat sekali dalam pelaku, pelaku radikalisme terdahulu banyak melibatkan laki-laki dalam aksinya, tetapi dimasa kini kondisinya semakin parah dan melibatkan perempuan dalam berjihad.

Hal berbeda juga ditunjukkan dengan istilah lone wolf yang artinya bergerak sendiri tanpa koordinasi dengan jaringan kelompoknya. Seperti di Sibolga, Sumatera Utara masyarakat digemparkan oleh penangkapan beberapa perempuan dari kelompok teroris jamaah anshorut daulah (JAD).

Salah satunya bernama Solimah, istri teroris ini lebih radikal dibanding suaminya, ia lebih memilih meledakkan diri, dari pada ditangkap polisi. Pernyataan Solimah tersebut diambil ketika pengintrogasian dan ia berkata demikian tanpa berpikir panjang.

Meski begitu peran perempuan sangat penting untuk menanggulangi radikalisme, karena di Indonesia perempuan sebagai ibu menuntut untuk banyak mendidik anak, dari sini peran perempuan harus digunakan sebaik-baiknya untuk melawan radikalisme.

Perempuan harus berpendidikan, terkhusus pendidikan agama dengan sanad guru yang jelas agar bisa mendidik anaknya dengan baik dan seorang anak akan memproteksi dirinya dari paham radikalisme ketika sudah dididik dengan baik sejak dini. Karena radikalisme memiliki ciri kekerasan, sedangkan ajaran agama yang bijak tidak menganjurkan penganutnya melakukan kekerasan.[]

Reni Sujinah

Reni Sujinah

Terkait Posts

Melawan Perundungan

Melawan Perundungan dengan Asik dan Menyenangkan

9 Juli 2025
Nikah Massal

Menimbang Kebijakan Nikah Massal

8 Juli 2025
Intoleransi di Sukabumi

Intoleransi di Sukabumi: Ketika Salib diturunkan, Masih Relevankah Nilai Pancasila?

7 Juli 2025
Retret di sukabumi

Pengrusakan Retret Pelajar Kristen di Sukabumi, Sisakan Trauma Mendalam bagi Anak-anak

7 Juli 2025
Ahmad Dhani

Ahmad Dhani dan Microaggression Verbal pada Mantan Pasangan

5 Juli 2025
Tahun Hijriyah

Tahun Baru Hijriyah: Saatnya Introspeksi dan Menata Niat

4 Juli 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Pernikahan Tradisional

    Sadar Gender Tak Menjamin Bebas dari Pernikahan Tradisional

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kemanusiaan sebagai Fondasi dalam Relasi Sosial Antar Manusia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mengapa Perempuan Lebih Religius Daripada Laki-laki?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mengapa Pengalaman Biologis Perempuan Membatasi Ruang Geraknya?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mengebiri Tubuh Perempuan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Melawan Perundungan dengan Asik dan Menyenangkan
  • Ketika Perempuan Tak Punya Hak atas Seksualitas
  • Relasi Imam-Makmum Keluarga dalam Mubadalah
  • Mengebiri Tubuh Perempuan
  • Mengapa Perempuan Lebih Religius Daripada Laki-laki?

Komentar Terbaru

  • M. Khoirul Imamil M pada Amalan Muharram: Melampaui “Revenue” Individual
  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID