• Login
  • Register
Kamis, 23 Maret 2023
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom

Perempuan Mandiri: Potret Manusia yang Berdaya

Perempuan mandiri mampu menentukan pilihan, menurut saya bisa dibentuk sejak dini. Bahkan sejak anak-anak sudah menunjuk mau pilih mainan yang mana, mau pakai baju apa, hingga makan dengan siapa.

Rofi Indar Parawansah Rofi Indar Parawansah
04/05/2022
in Personal
0
perempuan mandiri

perempuan mandiri

91
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Perempuan mandiri? Kenapa tidak? Bukankah perempuan mandiri adalah potret atau salah satu bentuk manusia yang berdaya?

Sejak kecil kita sering diajarkan untuk memiliki sifat mandiri. Entah itu dengan membiasakan anak untuk bisa makan sendiri tanpa disuapi, atau dibiasakan supaya bisa tidur di kamar sendirian. Untuk anak perempuan, biasanya sudah diajarkan untuk mengerjakan pekerjaan domestik, seperti menyapu, mencuci piring, hingga mencuci pakaiannya sendiri. Tujuannya, supaya ketika ia dewasa sudah terbiasa, katanya.

Berawal dari hal-hal kecil, kita dibentuk untuk mempunyai kemandirian sejak dini. Meski pola asuh tersebut tidak diterapkan oleh seluruh orang tua, namun mayoritas orang tua berharap anaknya bisa mandiri sejak dini.

Lalu, bagaimana sifat mandiri pada manusia dewasa? Khususnya bagi kaum perempuan. Umumnya, para perempuan dewasa tentu sudah biasa makan dengan tangan sendiri, sudah berani tidur sendiri hingga bisa mengatasi masalah mereka sendiri tanpa bantuan orang tuanya.

Daftar Isi

  • Standar Perempuan Mandiri
  • Baca Juga:
  • Dalam Catatan Sejarah, Perempuan Kerap Dilemahkan
  • Perempuan Juga Wajib Bekerja
  • Webinar Zakat Peduli Perempuan Korban Kekerasan akan Digelar Nanti Malam
  • Poligami Banyak Merugikan Kaum Perempuan
  • Mandiri Secara Finansial

Standar Perempuan Mandiri

Namun, standar kemandirian perempuan ternyata tidak cukup sampai disitu. Selain hal tersebut, ada beberapa hal yang kadang tidak diajarkan oleh orang tua kepada anaknya sejak kecil, biasanya para orang tua fokus melatih kemandirian perempuan dalam mengerjakan pekerjaan domestik. Seolah menegaskan bahwa ranah perempuan hanya seputar kasur, sumur dan dapur.

Baca Juga:

Dalam Catatan Sejarah, Perempuan Kerap Dilemahkan

Perempuan Juga Wajib Bekerja

Webinar Zakat Peduli Perempuan Korban Kekerasan akan Digelar Nanti Malam

Poligami Banyak Merugikan Kaum Perempuan

Kadang, mereka lupa memberitahu bahwa Perempuan juga harus bisa mandiri secara finansial, emosional dan psikologis.

Mengapa? Supaya perempuan bisa berdiri di atas kakinya sendiri. Supaya bisa memegang kendali atas dirinya sendiri. Supaya bebas mengekpresikan apa yang dia inginkan dan hal yang ada pada dirinya sendiri.

Suatu hari, saya melihat ada pasangan muda yang kebetulan sedang memilih perhiasan untuk seserahan pernikahan mereka nantinya. Si calon istri tak hentinya meminta pendapat calon suaminya untuk memilihkan mana yang sekiranya cin-cin yang cocok untuk ia kenakan.

Tidak ada yang salah, saat kamu meminta pendapat pasanganmu mengenai apa yang sekiranya cocok untuk kamu kenakan. Namun, kesadaran bahwa otoritas tubuhmu ada dibawah kendalimu sepenuhnya adalah kesadaran yang harus kamu bangun. Pilihlah barang yang bukan hanya bagus menurut pasanganmu, tapi pilihlah yang menurutmu cocok dan nyaman kamu kenakan.

Kenyamanan dan rasa percaya diri yang kamu dapatkan saat mengenakan perhiasan tersebut seharusnya menjadi point utama saat menentukan pilihan. Daripada kamu berusaha untuk memenuhi kepuasaan pasanganmu dengan mengorbankan keinginanmu sendiri, hal ini justru bisa menjadi boomerang di kemudian hari.

Terdengar egois memang, tapi kita juga harus bisa menghargai diri kita sebagai permpuan seutuhnya dengan memberinya hak untuk mengekspresikan keinginannya, selama keinginan tersebut tidak melanggar norma di masyarakat.

Perempuan mandiri mampu menentukan pilihan, menurut saya bisa dibentuk sejak dini. Bahkan sejak anak-anak sudah menunjuk mau pilih mainan yang mana, mau pakai baju apa, hingga makan dengan siapa. Mungkin dari hal kecil ini kita bisa belajar untuk memberinya kesempatan atas pilihan yang ia inginkan. Memberikan kesempatan anak untuk mengatakan keinginannya dan menyuarakan pendapatnya adalah salah satu langkah membangun rasa percaya pada dirinya sendiri.

Mandiri Secara Finansial

Lalu, mengapa perempuan harus bisa mandiri secara finansial?

Salah satunya supaya dia tidak kehilangan otoritas atas dirinya sendiri. Pada perempuan yang memilih menikah muda, saya pernah bertanya tentang alasan mereka memilih menikah di usia yang relatif muda, 18 tahun.

Mereka menjawab, karena tidak tahu lagi harus berbuat apa. Sadar bahwa mereka tidak bisa menghidupi dirinya sendiri dan orang tua sudah tidak sanggup membiayai, maka jalan alternatifnya adalah menikah. Menggantungkan resiko finansial kita kepada orang lain. Tentu, tidak semua perempuan menikah muda karena alasan demikian.

Lalu bagaimana kehidupan after married nya?

Ya begitu, beruntung jika yang mereka nikahi adalah lelaki mapan dan sadar bahwa ia punya tanggung jawab dan kewajiban menafkahi istrinya. Kalau yang dinikahinya adalah sama-sama anak muda dengan landasan euforia yang bernama cinta, ya ujungnya membebani orang tua.

Saat perempuan mandiri secara finansial entah sebelum menikah atau setelah menikah, maka ia punya “kekuatan” bekal untuk melindungi dirinya sendiri, menurut saya.

Perempuan mandiri dengan finansial stabil tidak akan terlalu merasa tertekan saat ditanya “kapan nikah?” oleh para tetangga. Keluarga pun tidak akan begitu berani memaksakan kehendaknya kepada anak perempuan yang sudah bisa menghidupi dirinya sendiri.

Setelah menikah, Perempuan yang memiliki kemandirian finansial, psikologis serta kemampuan mengendalikan emosi yang baik, tidak akan bergantung sepenuhnya kepada suami. Menjalin hubungan rumah tangga haruslah setara, ada hak istri dan hak suami. Ada suara istri dan suara suami. Bermusyawarah untuk mufakat, tidak menitik beratkan pada satu pihak adalah harapan yang ingin diraih melalui proses kemandirian para perempuan.

Mengajarkan anak perempuan pekerjaan domestik sejak dini memang baik, namun jangan sampai menutup rasa percaya diri dan mimpi-mimpinya dengan memberikan batasan, karena ia perempuan. Jadi kalau masih ada yang komentar bahwa menjadi perempuan mandiri diartikan dengan bisa mengangkat galon, dan memasangkan tabung gas.

Ya jelas beda!

Meski perempuan sekarang, sudah banyak yang bisa. Pokoknya selama masih ada laki-laki, entah Ayah atau Kakak, ya mereka yang pasang tabung gas. Bagaimana, perempuan mandiri itu keren kan?[]

Tags: Financial FreedomIndependentKemandirianMandiriperempuan
Rofi Indar Parawansah

Rofi Indar Parawansah

Perempuan belajar menulis

Terkait Posts

Menjadi Minoritas

Refleksi: Sulitnya Menjadi Kaum Minoritas

21 Maret 2023
Rethink Sampah

Meneladani Rethink Sampah Para Ibu saat Ramadan Tempo Dulu

20 Maret 2023
Perempuan Bukan Sumber Fitnah

Ingat Bestie, Perempuan Bukan Sumber Fitnah

18 Maret 2023
Pembuktian Perempuan

Cerita tentang Raisa; Mimpi, Ambisi, dan Pembuktian Perempuan

18 Maret 2023
Ibu Rumah Tangga

Ibu Rumah Tangga: Benarkah Pengangguran?

17 Maret 2023
Patah Hati

Patah Hati? Begini 7 Cara Stoikisme dalam Menyikapinya, Yuk Simak!

16 Maret 2023
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Perayaan Nyepi

    Nilai Inklusif dalam Perayaan Nyepi 2023

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ramadan dan Nyepi; Lagi-lagi Belajar Toleransi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Islam Adalah Agama yang Menjadi Rahmat Bagi Seluruh Alam Semesta

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tips Aman Berpuasa untuk Ibu Hamil dan Menyusui

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Siti Walidah: Ulama Perempuan Progresif Menolak Peminggiran Peran Perempuan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Rahmat Allah Swt Untuk Orang Islam dan Orang Kafir
  • Islam Adalah Agama yang Menjadi Rahmat Bagi Seluruh Alam Semesta
  • Ramadan dan Nyepi; Lagi-lagi Belajar Toleransi
  • Nilai Inklusif dalam Perayaan Nyepi 2023
  • Pentingnya Pembagian Kerja Istri dan Suami

Komentar Terbaru

  • Perempuan Boleh Berolahraga, Bukan Cuma Laki-laki Kok! pada Laki-laki dan Perempuan Sama-sama Miliki Potensi Sumber Fitnah
  • Mangkuk Minum Nabi, Tumbler dan Alam pada Perspektif Mubadalah Menjadi Bagian Dari Kerja-kerja Kemaslahatan
  • Petasan, Kebahagiaan Semu yang Sering Membawa Petaka pada Maqashid Syari’ah Jadi Prinsip Ciptakan Kemaslahatan Manusia
  • Berbagi Pengalaman Ustazah Pondok: Pentingnya Komunikasi pada Belajar dari Peran Kiai dan Pondok Pesantren Yang Adil Gender
  • Kemandirian Perempuan Banten di Makkah pada Abad ke-20 M - kabarwarga.com pada Kemandirian Ekonomi Istri Bukan Melemahkan Peran Suami
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist