• Login
  • Register
Minggu, 3 Juli 2022
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom

Perempuan Pemberi Nafkah Masa Nabi

Mubadalah Mubadalah
13/09/2016
in Kolom
0
26
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Terekam kuat di benak banyak orang kalau perempuan itu dinafkahi bukan menafkahi. Dilindungi bukan melindungi. Dijaga bukan menjaga. Dikawal bukan mengawal. Atas asumsi ini, mereka diminta taat, patuh, bahkan tunduk sepenuhnya pada yang menafkahi, melindungi, menjaga dan mengawal.

Dalam Islam, memberi nafkah bukan untuk memaksa. Melindungi bukan untuk menguasai.

Tahukah kita, bahwa pada masa Nabi Saw banyak perempuan yang justru memberi nafkah? Apakah menafkahi artinya menguasai dan dinafkahi berarti harus mentaati?

Setidaknya beberapa sumber hadis dan sejarah mencatat empat nama perempuan pemberi nafkah keluarga. Khadijah, Ritah, Zaynab, dan Umm Syuraik, Radhiallahu anhum. Bisa jadi ada nama-nama lain.

Semua tahu Siti Khadijah ra adalah saudagar kaya yang melamar Nabi Saw untuk menjadi suaminya. Memberikan seluruh hartanya untuk kebutuhan keluarga dan dakwah Islam. Menenangkan Nabi ketika galau saat pertama kali menerima Wahyu. Beriman saat banyak orang masih kafir. Mengajak dan mengawal Nabi saat pergi bertemu Pendeta Buhaira. Dan melindungi dari segala hinaan dan siksaan Quraish. Khadijah perempuan dan Nabi laki-laki.

Sahih Bukhari mencatat bahwa nama Zaenab ra yang memberi nafkah kepada suami dan anak-anak mereka (no. Hadis: 1489). Thabaqat Ibn Sa’d juga mencatat nama Ritah sebagai pemberi nafkah keluarga mereka. Ia bekerja di industri rumahan, kalo Zaenab ra tidak tercatat jenis pekerjaannya. Nabi Saw mengapresiasi kerja dan tanggung jawab mereka. Seperti biasa, itu dianggap sesuatu yang terpuji dan berhak atas pahala.

Baca Juga:

Stigma Duda, Laki-laki yang Menjadi Korban Patriarki

5 Sikap Lagertha, Pemimpin Perempuan dalam Serial Vikings yang Patut Dicontoh

Bisakah Kampus Menjadi Ruang Aman bagi Perempuan?

Pergolakan Hidup Perempuan dan Obrolan Menarik Bersamanya

Umm Syuraik ra dicatat dalam Sahih Muslim sebagai perempuan dermawan (no. Hadis: 7573). Tidak hanya kepada keluarga, tetapi masyarakat luas. Rumahnya sering menjadi tempat penginapan tamu dan orang-orang yang tuna wisma. Ketika Fatimah bint Qays ra dicerai suami, ia ditampung di rumah Umm Syuraik ra.

Dalam Islam, memberi nafkah bukan untuk memaksa. Melindungi bukan untuk menguasai. Siapapun yang mampu melakukanya adalah menjadi tanggungjawabnya untuk memberi dan melindungi. Laki-laki maupun perempuan. Semua ini, dalam Islam, tidak boleh menjadi media penundukan apalagi pemaksaan dan penguasaan. Tetapi sebagai perwujudan dari kerjasama dalam memikul tanggung jawab dan saling tolong menolong.

Penulis: Faqihuddin Abdul Kodir

Tags: keluarganafkahperempuanperempuan pemberi nafkahsahabat nabi
Mubadalah

Mubadalah

Portal Informasi Popular tentang relasi antara perempuan dan laki-laki yang mengarah pada kebahagiaan dan kesalingan dalam perspektif Islam.

Terkait Posts

Stigma Duda

Stigma Duda, Laki-laki yang Menjadi Korban Patriarki

2 Juli 2022
Ruang Aman bagi Perempuan

Bisakah Kampus Menjadi Ruang Aman bagi Perempuan?

2 Juli 2022
Perbuatan Baik

Bagaimana Menyikapi Perbuatan Baik yang Bertepuk Sebelah Tangan?

1 Juli 2022
Korban Kekerasan

UU TPKS Melarang Menikahkan Korban Kekerasan dengan Pelaku

1 Juli 2022
Era Digital 4.0

Teknologi dan Tantangan Manusia Memasuki Era Digital 4.0

1 Juli 2022
Korban Kekerasan Seksual

5 Hal Penting yang Perlu Diperhatikan saat Menghadapi Korban Kekerasan Seksual

30 Juni 2022

Discussion about this post

No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Stigma Duda

    Stigma Duda, Laki-laki yang Menjadi Korban Patriarki

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • 5 Sikap Lagertha, Pemimpin Perempuan dalam Serial Vikings yang Patut Dicontoh

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Bisakah Kampus Menjadi Ruang Aman bagi Perempuan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kesetaraan Gender dalam Perspektif Tokoh Perempuan Nahdlatul Ulama Masa Kini

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • 3 Amalan di Bulan Dzulhijjah yang Mendatangkan Banyak Pahala

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Berdosakah Istri Meminta Cerai: Perspektif Mubadalah
  • Puasa Dzulhijjah Hanya 3 Hari, Bolehkah?
  • Stigma Duda, Laki-laki yang Menjadi Korban Patriarki
  • Puasa Dzulhijjah Tapi Tidak Berurutan, Bolehkah?
  • 5 Sikap Lagertha, Pemimpin Perempuan dalam Serial Vikings yang Patut Dicontoh

Komentar Terbaru

  • Tradisi Haul Sebagai Sarana Memperkuat Solidaritas Sosial pada Kecerdasan Spiritual Menurut Danah Zohar dan Ian Marshal
  • 7 Prinsip dalam Perkawinan dan Keluarga pada 7 Macam Kondisi Perkawinan yang Wajib Dipahami Suami dan Istri
  • Konsep Tahadduts bin Nikmah yang Baik dalam Postingan di Media Sosial - NUTIZEN pada Bermedia Sosial Secara Mubadalah? Why Not?
  • Tasawuf, dan Praktik Keagamaan yang Ramah Perempuan - NUTIZEN pada Mengenang Sufi Perempuan Rabi’ah Al-Adawiyah
  • Doa agar Dijauhkan dari Perilaku Zalim pada Islam Ajarkan untuk Saling Berbuat Baik Kepada Seluruh Umat Manusia
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2021 MUBADALAH.ID

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Login
  • Sign Up

© 2021 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist