• Login
  • Register
Minggu, 6 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Publik

Peristiwa Proklamasi Tak Hanya Milik Laki-Laki

Pada saat proklamasi kemerdekaan, ada banyak perempuan yang turut hadir dalam peristiwa tersebut

Belva Rosidea Belva Rosidea
19/08/2023
in Publik, Rekomendasi
0
Peristiwa Proklamasi

Peristiwa Proklamasi

738
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Perayaan 17 Agustus kita peringati dengan upacara bendera di berbagai tempat, termasuk di istana negara. Salah satu yang menarik dari momentum upacara kemerdekaan di Istana Negara ini adalah hadirnya para tokoh publik bersama dengan pasangannya. Di mana mereka menggunakan pakaian adat dari berbagai daerah di Indonesia.

Bapak presiden hadir didampingi ibu negara. Begitu pula yang lain dengan istrinya masing-masing. Hal tersebut mengingatkan kita bahwa kemerdekaan dapat kita raih tak hanya berkat para kaum laki-laki saja. Namun juga melibatkan peran perempuan di dalamnya.

Demikian pula saat peristiwa proklamasi kemerdekaan 78 tahun silam. Tentunya ada kontribusi perempuan yang turut menjadikan hari bersejarah tersebut terlaksana.

Sejarah kemerdekaan bangsa ini begitu panjang dan penuh perjuangan yang didalamnya banyak mengajarkan kesejajaran peran laki-laki dan perempuan, atau kesalingan suami-istri dalam kehidupan rumah tangga. Yakni mereka para pejuang kemerdekaan yang terdidik rasa nasionalisme dalam cita-cita perjuangan yang sama.

Perempuan-perempuan Indonesia kala itu sungguh perempuan yang kuat fisik dan mentalnya. Karena harus melepas dan menyaksikan suami, ayah, anak laki-laki atau saudara laki-lakinya turun ke medan perang.

Sebagaimana pesan Sudiro, sekretaris Ahmad Subardjo kepada istrinya ketika menjelang peristiwa proklamasi kemerdekaan, “sekarang kita harus benar-benar mengadakan pembagian pekerjaan. Kau bersama anak-anak harus tinggal di rumah saja. Kau cukup terdidik di dalam pergerakan nasional, sehingga kau pasti mengerti konsekuensi dari Proklamasi hari ini. Kalau sampai aku tidak pulang, kau tahu apa yang harus kau kerjakan. Semoga kita semua selamat.”

Baca Juga:

Film Rahasia Rasa Kelindan Sejarah, Politik dan Kuliner Nusantara

ISIF akan Gelar Halaqoh Nasional, Bongkar Ulang Sejarah Ulama Perempuan Indonesia

Pesan Pram Melalui Perawan Remaja dalam Cengkeraman Militer

Pak Bahlil, Kritik Tambang Bukan Tanda Anti-Pembangunan

Peran Perempuan dalam Persiapan Proklamasi

Pesan tersebut tentu tidak bermaksud mengerdilkan peran perempuan dalam persiapan proklamasi. Justru sebaliknya menandakan bahwa perempuan berperan besar dalam keberhasilan peristiwa proklamasi kemerdekaan meski hanya di belakang panggung.

Keadaan 17 Agustus 1945 kala itu tidak menentu karena kekosongan kekuasaan setelah Jepang menyerah pada sekutu bisa saja menimbulkan bahaya tersendiri. Dalam situasi saat itu berbagi tugas antara suami dan istri adalah solusi terbaik, sehingga ketika perempuan diminta untuk tetap tinggal di rumah bukan berarti mendomestikasikan peran perempuan.

Mengenal sejarah dengan mengenang tokoh di dalamnya dapat menjadi salah satu cara menghargai jasa para pendahulu bangsa. Namun nyatanya masih banyak jasa para pahlawan perempuan yang luput kita ketahui.  Demikian pula pada saat proklamasi kemerdekaan, ada banyak perempuan yang turut hadir dalam peristiwa tersebut, beberapa di antaranya ialah:

Satsuki Mishima

Satsuki Mishima merupakan asisten rumah tangga Laksamana Maeda. Meskipun dirinya adalah perempuan berdarah Jepang, namun ia berada di pihak Bangsa Indonesia sama halnya dengan Laksamana Maeda.

Ketika Laksamana Maeda meminjamkan rumahnya untuk menjadi tempat yang aman dalam penyusunan teks proklamasi, Satsuki Mishima lah yang meminjamkan mesin ketik ke kantor Militer Jepang, sehingga Sayuti Melik dapat mengetik teks proklamasi yang masih terngiang bunyinya hingga saat ini.

Kontribusi Satsuki Mishima tak hanya sampai di situ. Peristiwa proklamasi 17 Agustus 1945 bertepatan dengan bulan Ramadan. Di mana kewajiban berpuasa tetap melekat untuk para pendiri bangsa yang beragama muslim. Satsuki Mishima kemudian juga menyiapkan makanan sahur untuk banyak orang yang hadir di sana, karena mayoritas menjalankan ibadah puasa.

Peran perempuan di dapur kerapkali tidak terlihat. Namun kerap pula tak kita sadari bahwa berbekal dari dapur-dapur perempuan lah banyak hal hebat mendapatkan energi untuk terwujud menjadi nyata.

Fatmawati

Banyak dari kita yang tak asing mendengar nama salah satu istri Soekarno ini. Fatmawati terkenal sebagai seorang yang menjahit bendera merah putih yang dikibarkan pada saat peristiwa proklamasi 78 tahun lalu.

Tak hanya itu, Fatmawati juga berperan dalam mengadakan dapur umum untuk memberi suplai makanan kepada ratusan masyarakat yang sukarela membentuk benteng manusia di sekeliling tempat pelaksanaan proklamasi kemerdekaan. Yakni rumah Soekarno di Jalan Pegangsaan Timur No.56 demi menjaga keamanan agenda proklamasi. Kelompok inilah yang kemudian terkenal dengan Barisan Berani Mati.

Trimurti

Sama halnya dengan Satsuki Mishima, nama Trimurti juga masih asing di telinga sebagian besar masyarakat Indonesia. Surastri Karma Trimurti atau S.K. Trimurti adalah istri dari Sayuti Melik. Selain karena mendampingi suaminya, dirinya turut hadir dalam peristiwa proklamasi sebagai tokoh yang bertindak membawa baki bendera.

Awalnya, Trimurti sempat diminta oleh Bung Karno untuk menjadi pengerek bendera, namun ia menolak dengan alasan seharusnya tugas itu dilakukan oleh seorang prajurit. Kemudian Trimurti menyodorkan baki kepada Latief Hendraningrat.

“Aku hanya sebagai ‘abdi’ yang menyerahkan jiwa raga kepada tujuan untuk memerdekakan Indonesia. Tetapi aku bukan termasuk arsiteknya, bukan designernya”, begitulah ucapan Trimurti dengan penuh kerendahan hati atas perannya dalam memperjuangkan kemerdekaan. []

Tags: Dirgahayu RIIndonesiakemerdekaanPahlawan PerempuanProklamasisejarah
Belva Rosidea

Belva Rosidea

General Dentist

Terkait Posts

Film Rahasia Rasa

Film Rahasia Rasa Kelindan Sejarah, Politik dan Kuliner Nusantara

6 Juli 2025
Ancaman Intoleransi

Menemukan Wajah Sejati Islam di Tengah Ancaman Intoleransi dan Diskriminasi

5 Juli 2025
Ahmad Dhani

Ahmad Dhani dan Microaggression Verbal pada Mantan Pasangan

5 Juli 2025
Tahun Hijriyah

Tahun Baru Hijriyah: Saatnya Introspeksi dan Menata Niat

4 Juli 2025
Rumah Tak

Rumah Tak Lagi Aman? Ini 3 Cara Orang Tua Mencegah Kekerasan Seksual pada Anak

4 Juli 2025
Gerakan KUPI

Berjalan Bersama, Menafsir Bersama: Epistemic Partnership dalam Tubuh Gerakan KUPI

4 Juli 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Gerakan KUPI

    Berjalan Bersama, Menafsir Bersama: Epistemic Partnership dalam Tubuh Gerakan KUPI

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kisah Jun-hee dalam Serial Squid Game dan Realitas Perempuan dalam Relasi yang Tidak Setara

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • ISIF akan Gelar Halaqoh Nasional, Bongkar Ulang Sejarah Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Islam Memuliakan Orang yang Bekerja

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kholidin, Disabilitas, dan Emas : Satu Tangan Seribu Panah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Film Rahasia Rasa Kelindan Sejarah, Politik dan Kuliner Nusantara
  • Bekerja itu Ibadah
  • Menemukan Wajah Sejati Islam di Tengah Ancaman Intoleransi dan Diskriminasi
  • Jangan Malu Bekerja
  • Yang Benar-benar Seram Itu Bukan Hidup Tanpa Nikah, Tapi Hidup Tanpa Diri Sendiri

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID