• Login
  • Register
Jumat, 25 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Film

Perjalanan Penerimaan dari Film Sore: Istri Masa Depan

Film SORE: Istri Dari Masa Depan telah mengajarkan banyak hal tentang perjalanan penerimaan dan keikhlasan.

Ihza Maulina Ihza Maulina
24/07/2025
in Film
0
Perjalanan Penerimaan

Perjalanan Penerimaan

1k
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Tepat 10 Juli 2025 kemarin, Film SORE: Istri Dari Masa Depan secara serentak mulai tayang di bioskop dan sepertinya disambut antusias oleh pemuda-pemudi yang sedang mencari jati diri dalam perjalanan penerimaan. Haha, betul atau tidak?

Pemuda-pemudi yang menonton film itu pasti juga sedang merefleksikan dirinya sendiri. Tentang masa lalu yang tidak bisa kita ubah, rasa sakit yang tidak mudah tersembuhkan, atau waktu yang tidak bisa terulang. Selain dari pada itu, kematian yang tidak bisa terhindari oleh siapa pun.

Poster film ini juga menarik dari cara penyajiannya. Poster Film SORE menggambarkan sosok Jonathan yang berdiri di anak tangga paling atas dan potret Sore yang berpegangan pergelangan tangan Jonathan. Menariknya, poster ini memperlihatkan potret Sore berjumlah 13 dengan emosi yang berbeda.

Setelah saya menonton filmnya, ternyata benar, ada 13 plot dari adegan Sore tersaji dalam film ini dengan hasil emosi yang berbeda-beda. Emosi tersebut bermula dari senyuman penuh harapan, sedih, kecewa, marah dan terakhirnya senyuman penuh penerimaan.

Film SORE ini menggambarkan cerita romansa dari Sore dan Jonathan disertai plot-plot fantasi dengan setting tempat yang diambil dari beberapa negara. Saya tidak akan terlalu banyak membahas dari sinopsisnya, namun review ini akan lebih banyak mengupas bagaimana perjalanan penerimaan Sore sebagai istri masa depan Jonathan.

Baca Juga:

Anak Bukan Milik Orang Tua

Para Suami, Jangan Biarkan Kembang Layu di Atas Ranjang

“Nyanyi Sunyi dalam Rantang”: Representasi Perjuangan Perempuan Melawan Ketidakadilan

Mengapa Zina dilarang Agama?

Tentang Usaha Sore Mengubah Jonathan

Dion Wiyoko berperan sebagai Jonathan. Ia adalah seorang fotografer yang selalu mengabaikan kesehatannya dan fokus pada dunia pekerjaannya. Selain itu, Jonathan juga suka merokok dan minum alkohol yang katanya dapat merilekskan pikiran-pikirannya.

Karakter ini berkebalikan dengan Sore yang diperankan oleh Sheila Dara Aisha. Sore berperan sebagai istri dari masa depan Jonathan yang hadir untuk mengubah Jonathan menjadi lebih baik. Hmm, plot yang paling menggemaskan bagi para perempuan seperti Sore yaitu saat Jonathan menganggap hidupnya baik-baik saja.

Sore memiliki karakter yang rapih, tegas dan disiplin. Sebetulnya saya tidak tahu pasti karena Sore hadir di kehidupan masa lalu Jonathan berperan untuk membuatnya berubah. Perempuan ini telah mengetahui semuanya tentang kehidupan Jonathan dan kapan waktunya akan berakhir. Sore memiliki kesempatan untuk mengubah Jonathan hingga 13 plot tersebut dihadirkan secara berulang-ulang. Sore selalu gagal untuk mengubah Jonathan karena dari diri Jonathan sendiri tidak mau berubah.

Lalu Sore mengubah Jonathan mulai dari menghentikan kebiasaannya tidur larut malam. Jonathan lebih suka bekerja di malam hari karena idenya keluar di malam hari. Lantas Sore mengusulkan untuk mengerjakannya di pagi hari, namun Jonathan selalu sulit untuk bangun pagi. Sore mulai memaksa Jonathan untuk bangun pagi dan mengajaknya lari pagi.

Selain itu Sore juga membuang semua rokok dan alkohol Jonathan demi kesehatan Jonathan. Sore mulai mengajak Jonathan untuk memakan buah-buahan dan sayuran. Semuanya Sore upayakan karena Sore tahu Jonathan akan meninggal di usia mudanya jika Jonathan tetap mengkonsumsi rokok dan alkohol.

Usaha Sore untuk mengubah Jonathan ternyata tidak berhasil menghindari waktu kematian Jonathan. Seperti apa yang diungkapkan Marko dalam film ini, “kematian, rasa sakit dan masa lalu tidak bisa diubah”.

Kalimat ini bukan sekedar nasehat bagi para penonton, namun kalimat ini menggambarkan isi cerita yang akan disampaikan. Sebaik apa pun usaha Sore untuk mengubah Jonathan, namun Sore tidak berhasil mengubah waktu dan kematian Jonathan.

Perjalanan Penerimaan Sore: Antara Usaha, Waktu dan Takdir

Usaha Sore untuk mengubah Jonathan sangat baik. Sore menemani Jonathan bertumbuh mulai dari berhenti merokok, tidak minum alkohol, olahraga pagi, makan makanan sehat, dan tidak tidur larut malam. Namun, ada satu plot yang sulit untuk ditembus oleh Sore yaitu luka Jonathan tentang ayahnya.

Sore berusaha mengubah luka itu menjadi hangat dengan cara menemukan antara Jonathan dan ayahnya. Sore menganggap bahwa Jonathan bisa mengobrol lagi dengan ayahnya agar rasa sakitnya hilang. Namun, usaha Sore selalu gagal untuk menemui ayah Jonathan karena kehabisan waktu.

Artinya, Sore sebagai istri masa depan Jonathan harus bisa menerima luka-luka dari masa lalu Jonathan. Sore tidak bisa mengubah masa lalu Jonathan dan ayahnya. Akhirnya, pada akhir plot adegan ke 13, Sore menerima semua luka masa lalu Jonathan dan akan tetap memilihnya sebagai suami di masa depannya.

Emosional Sore mulai teraduk saat masa lalu, masa sekarang dan masa depan bersinggungan. Sore mulai sadar bahwa ada sesuatu yang tidak bisa berubah dari seorang Jonathan, yaitu masa lalu, rasa sakit dan kematiannya.

Maka, Sore hanya perlu untuk menerima masa lalu Jonathan. Sore hanya perlu menemani Jonathan sembuh secara perlahan dari rasa sakitnya. Selain itu Sore juga hanya perlu mengikhlaskan kematian Jonathan. Film SORE: Istri Dari Masa Depan telah mengajarkan banyak hal tentang perjalanan penerimaan dan keikhlasan.

Melalui Sore kita belajar bahwa kita sebagai manusia tidak pernah luput dari kesalahan atau kebiasaan buruk. Manusia hanya perlu berubah menjadi versi dirinya yang lebih baik.

Manusia tidak bisa mengubah waktu dan takdir kematiannya. Ini mengingatkan saya pada buku The 7 Habits of Highly Effective People yang ditulis oleh Stephen R. Covey. Buku ini juga persis seperti amanat yang disampaikan pada film Sore yaitu perubahan yang efektif ialah dari dalam dirinya sendiri. []

Tags: Film IndonesiaFilm Sore Istri dari Masa DepankematianKesehatan MentalPerjalanan PenerimaanRelasitakdir
Ihza Maulina

Ihza Maulina

Aktivis Perempuan Pekalongan

Terkait Posts

Nyanyi Sunyi dalam Rantang

“Nyanyi Sunyi dalam Rantang”: Representasi Perjuangan Perempuan Melawan Ketidakadilan

24 Juli 2025
Film Sore

Refleksi Difabel dalam Narasi Film Sore: Istri dari Masa Depan

22 Juli 2025
Film Sultan Agung

Peran Perempuan dan Perjuangannya dalam Film Sultan Agung

11 Juli 2025
Film Rahasia Rasa

Film Rahasia Rasa Kelindan Sejarah, Politik dan Kuliner Nusantara

6 Juli 2025
Squid Game

Kisah Jun-hee dalam Serial Squid Game dan Realitas Perempuan dalam Relasi yang Tidak Setara

3 Juli 2025
Nurhayati Subakat

Nurhayati Subakat, Perempuan Hebat di Balik Kesuksesan Wardah

26 Juni 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Pengelolaan Sampah

    Ulama Perempuan Serukan Pelestarian Alam dan Pengelolaan Sampah Berkelanjutan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Anak Bukan Milik Orang Tua

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sah Tapi Nggak Terdaftar, Nikah Sirri dan Drama Legalitasnya

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tangan Kuat Perempuan dalam Dunia Kerja

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tubuh, Cinta, dan Kebebasan: Membaca Simone de Beauvoir Bersama Rumi dan al-Hallaj

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • PRT Bukan Pekerja yang Rendah dan Lemah
  • Rewire Otakmu dengan Secarik Kertas: Cara Sederhana untuk Menemukan Arah Hidup yang Hilang
  • Islam Mengharamkan Kekerasan terhadap PRT
  • Tubuh, Cinta, dan Kebebasan: Membaca Simone de Beauvoir Bersama Rumi dan al-Hallaj
  • Ulama Perempuan Serukan Pelestarian Alam dan Pengelolaan Sampah Berkelanjutan

Komentar Terbaru

  • M. Khoirul Imamil M pada Amalan Muharram: Melampaui “Revenue” Individual
  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID