• Login
  • Register
Kamis, 3 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Film

Pesan Moral dalam Film Tuhan Izinkan Aku Berdosa

Sikap Kiran untuk meninggalkan semuanya dan memilih jalan hidup yang baru merupakan bentuk dari perjalanan pencarian jati diri

Khairun Niam Khairun Niam
28/05/2024
in Film
0
Film Tuhan Izinkan Aku Berdosa

Film Tuhan Izinkan Aku Berdosa

13k
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Produser ternama Hanung Bramantyo kembali merilis film berjudul “Tuhan Izinkan Aku Berdosa”. Film yang mengadaptasi dari sebuah novel “Tuhan Izinkan Aku Menjadi Pelacur” karya Muhidin M Dahlan ini rilis pertama kali pada Rabu, 22 Mei 2024.

Film Tuhan Izinkan Aku Berdosa ini diperankan oleh sejumlah aktor dan aktris ternama seperti Aghniy Haque, Djenar Maesa Ayu, Andri Mashadi, dan Donny Damara. Secara umum film ini mengisahkan sikap seorang hamba yang sangat kecewa dengan takdir Tuhan hingga memilih jalan yang berbeda.

Gambaran Umum Film Tuhan Izinkan Aku Berdosa

Adegan yang cukup berani dibuka oleh kiran (Aghnie Haque) seorang perempuan religius dan cerdas yang masuk dalam organisasi kegamaan radikal. Dalam adegan tersebut Kiran menjelaskan terkait konsep sebuah negara yang harus menganut ajaran al-Qur’an dan Hadis.

Dalam kehidupannya Kiran merupakan orang yang taat beragama dan menerapkan syariat Islam. Namun, semua itu berubah ketika Kiran difitnah oleh ulama yang seharusnya menjadi panutan dalam organisasinya.

Kekecewaan yang Kiran hadapi bertambah besar ketika orang-orang di sekitarnya percaya dengan fitnah tersebut termasuk kedua orang tuanya. Sejak saat itu Kiran merasa bahwa orang-orang yang kelihatan religius ternyata penuh dengan kemunafikan. Fitnah tersebut pada akhirnya mengubah kehidupan Kiran, dari gadis yang agamis berpindah menjadi pelacur dengan klien para politikus yang memakai topeng agama.

Sebagaimana yang penulis sampaikan di awal bahwa film ini secara umum menggambarkan kekecewaan seorang hamba kepada Tuhannya karena setelah sekian lama ia menjadi hamba yang taat, tetapi justru mendapatkan cobaan yang begitu berat dalam hidupnya.

Baca Juga:

Hak dan Kewajiban Laki-laki dan Perempuan dalam Fikih: Siapa yang Diuntungkan?

Perceraian dalam Fikih: Sah untuk Laki-Laki, Berat untuk Perempuan

Fikih yang Kerap Merugikan Perempuan

Pergeseran Narasi Pernikahan di Kalangan Perempuan

Di sisi lain film ini juga banyak mengandung pesan moral yang dapat kita jadikan sebagai pelajaran untuk kehidupan kita. Setelah menonton film ini penulis menemukan beberapa pesan moral yang terdapat dalam film, di antaranya.

Pertama, Women Suport Women

Gambaran women suport women dalam film ini terdapat pada sosok mbak Ami. Mbak Ami adalah seorang ibu kos yang Kiran tempati. Selain seorang ibu Kos mbak Ami juga merupakan orang yang kadang menerima klien pada malam hari.

Di luar pekerjaan mbak yang “nakal”, sosok mbak Ami inilah yang telah membantu Kiran ketika menghadapi cobaan dalam hidupnya. Bagaimana tidak, mbak Ami adalah satu-satunya sosok yang tidak percaya dengan fitnah yang menimpa Kiran.

Mbak Ami membantu Kiran melarikan diri dari kejaran orang-orang yang berada dalam mantan organisasinya itu. Walaupun dengan latar belakang yang tidak agamis, mbak Ami tetap menghormati ketaatan Kiran dalam beragama.

Bahkan ketika ia membawa Kiran untuk bersembunyi dalam sebuah rumah yang penuh dengan laki-laki, mbak Ami tetap menjaga Kiran. Yakni dengan memberikan pesan kepada penghuni rumah untuk tidak berbuat macam-macam kepada Kiran karena Kiran adalah orang baik-baik.

Di tengah-tengah kehidupan nyata hari ini sosok seperti mbak Ami mungkin agak sulit untuk kita temukan. Karena tidak sedikit pembullian atau penghakiman terkadang pelakunya adalah sesama perempuan. Sosok Mbak Ami setidaknya memberikan kritik atas apa yang terjadi akhir-akhir ini dan menyampaikan bahwa betapa pentingnya dukungan dari sesama perempuan. Karena sosok Mbak Ami inilah Kiran bisa kuat dan bertahan dengan cobaan dalam hidupnya.

Kedua, Kritik Terhadap Radikalisme

Film ini juga menampilkan sebuah organisasi keagamaan yang tergambarkan radikal. Di awal film sudah ditayangkan bagaimana sekelompok orang dalam organisasi ini membuat forum dengan mengangkat isu-isu seperti korupsi yang terjadi di negara ini. Di tengah-tengah penjelasa sang ustaz kemudian bertanya bagaimana cara untuk menghentikan kezaliman yang ada di negara ini. Tentu saja jawabannya adalah dengan menerapkan syariat Islam.

Di tambah lagi di akhir film terdapat adegan di mana semua anggota organisasi kegamaan ini tertangkap oleh Densus 88 karena dianggap sebagai aliran teroris. Adegan penangkapan tersebut penulis rasa sebagai gambaran sekaligus kritik bahwa orang-orang dengan pemahaman yang radikal sangat berbahaya untuk keamanan dan perdamaian di Indonesia.

Ketiga, Perempuan Berani Melawan

Dalam film ini Kiran merupakan sosok perempuan yang sangat berani. Bagaimana tidak, dia harus berhadapan dengan tiga orang laki-laki yang mempunyai pengaruh besar dan citra yang baik di tengah-tengah masyarakat. Sebut saja seperti Ustaz Darda, sosok ulama yang memfitnah Kiran, Alim Suganda seorang politikus yang agamis dan Tomo dosen Kiran di kampus yang terkenal baik.

Tiga sosok laki-laki yang Kiran hadapi bukanlah orang sembarangan. Ketiganya adalah laki-laki penguasa yang mempunyai power dan otoritas di lingkungan mereka masing-masing.

Satu dialog yang menurut penulis menggambarkan perlawanan Kiran dalam film ini adalah “jika di antara kita ada yang berbicara, siapa yang paling dipercaya?”. Dialog tersebut menggambarkan strata sosial sangat berpengaruh dalam membangun asumsi pada masyarakat. Singkatnya lo punya duit lo punya kuasa.

Keempat, Pencarian Jati Diri

Walaupun Kiran merupakan sosok yang pemberani, di sisi lain Kiran juga mengalami kekacauan emosional sehingga membuat dirinya berontak dengan batinnya sendiri. Bahkan ia berani menantang Tuhan. Adegan ini terlihat ketika di puncak gunung, Kiran dengan penuh emosional secara terang-terangan bahwa dia akan dipenuhi dengan dosa-dosa sambil melepas jilbabnya.

Selanjutnya sikap Kiran untuk meninggalkan semuanya dan memilih jalan hidup yang baru merupakan bentuk dari perjalanan pencarian jati diri. Hingga pada akhirnya melalui nasehat ayahnya Kiran menemukan bahwa setiap peristiwa yang ia alami merupakan bentuk kasih sayang Tuhan. Yakni sebuah ujian untuk hambanya agar bersabar dalam menghadapi ujian dan cobaan.

Singkatnya Film Tuhan Izinkan Aku Berdosa yang menampilkan serangkaian konflik yang terjadi pada Kiran dalam film ini dapat kita jadikan sebuah renungan. Bahwasanya banyak sekali nilai-nilai spiritual dan moral yang masih kita abaikan dalam kehidupan sehari-hari. Wallahua’lam. []

Tags: FilmJati DiriperempuanPesan MoralTuhan Izinkan Aku Berdosa
Khairun Niam

Khairun Niam

Santri yang sedang belajar menulis

Terkait Posts

Squid Game

Kisah Jun-hee dalam Serial Squid Game dan Realitas Perempuan dalam Relasi yang Tidak Setara

3 Juli 2025
Nurhayati Subakat

Nurhayati Subakat, Perempuan Hebat di Balik Kesuksesan Wardah

26 Juni 2025
Film Animasi

Belajar Nilai Toleransi dari Film Animasi Upin & Ipin

22 Juni 2025
Film Azzamine

Film Azzamine: Ketika Bentuk Proteksi Orang Tua Kepada Anak Perempuan Disalahartikan

20 Juni 2025
Tastefully Yours

Tastefully Yours : Membongkar Konstruksi Sosial dari Dapur

19 Juni 2025
Bela Negara

Pearl Eclipse: Potret Keberanian Perempuan Dalam Bela Negara

14 Juni 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Konten Kesedihan

    Fokus Potensi, Difabel Bukan Objek Konten Kesedihan!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ketika Istilah Marital Rape Masih Dianggap Tabu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Meninjau Ulang Cara Pandang terhadap Orang yang Berbeda Keyakinan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mengapa Perceraian Begitu Mudah untuk Suami?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Bisnis Mentoring Poligami: Menjual Narasi Patriarkis atas Nama Agama

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Komitmen Disabilitas untuk Isu Iklim
  • Merencanakan Anak, Merawat Kemanusiaan: KB sebagai Tanggung Jawab Bersama
  • Kisah Jun-hee dalam Serial Squid Game dan Realitas Perempuan dalam Relasi yang Tidak Setara
  • Bisnis Mentoring Poligami: Menjual Narasi Patriarkis atas Nama Agama
  • Laki-laki Juga Bisa Jadi Penjaga Ruang Aman di Dunia Digital

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID