• Login
  • Register
Jumat, 4 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Khazanah Pernak-pernik

Pesantren : Pelopor Toleransi dan Keberagaman

Nadhira Yahya Nadhira Yahya
23/08/2020
in Pernak-pernik, Personal, Publik
0
menghormati perempuan

menghormati perempuan

251
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Ketika tersebut kata pesantren, tak jarang kemudian orang-orang yang menganggapnya sebagai lembaga yang sangat eksklusif. Pesantren seringkali diberi cap sebagai institut yang tertutup, tidak mengikuti perkembangan zaman, dan ia hanya boleh dimasuki oleh orang-orang yang notabennya ingin belajar agama saja.

Akan tetapi, sebenarnya tidak seburuk itu keadaannya. Hal itu justru sangat berbeda. Pesantren sangat terbuka dengan perbedaan, termasuk juga kepada orang-orang yang memiliki keyakinan berbeda. Siapa bilang pesantren gagap zaman? Pesantren justru dapat beradaptasi dengan perubahan atau dinamika sosial dan lingkungan masyarakat. Terlihat dari banyaknya musyawarah yang acap kali dilakukan oleh para santri. Isu-isu yang diangkat pun menyesuaikan dengan apa-apa yang sedang terjadi atau fenomena yang ada pada saat ini.

Tentunya, sebagai sebuah institusi, pesantren memiliki potensi sebagai agen perubahan. Walaupun tidak bisa kita nafikan juga bahwa ada beberapa pesantren yang memang masih bertahan pada corak dan ajarannya yang sangat tekstual tanpa melihat konteks suatu zaman.

But, lets not to focus on that, lets look at the bright side. Secara umum mayoritas pesantren masih banyak kok yang memiliki culture yang terbuka dan akomodatif dengan perkembangan zaman. Nah, perbedaan-perbedaan kultur di antara santri di dalam pesantren juga merupakan salah satu contoh yang justru membuat pesantren memiliki peluang dalam menghargai keragaman.

Dalam dunia pesantren, ada istilah “tasamuh” atau yang biasa kita sebut dengan “toleransi”. Toleransi tidak luput dari ajaran yang dipupuk di pesantren. Saat seseorang masuk ke dalam pesantren, secara tidak langsung ia diajarkan bagaimana mengelola keberagaman dan perbedaan menjadi suatu hal yang indah dan menggembirakan.

Baca Juga:

Berjalan Bersama, Menafsir Bersama: Epistemic Partnership dalam Tubuh Gerakan KUPI

Islam Melawan Oligarki: Pelajaran dari Dakwah Nabi

Pak Bahlil, Kritik Tambang Bukan Tanda Anti-Pembangunan

Mengapa Islam Harus Membela Kaum Lemah?

Karena biasanya, di pesantren para santri akan menemukan banyak hal baru yang kemudian ini patut dirayakan bersama. Misalnya seperti perbedaan bahasa, perbedaan daerah, adat, latar belakang budaya dan wilayah yang bervariasi. Tentu hal ini juga menjadikan para santri memiliki pola perilaku yang berbeda-beda antar satu dengan lainnya, dan ini merupakan hal yang wajar dan positif dalam hal tumbuh kembang seseorang di dalam lingkungan yang heterogen.

Untuk mereka yang berada di lingkungan pesantren juga banyak keuntungan yang dapat diambil, contohnya para santri dapat belajar dan bekerja sama dengan orang yang berbeda latar belakang dengan mereka dan hal ini adalah seperti suatu anugerah, karena bagi beberapa orang sesuatu seperti itu sangat sulit dilakukan. Hal ini tak lain disebabkan karena perbedaan latar belakang yang meliputi sosial, ekonomi, budaya, dan tradisi termasuk kepada hal-hal yang mengakar pada diri manusia.

Biasanya, standarisasi sikap pesantren yang terbuka bisa dilihat dari sejauh mana implikasinya terhadap lingkungan sekitarnya. Sikap terbuka ini tidak hanya dimiliki oleh kiai dan santrinya saja, tetapi juga pada masyarakat sekitar yang menjadikan pesantren sebagai rujukan, saran atau petuah dalam menyelesaikan masalah sosial maupun agama.

Jika kita telisik, pada masa hebohnya islamophobia yang hinggap di daerah Eropa seperti Jerman, Inggris, dan Belanda, justru Indonesia hadir dengan model baharu dengan menawarkan Islam yang ramah dan sarat kearifan lokal. Even ya we got something wrong. We know that pergantian rezim juga mempengaruhi tumbuhnya gerakan-gerakan Islam yang toleran.

Meskipun kita tahu kelompok ini datang dengan jumlah yang kecil, namun hadirnya seperti merupakan suatu ancaman yang cukup serius dalam memecah belah bangsa, pancasila, dan elemen-elemen kenegaraan lainnya. Tapi kita sudah sepakat bahwa kita gak akan fokus disana ya. Islam itu luas, tidak cukup direpresentasikan oleh secuil golongan saja. Nyatanya citra Islam yang baik masih terjaga, seperti apa yang tercermin lewat organisasi Islam terbesar di Indonesia seperti NU dan Muhammadiyah sebagai contoh.

Faktanya, secara basis struktural dan kultural, pesantren-pesantren yang ramah seperti NU masih menduduki peringkat pertama. Jumlah pesantrennya di Indonesia kurang lebih berjumlah 26.000 dan mayoritas merupakan pesantren yang terbuka. Hal ini dibuktikan dengan pahamnya yang moderat dan yang dikenal sebagai salah satu pengusung pancasila sebagai dasar Negara yang memiliki semboyan Bhineka Tunggal Ika.

Dilihat secara historis, para pendiri organisasi NU bersama para tokoh Muhammadiyah merupakan para pelaku sejarah yang turut andil dalam melawan penjajah dan mensukseskan kemerdekaan Republik Indonesia. Jadi kalau boleh saran sih mulai sekarang mulai kurangi sikap terlalu neting sama yang namanya santri atau apapun itu yang berbau pesantren. Sebagai orang yang besar di lingkungan pesantren, saya pun pernah mengalaminya.

Tapi kenyataannya, para santri juga bisa menjadi agen dalam mempersatukan nilai-nilai luhur Bangsa Indonesia. Sikap terbuka pesantren seringkali membuat masyarakat sekitar menjadikannya sebagai sumber rujukan, saran, atau petuah dalam menyelesaikan masalah sosial maupun agama. []

Nadhira Yahya

Nadhira Yahya

Terkait Posts

Oligarki

Islam Melawan Oligarki: Pelajaran dari Dakwah Nabi

4 Juli 2025
Kritik Tambang

Pak Bahlil, Kritik Tambang Bukan Tanda Anti-Pembangunan

4 Juli 2025
Islam Harus

Mengapa Islam Harus Membela Kaum Lemah?

3 Juli 2025
Isu Iklim

Komitmen Disabilitas untuk Isu Iklim

3 Juli 2025
KB sebagai

Merencanakan Anak, Merawat Kemanusiaan: KB sebagai Tanggung Jawab Bersama

3 Juli 2025
Poligami atas

Bisnis Mentoring Poligami: Menjual Narasi Patriarkis atas Nama Agama

3 Juli 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Poligami atas

    Bisnis Mentoring Poligami: Menjual Narasi Patriarkis atas Nama Agama

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Laki-laki Juga Bisa Jadi Penjaga Ruang Aman di Dunia Digital

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Komitmen Disabilitas untuk Isu Iklim

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Pak Bahlil, Kritik Tambang Bukan Tanda Anti-Pembangunan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mengapa Islam Harus Membela Kaum Lemah?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Berjalan Bersama, Menafsir Bersama: Epistemic Partnership dalam Tubuh Gerakan KUPI
  • Islam Melawan Oligarki: Pelajaran dari Dakwah Nabi
  • Pak Bahlil, Kritik Tambang Bukan Tanda Anti-Pembangunan
  • Mengapa Islam Harus Membela Kaum Lemah?
  • Komitmen Disabilitas untuk Isu Iklim

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID