• Login
  • Register
Rabu, 22 Maret 2023
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Keluarga

Pesta Pernikahan: Maslahah Atau Masalah?

Dalam pengadaan walimah, Islam tidak mengatur sesulit itu. Pesta pernikahan boleh dilakukan semampunya, tidak perlu harus memenuhi standar kemauan masyarakat sekitar kita

Sulma Samkhaty Maghfiroh Sulma Samkhaty Maghfiroh
20/08/2022
in Keluarga, Rekomendasi
0
Pesta Pernikahan

Pesta Pernikahan

355
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Pesta pernikahan seperti apa yang kamu inginkan? Pertanyaan khas dalam novel romance yang mampu membuat pembacanya lantas bermimpi akan pesta penikahan impiannya. Standar pernikahan impianpun perlahan terbangun, tanpa sempat memikirkan akankah pesta itu mendatangkan maslahah (kebaikan), atau justu menjadi masalah.

Saat sebuah tasyakuran pernikahan terhelat, ada banyak pihak yang akan terlibat di sana. Dari mulai tukang rias pengantin, tukang foto, jasa dekorasi, jasa catering, wedding organizer, persewaan gaun, gedung, hingga persewaan kursi dan gelas di tingkat RT semuanya merasakan maslahah dari sebuah pesta pernikahan. Roda perekonomian yang berputar dan melibatkan banyak orang, jelas mendatangkan maslahah bagi mereka.

Selain itu, pesta perkawinan tidak jarang menjadi ajang reuni kawan lama maupun handai taulan. Gelak tawa, senda gurau sembari sesekali menggoda pasangan pengantin baru menjadi pemandangan lumrah dalam pesta pernikahan.

Riuh rendah kegembiraan yang terpancar saat itu, jelas merupakan maslahah bagi keluarga mempelai sang pemilik hajat. Namun tak jarang, di balik hingar bingar perta, ada masalah yang tidak terelakkan bagi mereka yang terlibat, baik penyelenggara pesta, maupun tamu undangannya.

Daftar Isi

    • Haruskah Ada Pesta Pernikahan?
  • Baca Juga:
  • Prinsip Perkawinan Menjadi Norma Dasar Bagi Pasangan Suami Istri
  • Marital Rape itu Haram, Kok Bisa?
  • Pengalaman Dinafkahi Istri, Perlukah Merasa Malu?
  • Tujuan Perkawinan Dalam Al-Qur’an
    • Pesta Pernikahan dan Sekian Hal yang Menyertai
    • Walimah adalah Tasyakuran

Haruskah Ada Pesta Pernikahan?

Program tadarus subuh yang diampu oleh Kiai Faqihuddin Abdul Kodir, pekan ini mengusung tema “Haruskah ada pesta penikahan?” sukses menjadi ruang berbagi rasa terkait fenomena walimah di berbagai daerah. Dan beberapa dari itu, benar-benar sesuai dengan apa yang sering aku temui di daerahku. Pesta perkawinan seakan-akan berada di tengah-tengah antara maslahah dan masalah bagi masyarakat di daerah.

Baca Juga:

Prinsip Perkawinan Menjadi Norma Dasar Bagi Pasangan Suami Istri

Marital Rape itu Haram, Kok Bisa?

Pengalaman Dinafkahi Istri, Perlukah Merasa Malu?

Tujuan Perkawinan Dalam Al-Qur’an

Ada sebuah daerah, di mana untuk mengundang tetangga ke pesta perkawinan harus dengan kardus atau rantang berisi makanan. Sepucuk undangan tidak cukup untuk membuat mereka mau datang di pesta penikahan yang tetangganya adakan.

Ada juga daerah di mana saat mengantarkan undangan disertai dengan rokok, sabun, atau sembako, yang terhitung sebagai piutang kepada pemilik hajat. Hal ini pun diabadikan dalam sebuah kuitansi. Di mana jika yang diundang tidak dapat mengembalikan dalam bilangan yang sama, maka hal ini akan menjadi hutang yang diwariskan kepada anak turunnya. Bukankah ini sudah menjadi awal masalah dalam sebuah pesta pernikahan?

Di tempat lain, demi menghelat pesta yang memenuhi standar kemauan masyarakat, tidak jarang pemilik hajat akan berhutang dengan jumlah yang tidak sedikit. Lantas, setelah acara usai dihelat, salah satu dari anggota keluarganya harus pergi ke luar negeri untuk bekerja sebagai TKI atau TKW demi melunasi hutangnya. Acara walimah seperti ini sudah pasti menjadi masalah bagi keluarga mempelai.

Pesta Pernikahan dan Sekian Hal yang Menyertai

Pesta pernikahan dan masalah tidak hanya terjadi pada sang pemilik hajat. Di beberapa daerah, momentum ini menjadi momok yang menakutkan bagi masyarakat. Istilah kondangan bergeser menjadi “nyumbang”, karena seperti ada sebuah peraturan tidak tertulis saat mereka menghadiri pesta perkawinan, yakni dengan membawa hadiah atau amplop berisi uang.

Demi menghadiri pesta ini, tidak jarang mereka harus pontang-panting mencari pinjaman dan mengabaikan kebutuhan primernya. Sepertinya merekalah yang lebih layak menerima sumbangan, ketimbang “nyumbang” di pesta pernikahan orang. Ini juga menjadi masalah yang timbul dari sebuah acara pernikahan.

Lantas, bagaimana Islam mengatur walimah (pesta pernikahan), apakah memang sesulit itu? Ternyata, Rasulullah Saw pernah berkata kepada Abdurrahman bin Auf ketika dia menikahi perempuan Ansor. “Adakanlah pesta penikahan (walimatu-l-urs) walaupun dengan menyembelih walaupun seekor kambing, maka jika tidak mampu menyembelih seekor kambing, buatlah pesta dengan dua mud (sekitar 6 kg) gandum.”

Bukankah ini berarti Islam tidak mempersulit perayaan pernikahan. Dari hadits ini, dapat kita pastikan jika acara pernikahan seperti ini tidak akan membawa masalah, melainkan maslahah bagi pemilik hajat maupun undangannya.

Walimah adalah Tasyakuran

Kiai Faqih dalam tadarus subuhnya juga menyatakan bahwa walimah dapat kita artikan sebagai ma’dubah (makan-makan) setelah akad nikah. Jika pesta pernikahan kita dekati dengan hal ini, maka aku merasa tidak ada masalah bagi pemilik hajat.

Dan karena bentuknya yang mirip tasyakuran, maka mereka yang datang juga tidak perlu merasa tertekan dengan tradisi “nyumbang”. Bukankah tidak ada “kotak amplop uang” dalam tasyakuran? Ini jelas menjadi maslahah bagi kedua belah pihak.

Dalam pengadaan walimah, Islam tidak mengatur sesulit itu. Pesta pernikahan boleh kita lakukan semampunya, tidak perlu harus memenuhi standar kemauan masyarakat sekitar kita. Meminjam statement Ibu Nur Rofiah pada tadarus pagi tadi “Kita tidak dapat mengendalikan kemauan orang lain (dalam hal ini adalah pesta pernikahan), namun kita mampu mengendalikan diri kita untuk tidak menuruti semua kemauan orang lain.”

Memang seyogyanya yang namanya pesta adalah momen berbagi maslahah dan kebahagiaan dengan banyak orang, bukan malah menjadi masalah bagi diri sendiri dan mendatangkan masalah bagi orang lain. []

 

Tags: keluargaMafsadatmaslahahPerempuan Bukan Sumber FitnahperkawinanPesta PernikahanWalimah
Sulma Samkhaty Maghfiroh

Sulma Samkhaty Maghfiroh

Penulis Merupakan Anggota Komunitas Puan Menulis, dan berasal dari Ungaran Jawa Tengah

Terkait Posts

Perayaan Nyepi

Nilai Inklusif dalam Perayaan Nyepi 2023

22 Maret 2023
Peminggiran Peran Perempuan

Siti Walidah: Ulama Perempuan Progresif Menolak Peminggiran Peran Perempuan

21 Maret 2023
Marital Rape

Marital Rape itu Haram, Kok Bisa?

21 Maret 2023
Dinafkahi Istri

Pengalaman Dinafkahi Istri, Perlukah Merasa Malu?

20 Maret 2023
Travel Haji dan Umroh

Bagaimana Menghindari Penipuan Biro Travel Umroh dan Haji?

20 Maret 2023
Perempuan Harus Berpolitik

Ini Alasan, Mengapa Perempuan Harus Berpolitik

19 Maret 2023
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Menjadi Minoritas

    Refleksi: Sulitnya Menjadi Kaum Minoritas

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Nilai Inklusif dalam Perayaan Nyepi 2023

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Pentingnya Pembagian Kerja Istri dan Suami

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ramadan dan Nyepi; Lagi-lagi Belajar Toleransi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Islam Adalah Agama yang Menjadi Rahmat Bagi Seluruh Alam Semesta

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Rahmat Allah Swt Untuk Orang Islam dan Orang Kafir
  • Islam Adalah Agama yang Menjadi Rahmat Bagi Seluruh Alam Semesta
  • Ramadan dan Nyepi; Lagi-lagi Belajar Toleransi
  • Nilai Inklusif dalam Perayaan Nyepi 2023
  • Pentingnya Pembagian Kerja Istri dan Suami

Komentar Terbaru

  • Perempuan Boleh Berolahraga, Bukan Cuma Laki-laki Kok! pada Laki-laki dan Perempuan Sama-sama Miliki Potensi Sumber Fitnah
  • Mangkuk Minum Nabi, Tumbler dan Alam pada Perspektif Mubadalah Menjadi Bagian Dari Kerja-kerja Kemaslahatan
  • Petasan, Kebahagiaan Semu yang Sering Membawa Petaka pada Maqashid Syari’ah Jadi Prinsip Ciptakan Kemaslahatan Manusia
  • Berbagi Pengalaman Ustazah Pondok: Pentingnya Komunikasi pada Belajar dari Peran Kiai dan Pondok Pesantren Yang Adil Gender
  • Kemandirian Perempuan Banten di Makkah pada Abad ke-20 M - kabarwarga.com pada Kemandirian Ekonomi Istri Bukan Melemahkan Peran Suami
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist