Mubadalah.id – KH. Abdurrahman Wahid atau sering dipanggil Gus Dur adalah sosok yang patut dijadikan panutan, salah satunya pada praktir pengasuhan terhadap anak. Walaupun Gus Dur sangat sibuk di masa itu tetapi Gus Dur tetap menyempatkan waktunya bersama anak-anaknya.
Gus Dur memiliki empat orang anak yang semuanya adalah perempuan. Putri-putrinya tumbuh dengan kasih sayang yang luar biasa di dalam keluarga. Gus Dur bersama sang istri Ibu Sinta Nuriyah bersama-sama merawat, menjaga, dan mendidik putri-putrinya.
Putri-putri Gus Dur dibebaskan untuk memilih jalan kehidupan mereka masing-masing. Gus Dur tidak pernah memaksakan kehendaknya terhadap putri-putrinya. Entah itu dalam urusan pendidikan, karir ataupun pernikahannya. Semuanya diserahkan pada keinginan dan kesiapan anak-anaknya,
Padahal seperti yang kita tahu beliau berasal dari keluarga pesantren yang masih sangat kental dengan budaya perjodohan. Apalagi anak beliau kesemuanya adalah perempuan yang menurut mayoritas dalam budaya kita harus lebih sering diatur.
Dalam salah satu podcast yang aku tonton, Mbak Inayah Wahid, salah satu putri Gus Dur menceritakan bahwa Gus Dur itu adalah sosok ayah egaliter. Gus Dur tidak pernah memaksa anak-anaknya untuk melakukan sesuatu yang tidak ia sukai. Justru sebaliknya Gus Dur selalu memberikan dukungan pada putri-putrinya supaya bisa berdaya dan bahagia.
Dari cerita dari Mbak Inayah, Gus Dur juga kerapkali meminta maaf pada putri-putrinya. Salah satunya pada saat beliau tengah sibuk menjadi presiden dan mengurus NU. Katanya Gus Dur suka tiba-tiba datang ke kamar anak-anaknya, termasuk Mbak Inayah dan meminta maaf karena beliau tidak banyak waktu untuk keluarganya.
Teladan Baik
Bagi Mbak Inayah ini adalah teladan yang sangat baik. Karena tidak banyak orang tua yang dengan senang hati meminta maaf pada anak. Justru sebaliknya, biasanya anak yang selalu dituntun untuk datang dan minta maaf pada orang tua.
Tapi Gus Dur tidak begitu, beliau justru datang secara langsung ke semua putri-putrinya, dan secara pribadi meminta maaf. Hal ini karena Gus Dur merasa anak-anaknya butuh penjelasan akan hal itu.
Dari cerita Mbak Inayah aku juga mendengar bahwa Gus Dur adalah sosok ayah yang tidak pernah marah. Hal ini terbukti ketika Mbak Inayah bolos sekolah. Gus Dur sama sekali tidak memarahinya, justru beliau malah bertanya dengan santai “kemana aja kok bolos sekolah?.”
Teladan-teladan ini ternyata menjadi kekuatan untuk Mbak Inayah dan putri-putri Gus Dur dalam menjalani kehidupannya. Oleh karena itu, menurut aku parenting yang dilakukan oleh Gus Dur juga bagus banget kalau ditiru oleh orangtua-orangtua zaman now.
Udah gak zaman banget orangtua mendikte anak untuk begini dan begitu. Justru anak harus orangtua beri ruang yang luas untuk memilih dan menentukan jalan hidupnya sendiri. Meski begitu, dampingan dan bimbingan orangtua tetap ia butuhkan.
Seperti halnya Gus Dur, beliau juga tidak pernah melepaskan putri-putrinya begitu saja, tetap ia dampingi dan arahkan. Jadi parenting yang Gus Dur lakukan kepada anak-anaknya itu ialah bebas memilih tapi harus bertanggung jawab pada pilihannya dan bisa mendatangkan manfaat serta kemaslahatan bagi diri sendiri dan orang-orang di sekitarnya.
Dari pendidikan tersebut, saat ini kita bisa lihat sendiri bagaimana putri-putri Gus Dur tumbuh. Semuanya hebat-hebat dan bisa berkiprah dan menebar manfaat pada orang banyak sesuai dengan bakat serta minatnya masing-masing.
Ini lah salah satu teladan Gus Dur yang bisa kita lanjutkan. Seperti tagline Jaringan GUSDURian “Gus Dur telah meneladankan, saatnya kita melanjutkan.” []