• Login
  • Register
Selasa, 1 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Publik

Prinsip Mubadalah dalam Relasi Umat Beragama (Bagian 3)

Zain Al Abid Zain Al Abid
22/07/2019
in Publik
0
Prinsip Mubadalah dalam Relasi Umat Beragama (Bagian 3)

Prinsip Mubadalah dalam Relasi Umat Beragama (Bagian 3)

77
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Imam al-Ghazali menerangkan kemaslahatan dalam mewujudkan nilai dan ajaran agama ada pada lima perlindungan hak. Yaitu perlindungan terhadap agama (hifzh din), jiwa dan tubuh (hifdz nafs), akal pikiran (hifdz aql), keturunan (hifdz nasl), dan perlindungan terhadap benda (hifdz maal). Segala hal yang menjamin perlindungan lima prinsip dasar ini adalah kemaslahatan. Sebaliknya mengesampingkannya adalah kemafsadatan.

Pandangan Imam al-Ghazali ini dielaborasi lebih jauh oleh KH. Husein Muhammad dalam konteks yang lebih luas dan sejalan dengan gagasan Islam yang universal. Termasuk di dalamnya tentang kebebebasan dan kesetaraan manusia serta penghapusan pandangan dan praktik yang mendiskriminasi manusia atas yang lainnya.

Pertama, perlindungan terhadap keyakinan agama dan kepercayaan. Mengandung implikasi bahwa perlindungan bukan hanya terhadap agama dan keyakinannya saja melainkan juga terhadap keyakinan orang lain. Sehingga tidak boleh seorang pun memaksa dan menindas orang lain karena agama dan keyakinan yang berbeda.

Kedua, perlindungan terhadap jiwa, mengimplikasikan perlindungan terhadap jiwa dan tubuh siapapun. Konsekuensinya tidak boleh ada seroang pun yang melukai, melakukan kekerasan bahkan membunuh orang lain apalagi atas nama agama.

Ketiga, perlindungan terhadap akal pikiran. Yakni saling menyediakan ruang yang bebas untuk mengekpresikan pendapat, pikiran, gagasan, dan kehendak satu sama lain. Tidak boleh ada pemasungan dan penjegalan pikiran dan pendapat orang lain.

Baca Juga:

Gaji Pejabat vs Kesejahteraan Kaum Alit, Mana yang Lebih Penting?

Di Balik Senyuman Orang Tua Anak Difabel: Melawan Stigma yang Tak Tampak

Meninjau Ulang Amar Ma’ruf, Nahi Munkar: Agar Tidak Jadi Alat Kekerasan

Pergeseran Narasi Pernikahan di Kalangan Perempuan

Keempat, perlindungan terhadap kehormatan dan keturunan. Membawa konsekuensi untuk melindungi dan menghormati alat-alat reproduksi dalam rangka menjaga kesehatannya. Sehingga tidak boleh terjadi pemerkosaan, pelacuran, dan pelecahan seksual.

Kelima, pelindungan terhdap hak milik pribadi maupun hak publik. Mengandung implikasi adanya jaminan atas pilhan pekerjaan, profesi, hak atas upah sekaligus jaminan keamanan atas milik tersebut. Sehingga tidak boleh terjadi larangan terhadap akses pekerjaan, perampasan, korupsi penggelapan, perusakan alam dan lingkungan serta eksploitasi lain yang merugikan.

Tentu saja perlindungan terhadap hak-hak di atas hanya mungkin bisa dijaga dan dirasakan jika satu sama lain saling menghormati hak hidup masing-masing. Jika seseorang ingin dipenuhi kebutuhannya, maka ia harus berpikir orang lain juga membutuhkan hal yang sama. Sekalipun cara pemenuhannya dan bentuk kebutuhannya berbeda.

Tidaklah beriman seseorang di antara kamu kecuali mencintai untuk orang lain apa yang dicintai untuk dirinya (HR. Imam Ahmad dalam Musnad ahmad)

Saya ingin menutup tulisan dengan mengutip pernyataan Hans Kung dalam Etika Globalnya. Ia mengatakan, saat ini kita mulai saling memahami simbol, ritus, nilai-nilai kepercayaan sesama di luar komunitas agama kita dengan sungguh-sungguh. Mulai saling memahami kepercayaan, kelebihan dan perubahan iman satu sama lain. Serta berusaha memahami dan menemui nilai dasar yang sama meskipun ada perbedaan sebagai landasan hidup bersama di dunia dengan damai.[]

Zain Al Abid

Zain Al Abid

Zain Al Abid. Penulis merupakan Staf Fahmina Institute Cirebon, Alumnus ISIF Cirebon dan Pondok Darussalam Buntet Pesantren.

Terkait Posts

Gaji Pejabat

Gaji Pejabat vs Kesejahteraan Kaum Alit, Mana yang Lebih Penting?

1 Juli 2025
Pacaran

Kekerasan dalam Pacaran Makin Marak: Sudah Saatnya Perempuan Selektif Memilih Pasangan!

30 Juni 2025
Pisangan Ciputat

Bukan Lagi Pinggir Kota yang Sejuk: Pisangan Ciputat dalam Krisis Lingkungan

30 Juni 2025
Kesetaraan Disabilitas

Ikhtiar Menyuarakan Kesetaraan Disabilitas

30 Juni 2025
Feminisme di Indonesia

Benarkah Feminisme di Indonesia Berasal dari Barat dan Bertentangan dengan Islam?

28 Juni 2025
Wahabi Lingkungan

Wahabi Lingkungan, Kontroversi yang Mengubah Wajah Perlindungan Alam di Indonesia?

28 Juni 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Anak Difabel

    Di Balik Senyuman Orang Tua Anak Difabel: Melawan Stigma yang Tak Tampak

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Meninjau Ulang Amar Ma’ruf, Nahi Munkar: Agar Tidak Jadi Alat Kekerasan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Pergeseran Narasi Pernikahan di Kalangan Perempuan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mewujudkan Fikih yang Memanusiakan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Taman Eden yang Diciptakan Baik Adanya: Relasi Setara antara Manusia dan Alam dalam Kitab Kejadian

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Gaji Pejabat vs Kesejahteraan Kaum Alit, Mana yang Lebih Penting?
  • Di Balik Senyuman Orang Tua Anak Difabel: Melawan Stigma yang Tak Tampak
  • Meninjau Ulang Amar Ma’ruf, Nahi Munkar: Agar Tidak Jadi Alat Kekerasan
  • Pergeseran Narasi Pernikahan di Kalangan Perempuan
  • Mewujudkan Fikih yang Memanusiakan

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID